tirto.id - Gypsy King tampil dengan dua keasingan sekaligus di hadapan penonton Prambanan Jazz, 7 Juli 2023. Pertama, genre musik yang mungkin tak akrab bagi banyak orang. Kedua, liriknya menggunakan Bahasa Spanyol. Namun orang-orang segera menyadari ada energi melimpah di sana. Barangkali, itu yang dinamakan bahasa musik.
Meskipun menancapkan tiang di industri musik Prancis, mayoritas dari personel Gypsy King dibesarkan dalam budaya Spanyol. Tak heran kalau musik mereka digambarkan sebagai kolaborasi antara flamenco Spanyol, rapsodi Romani, dengan salsa funk.
Ketika intro dimulai pukul 20.31 WIB, butuh sekitar lima detik bagi Gypsy King mengajak penonton bergoyang ala salsa flamenco. Perpaduan gitar akustik nilon dan gendang bongo, sukses mengubah suasana, seolah memindahkan Spanyol ke Candi Prambanan.
Melihat Andre Reyes, saya langsung teringat sosok Frank Sinatra, penyanyi swing pemilik suara bass profondo, yang sering berbicara kegetiran hidup di karya-karyanya. Ditambah lagi dengan performa di lagu “A Mi Manera”, yang bisa dibilang “My Way” versi Spanyol.
Wibawa yang muncul dari “A Mi Manera” ditambah dengan senyuman bijaksana semakin menambah karisma Andre Reyes di atas panggung. Tua, tetapi masih energik.
Sebagian pencinta swing yang datang ke Prambanan Jazz tentu paham dengan “My Way”. Maka dari itu, ketika Andre bernyanyi dengan Spanyol, sebagian dari penonton yang tertangkap layar panggung, ikut menyanyikannya dengan Inggris.
Untuk membuat penonton tetap terkoneksi dengan musik mereka, sesekali Gypsy King memasukkan unsur Timur Tengah. Diferensiasi itu yang membuat performa mereka tetap melekat di ingatan.
Tak heran kalau sepanjang sejarah bermusiknya, Gypsy King pernah membawa pulang satu piala Grammy Awards untuk kategori Best World Music Album di album “Savor Flamenco” dan diganjar 8 kali nominasi untuk berbagai kategori.
Selain Gypsy King, line up internasional yang tak kalah memukau adalah Lucky Chops. Grup dengan tagline “NYC born brass funk ambassadors” ini tampil dengan instrumen tiup penuh energi, yang sanggup membuat orang berdendang dan bergoyang.
Memadukan musik Hawaiian, funk, jazz, dan singkup progresif dengan bijaksana membuat grup yang lahir di New York 2006 lalu ini berhasil menyedot perhatian.
Namun, di antara kedua itu, yang paling pintar mengemas pertunjukkan adalah Scott Bradlee's Postmodern Jukebox. Kolektif musik yang berdiri tahun 2011 ini tampil dengan format empat penyanyi, Rogelio Douglas Jr, Allison Young, Effie Passero, dan Eva Mikhailovna.
Dengan jas merah mencolok, Rogelio Douglas Jr tampil lebih dulu dan langsung mengguncang panggung dengan penampilannya atraktifnya. Setelah menyelesaikan satu lagu, dia langsung memperkenalkan diri dan bilang kalau dia hanya bertugas sebagai Master of Ceremony.
Setelah itu, Allison Young, Effie Passero, dan Eva Mikhailovna tampil satu-satu secara bergantian. Penampilan ketiganya lebih didominasi dengan sirkus vokal yang berani mengacak-acak nada miring, rendah, kemudian meninggi dalam waktu relatif cepat. Powerful, atraktif, dan membius. Tiga kata itu pantas disematkan untuk pertunjukkan mereka.
Saya menyaksikan lautan tepuk tangan ketika Effie Passero menerjang nada tinggi sembari memberi suara serak di antaranya. Ketimbang yang lainnya, saya lebih terkesima dengan performa Effie Passero karena begitu bernyali sekaligus lihai memainkan nada.
Ditambah lagi, Effie Passero membawakan dua lagu yang akrab di telinga penonton, yakni “Creep” dari Radiohead dan “With Or Without You” milik U2. Tak kalah membius pula suara merdu dari Allison Young yang membawakan lagu “Mr. Blue Sky” dari Electric Light Orcestra.
