tirto.id - Seri ke-13 World Superbike (WSBK) akan digelar di Sirkuit Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada 19-21 November 2021. Pemerintah menggodok penerapan protokol kesehatan terkait pandemi Covid-19 seperti pembatasan jumlah penonton, karantina pembalap dan kru, hingga target vaksinasi kedua sebesar 50 persen.
“Telah diputuskan jumlah penonton [WSBK sejumlah] 25 ribu dengan syarat dua dosis [vaksin], sudah divaksin lengkap. Pelaksanaan karantina untuk kru dan tim selama 5 hari,” papar Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dikutip laman Sekretariat Kabinet (Setkab) pada Senin (11/10/2021).
Sepanjang November 2021, terdapat 2 ajang yang digelar di Sirkuit Mandalika. Yang pertama adalah ajang race ke-7 dan 8 Asia Talent Cup yang berlangsung pada 12-14 November.
Berselang seminggu, ajang World Superbike yang diisi pembalap seperti Jonathan Rea (Kawasaki), Scott Redding (Ducati), dan Toprak Razgatlioglu (Yamaha).
Selain itu, Grand Prix Indonesia di Sirkuit Mandalika sudah masuk dalam jadwal sementara MotoGP 2022, yang diperkirakan dimainkan pada 18 hingga 20 Maret 2022.
Gelaran Asia Talent Cup, WSBK, dan MotoGP yang diselenggarakan di NTB pada masa pandemi Covid-19 membutuhkan keseriusan dalam penegakan protokol kesehatan.
Jumlah penonton WSBK yang dibatasi, dengan syarat sudah menerima vaksin Covid-19 sebanyak 2 kali adalah langkah pencegahan awal.
Selain itu, akan dilakukan percepatan vaksinasi bagi masyarakat di sekitar lokasi penyelenggaraan. Targetnya, vaksinasi dosis kedua di Lombok Tengah minimal mencapai 50 persen.
"TNI-Polri nanti akan diminta untuk mengakselerasi agar sebelum penyelenggaraan sudah tercapai 50 persen. Kemudian ditargetkan minimal 70 persen dosis pertama di seluruh kabupaten di Pulau Lombok,” terang Airlangga.
Seperti event PON XX Papua, akan ada Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) yang mengatur detail teknis pencegahan penularan Covid-19 untuk Superbike.
Faktor lain, Airlangga menyebutkan, hingga perkembangan terakhir, level asesmen Covid-19 di NTB secara provinsi ada di level 1. Sementara itu, 3 kabupaten/kota di Pulau Lombok masuk level 2, sedangkan 2 kabupaten masuk level 1.
Penyelenggaraan sebuah event yang menyedot perhatian masyarakat dan memungkinkan tingginya mobilitas berpotensi menjadi tempat penularan Covid-19. PON XX yang digelar di Papua tidak terlepas dari hal tersebut.
Namun, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhur Binsar Pandjaitan menekankan, tidak ada lonjakan kasus signifikan selama PON. Oleh karenanya, penyelenggaraan PON akan dijadikan patokan pengaturan prokes dalam ajang besar lain.
"Dalam pelaksanaan PON yang masih berlangsung ini, tidak terjadi lonjakan kasus yang cukup signifikan selama acara digelar. Pelaksanaan PON ini akan menjadi pembelajaran untuk pelaksanaan event-event besar lainnya,” papar Luhut dikutip laman Setkab pada Senin (11/10/2021).
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan per 10 Oktober 2021, terdapat 83 kasus konfirmasi Covid-19 di PON Papua. Jumlah ini sebesar 0,84 persen dari total peserta, termasuk atlet, ofisial, pelatih, wasit, wartawan, panitia yang totalnya mencapai 10.066 orang.
Positivity rate di PON Papua sebesar 1,5 persen dari total orang yang dites, yang meliputi 16 cabang olahraga (cabor) dari 37 cabor yang. Peserta yang terpapar Covid-19 tersebut berasal dari 20 provinsi. Tercatat, 5 provinsi penyumbang kasus terbanyak dalam PON XX berasal dari DKI Jakarta, Jawa Tengah, Bali, Jawa Timur, dan Jambi.
Menteri Kesehatan, Budi G. Sadikin menyebutkan dugaan bahwa penularan Covid-19 selama PON XX diduga berasal dari tempat penginapan.
“Hasil pengamatan kami, terjadinya penularan ini kemungkinan besar disebabkan di tempat penginapan, karena memang kamar yang ditempati oleh para atlet itu satu kamar ditempati oleh sekitar empat orang atlet. Dan juga pada saat makan, dilakukan makan bersama,” paparnya.
Editor: Iswara N Raditya