tirto.id - Baca bagian I: Marxisme dan Sejarah Huruf X dalam Bahasa Indonesia
Pada umumnya huruf x pada kata bahasa Belanda dan bahasa Inggris diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi gugus konsonan ks jika berada di akhir suku kata. Misalnya paradox (Belanda) menjadi paradoks, textual (Inggris) menjadi tekstual. Namun, ada satu x pada kata serapan yang berada di akhir suku kata yang tetap ditulis x, yaitu x pada kata marxisme.
Tidak berubahnya x pada kata marxisme itu merupakan anomali penulisan x di akhir suku kata dalam bahasa Indonesia. Sayangnya, anomali itu, setahu saya, tidak pernah dibahas dan dijelaskan dalam bahasa Indonesia. Dalam Ejaan yang Disempurnakan (EYD) Edisi V, yang diluncurkan pada 18 Agustus 2022, juga tidak ada penjelasan tentang penulisan x pada akhir suku kata. Yang dibahas dalam EYD V ialah pemakaian x untuk nama diri dan keperluan bidang tertentu, yang dijelaskan pada penggunaan huruf konsonan.
Dalam pedoman ejaan itu dicontohkan x dalam kata nama diri, yaitu Max. Sementara itu, x yang terdapat pada kata marxisme, yang juga terdapat pada contoh penggunaan x dalam EYD V, bukanlah nama diri meski kata itu dibentuk dari nama akhir Karl Marx.
Dalam pembahasan tentang penulisan unsur serapan dalam EYD V juga tidak ada penjelasan tentang x pada akhir suku kata. Yang dijelaskan di sana ialah:
(1) huruf x pada awal suku kata tetap x, seperti macroxenoglossophobia menjadi makroxenoglosofobia dan xylophone menjadi xilofon;
(2) huruf x pada tengah kata atau akhir suku kata menjadi ks, misalnya taxi menjadi taksi, complex menjadi kompleks. Penyebutan x pada tengah kata menjadi ks itu sebenarnya keliru karena x pada macroxenoglossophobia (satu kata, dua morfem: macro dan xenoglossophobia)berada di tengah kata, tetapi tidak diserap menjadi ks. Penyebutan yang benar ialah huruf x pada akhir suku kata menjadi ks. Bunyi pada suku kata hanya ada bunyi awal dan bunyi akhir;
(3) gabungan huruf xc yang diikuti e atau i menjadi ks, seperti exception menjadi eksepsi;
(4) gabungan huruf xc yang diikuti a, o, u, atau konsonan menjadi ksk, cotohnya excavatie menjadi ekskavasi, exclusief menjadi eksklusif. Keempat penjelasan seperti itu ada sejak EYD Edisi III (2009).
Kembali kepada pembahasan x pada marxisme, saya menganggapnya sebagai kekecualian penulisan x yang berada di akhir suku kata. Kekecualian itu terjadi karena dalam bahasa Indonesia dari dulu, setidaknya sejak 1926 (lihat “Marxisme dan Sejarah Huruf X dalam Bahasa Indonesia”), kata marxisme ditulis marxisme.
Setahu saya, tidak ada orang yang menulisnya dengan marksisme. Saya tidak menganggap x dipertahankan pada kata marxisme karena kata itu dibentuk dari nama orang yang mengandung x, yaitu Marx, dan ditambah bentuk terikat –isme.
Kata marxisme tidak dibentuk dalam bahasa Indonesia, tetapi diserap dari bahasa asing: menurut Loan-Words in Indonesian and Malay (2008), diserap dari bahasa Belanda, marxisme. Kalau saya boleh berseloroh, jangan-jangan huruf x pada kata marxisme memberontak dalam bahasa Indonesia karena marxisme ditakdirkan sebagai ideologi pemberontakan di Indonesia.
Kalau x pada kata marxisme dipertahankan karena kata itu dibuat dari nama orang, kata saksofon dalam bahasa Indonesia seharusnya ditulis saxofon karena saxophone (bahasa Inggris) atau saxophoon (bahasa Belanda) dibuat dari kata terakhir pada nama penemu alat musik itu: Charles Joseph Sax dan Antoine-Joseph Sax (Adolphe Sax). Bahasa Indonesia, menurut Loan-Words in Indonesian and Malay, menyerap saksofon dari bahasa Belanda. Namun, dalam bahasa Indonesia ditulis saksofon karena lazim ditulis begitu. Kelaziman dalam bahasa dapat menjadi hukum.