Penampilan Musikus Tanah Air di Prambanan Jazz 2023
Selain nama-nama di atas, hari pertama Prambanan Jazz Festival diisi oleh beberapa line up di antaranya: Treesome, Bilal Indrajaya, Pusakata, Nadin Amizah, Gemini, Kahitna, Gipsy Kings by Andre Reyes, Lucky Chops dan Tulus.
Dari sekian banyak penampil, yang cukup menancap di ingatan adalah Nadin Amizah karena menyuguhkan konsep berbeda. Dia memadukan unsur tradisional Jawa di dalam dua lagu, "Sorai" dan "Bertaut".
"Sorai" dan "Bertaut" menjadi lebih getir tatkala sinden menghayati nada-nadanya. Ditambah lagi dengan iringan gamelan semakin membuat hanyut suasana. Apalagi lagu itu dibawakan tepat di depan Candi Prambanan.
“Merinding dan menyentuh, aransemen yang dicampur dengan musik Jawa cocok di lagu itu sehingga lebih berkesan,” kata Erdita (21), penonton Prambanan Jazz 2023 asal Nganjuk, Jawa Timur.
Sedangkan Kahitna tampil dengan nostalgia yang tampaknya selalu bisa menyesuaikan dengan zaman. “Walaupun saya tidak hapal liriknya, tapi Kahitna bisa membuat penonton enjoy,” kata Amira (21) asal Magetan, Jawa Timur.
Hari kedua Prambanan Jazz diisi oleh Tropica Rasta, HIVI, Ardhito Pramono, Maliq & D’ Essentials, Scott Bradlee's Postmodern Jukebox, Kahitna, Arsi Widianto feat Tiara Andini, dan Reza Artamevia.
Tampil sekitar pukul 15.15 WIB, Maliq & D’Essentials langsung menghajar panggung. Sontak penonton pun langsung berdendang. Sejumlah lagu yang dibawakan di antaranya "Kangen", "Menari", "Drama Romantika", "Himalaya", hingga "Pilihanku".
Seorang penonton bernama Devi mengaku kagum dengan lagu "Himalaya".
“Keren dan bagus, aku ngefans sama Maliq sejak 2008. Lagu 'Himalaya' berkisah tentang seorang laki-laki yang rela melakukan apa saja untuk orang yang disayanginya,” ujarnya.
Senada dengan Devi, Adis (26) pun mengaku terpukau dengan penampilan Maliq & D’Essentials. “Seru karena aku belum pernah nonton Maliq sore hari di tempat terbuka. Pas hujan pula. Lagu-lagu Maliq kan banyak bicara soal hujan,” ungkap wanita asal Yogyakarta ini.
Sementara itu, Rizki (15) remaja asal Jakarta mengaku senang dengan penampilan HIVI. Lagu-lagu yang dibawakan HiVI antara lain: "Orang Ketiga", "Pelangi", "Remaja", "Siapkah 'tuk Jatuh Cinta Lagi", dan "Kereta Kencana".
“Seru dan meriah, sesuai dengan suasana hati saya,” ungkapnya. “Kalau saya suka lagu Remaja karena selalu mengingatkan saya pada masa remaja,” timpal rekannya yang bernama Gina (30). “Saya selalu ngejar HiVi kalau ada konsernya dan selalu puas. Sayang kurang lama,” pungkasnya.
Dewa 19, KLa Project, dan Kahitna tampil di hari ke-3. Tiga band lawas ini sukses menghidupkan kenangan para penonton Prambanan Jazz 2023.
Menggandeng Ello dan Virzha sebagai vokalis, Dewa 19 membawakan banyak lagu hitsnya, termasuk lagu dari era Elfonda Mekel alias Once, seperti "Arjuna", "Pupus", dan "Roman Picisan".
Danang (40), penonton asal Yogyakarta, senang dengan penampilan Ahmad Dhani dan kawan-kawan kendati sebenarnya ia mengharapkan Once yang hadir. “Meskipun tidak ada Once, cukup mengobati rindu untuk dengar Dewa,” kata Danang.
Sebelum Dewa 19, Kla Project yang lebih dulu tampil dan membawakan beberapa lagu legendaris mereka, seperti "Yogyakarta", "Meski Tlah Jauh", "Menjemput Impian", juga "Tak Bisa ke Lain Hati".
“Dengan umur segitu, itung-itung penampilan mereka cukup stabil. Lagu mereka semacam tidak kenal usia, tidak lekang oleh waktu,” ujar Bangkit, penonton asal Jakarta.
Editor: Nuran Wibisono