Menuju konten utama

World War 3 Trending di Twitter Merujuk Kematian Jenderal Solemaini

#WorldWar3 muncul usai kabar kematian Jenderal Iran, Qassem Soleimani, yang juga kepala pasukan elite Quds tersiar.

World War 3 Trending di Twitter Merujuk Kematian Jenderal Solemaini
Ilustrasi perang dengan armada helikopter, pasukan militer darat, dan tank. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Tagar World War 3 menempati posisi ketiga trending topic di Twitter pada Jumat (3/1/2020) setelah #Psycho1stWin dan #4niesHancurkanJakarta yang tersemat di lebih dari 87 ribu twit.

Tagar ini muncul usai kabar kematian Jenderal Iran, Qassem Soleimani, yang juga kepala pasukan elite Quds tersiar. Soleimani terbunuh dalam sebuah serangan udara oleh pasukan AS. Kabar ini juga memantik ketegangan antara AS dan Iran.

Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah twit menyebut bahwa pembunuhan Soleimani ini adalah eskalasi yang berbahaya dan sembrono.

"Tidak diragukan lagi, kebrutalan dan kebodohan pasukan anti-terorisme AS yang menargetkan Soleimani [...] akan membuat pohon ketegangan di wilayah ini dan duni makin makmur," ujarnya.

Senada dengan Menteri Luar Negeri Iran, ketua Dewan Amerika Serikat, Nancy Pelosi juga menyatakan bahwa ketegangan yang dihasilkan dari kematian Soleimani ini akan berbahaya.

"Risiko serangan udara malam ini memicu meningkatnya kekerasan yang berbahaya. Amerika, dan dunia, tidak akan bisa menahan ketegangan sampai di titik ini," ujarnya, dikutip Reuters.

“Pemerintah telah melakukan serangan malam ini di Irak tanpa Otorisasi Penggunaan Kekuatan Militer (AUMF) terhadap Iran. Selain itu, tindakan ini diambil tanpa konsultasi dari Kongres."

Pembunuhan Soleimani pada Jumat (3/1) dini hari di bandara internasional Baghdad juga membunuh Abu Mahdi al-Muhandis, komandan deputi pasukan Iran. Aksi ini, yang disebut Popular Mobilization Forces (PMF), perintah langsung dari Presiden Donald Trump, sebagai upaya perlindungan terhadap personel pasukan AS di luar AS, kata Pentagon sebagaimana diwartakan Telegraph.

"Jenderal Solemaini secara aktif mengembangkan rencana penyerangan terhadap diplomat AS dan anggotanya di Irak dan wilayah sekitarnya. Jenderal Solemaini dan Pasukan Quds juga bertanggung jawab atas kematian ratusan anggota pasukan AS dan koalisi, dan ribuan lainnya yang terluka," sebut Departemen Pertahanan.

Setelah serangan tersebut, Trump turut mengunggah twit berupa sebuah gambar bendera Amerika Serikat tanpa penjelasan apa pun.

Mantan Wakil Presiden AS, Joe Biden menyesalkan langkah Trump dan pasukan khusus AS, menyebut bahwa langkah ini adalah langkah besar yang akan mengerek ketegangan berbahaya di wilayah Iran.

"Presiden Trump melemparkan dinamit ke dalam tinderbox dan dia berhutang penjelasan kepada seluruh warga Amerika soal rencana keamanan pasukan dan anggota perwakilan negara AS, orang-orang yang bersangkutan baik di luar negeri maupun di negara sendiri, serta partner kita,"

Namun, ada pula yang memuji langkah yang dilakukan Trump, seperti Nikki Haley, mantan Duta AS untuk PBB.

"Qassem Solemaini adalah kiblat teroris dengan banyak darah orang Amerika di tangannya. Kepergiannya harus dirayakan bagi semua yang memimpikan keadilan dan kedamaian. Saya bangga dengan Presiden Trump yang melakukan langkah yang kuat dan benar," tulisnya melalui akun @NikkiHaley.

Pembunuhan Solemaini dan Muhandis ini dapat menjadi titik balik Iran dan sekutunya untuk menyerang balik Israel dan AS. Beberapa jam usai serangan, perwakilan AS di Baghdad mengimbau warga negara Amerika meninggalkan Irak segera.

Di sisi lain, petinggi Ayatollah, Ali Khamenei memperingatkan AS soal pembalasan keras akan menanti Amerika Serikat, dan mendeklarasikan tiga hari perkabungan untuk Jenderal Qassem Solemaini kepada publik Iran.

Baca juga artikel terkait TRENDING TOPIC atau tulisan lainnya dari Anggit Setiani Dayana

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Anggit Setiani Dayana
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Ibnu Azis