Perihal marksisme, barangkali akan ada anggapan bahwa aneh jika marxisme atau marxism (dalam bahasa Inggris) diserap menjadi marksisme dalam bahasa Indonesia. Anggapan itu wajar karena marksisme tidak lazim, bahkan tidak pernah, ditulis dalam bahasa Indonesia, juga lantaran marxisme dibentuk dari nama orang yang mengandung x: Marx.
Namun, ada juga x pada kata marxisme yang diganti menjadi ks dalam bahasa lain. Dalam bahasa Turki, buku karya Terry Eagleton diterjemahkan menjadi Marksizm ve Edebiyat Elestirisi. Ada juga buku dalam bahasa Turki berjudul Marksizm ve Sanat Tarihi: William Morris’den YeniSol’a Kadar karya Andrew Hemingway. Dalam bahasa itu, marxis ditulis Marksist. Contoh lain ialah dalam bahasa Estonia. Buku karya J. Stalin diterjemahkan ke dalam bahasa Estonia menjadi Marksism ja keeleteaduse küsimused, dan buku karya Lenin menjadi Marksism ja revisionism.
Lafal Huruf X
Pada 1 Maret 2016 Rusdi Mathari, penulis dan wartawan, dalam tulisan berjudul “Q dan X”, mengkritik KBBI tentang lafal huruf x di awal kata, yang dapat dibaca pada paragraf berikut ini:
Benar, perubahan kata “sex” menjadi “seks” atau “extra”menjadi “ekstra” dan lain-lain, tidak ada masalah dalam pengucapannya, tapi KBBI tidak menerangkan cara membaca “x” pada kata-kata yang didahului dengan huruf “x” yang seluruhnya berasal dari bahasa Latin dan bahasa Inggris. Misalnya bagaimana membaca kata “xantat”, “xenia” atau “xenon”? Apakah dibaca “eksantat”, “eksenia”, “eksenon”, atau dibaca seperti yang diterangkan oleh kamus bahasa Inggris bahwa semua kata yang didahului dengan “x” harus dibaca desis “z” [set], sehingga “xantat” dibaca “zantat”, “xenia” dibaca “zenia”, “xenon” dibaca “zenon”?
Sebenarnya, KBBI sudah menunjukkan cara membaca atau lafal x di awal suku kata sejak edisi III (2001), misalnya xenofobia dibaca /sénofobia/, xilologi dibaca /silologi/. Dalam pedoman ejaan bahasa Indonesia, lafal huruf x baru ada pada Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (2015): huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s]. Lafal itu dilengkapi dalam EYD V: huruf x pada posisi awal kata diucapkan [s] dan pada posisi tengah atau akhir diucapkan [ks].
Yang belum ada dalam KBBI V daring ialah cara melafalkan x pada kata marxisme secara benar. Lafal marxisme dalam KBBI daring saat ini ialah /marxismê/. Padahal, dalam transkripsi fonemis yang diapit dua garis miring itu x bukan lagi sebagai huruf, melainkan sebagai bunyi frikatif velar takbersuara.
Sebagai bunyi, x dalam huruf ditulis dengan grafem [kh], seperti pada kata khas. Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Keempat (2017) terbitan Badan Bahasa disebutkan bahwa konsonan /x/ mempunyai satu alofon, yakni [x] yang terdapat pada awal dan akhir suku kata, contohnya /xas/ pada kata khas dan /tarix/ pada kata tarikh. Bandingkan dengan bunyi [k] dalam /kas/ pada kata kas dan /tarik/ pada kata tarik.
Agar lafal huruf x pada kata marxisme dalam KBBI daring betul, saya mengusulkan lafal /marksisme/ pada 21 Agustus 2022 di situs Kbbi.kemdikbud.go.id untuk pemutakhiran KBBI pada Oktober 2022. Lafal ks sebagai lafal huruf x pada /marksisme/ sesuai dengan lafal ks sebagai lafal huruf x dalam bahasa Inggris, sebagaimana yang dapat dilihat pada, misalnya, Merriam-webster.com: /märk-ˌsi-zəm/; begitu juga dalam bahasa Belanda, seperti yang dapat dilihat dalam, antara lain, Woorden.org: /mɑrk'sɪsmə/. []