tirto.id - Kementerian Pariwisata menargetkan bisa menarik 17 juta wisatawan asing untuk berkunjung ke Indonesia pada tahun 2018. Target tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan capaian pada tahun 2017, yakni sebanyak 10,46 juta kunjungan wisatawan mancanegara. Kunjungan pariwisata yang besar diharapkan mampu mendulang pemasukan yang lebih besar ke kas negara.
Kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia memang menunjukkan tren kenaikan dari tahun ke tahun, meski tak selalu mencapai target pemerintah. Tak hanya tren yang meningkat, ada pula perubahan dari sisi wisatawan asing yang berkunjung ke Indonesia.
Wisatawan asal Cina mulai menjadi penyumbang terbesar bagi Indonesia. Melihat tren tersebut, Menteri Pariwisata Arief Yahya menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) dari negara ini mencapai 3 juta pada 2018.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), peningkatan jumlah kunjungan wisman Cina ke Indonesia mengalami pertumbuhan yang signifikan sejak 2005. Pada tahun tersebut, kunjungannya sebanyak 128.681 kunjungan atau tumbuh sebesar 222,22 persen dibandingkan 2004 yang berjumlah 39.936 kunjungan. Setelahnya, rata-rata kunjungan wisman Cina tumbuh sebesar 25,82 persen per tahun.
Pada 2014, kunjungan wisman Cina mulai menyentuh angka jutaan kunjungan. Pada 2014, jumlahnya mencapai 1.052.705 kunjungan, meningkat menjadi 1.249.091 kunjungan pada 2015. Pada 2016, meskipun masih merupakan angka sementara, tercatat kunjungan wisman Cina mencapai 1.556.771 kunjungan, atau tumbuh sebesar 24,63 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Kontribusinya pun memperlihatkan tren yang meningkat. Pada 2000, proporsi wisman Cina terhadap total kunjungan wisman hanya 0,32 persen dan menempati posisi ke-25 sebagai negara penyumbang wisman terbesar ke Indonesia. Hingga 2015, Cina berhasil mendaki ke posisi ke-3 dalam hal asal wisman ke Indonesia, dan berkontribusi sekitar 12,21 persen terhadap total kunjungan wisman.
Kemampuan Cina melesat ke posisi 5 teratas sebagai negara asal wisman terbanyak di Indonesia tak lepas dari kebijakan bebas visa yang diberikan oleh Pemerintahan Presiden Jokowi. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2015 tentang Bebas Visa Kunjungan, Cina masuk sebagai salah satu dari 45 negara yang menerima keistimewaan ini. Mereka mendapat izin tinggal kunjungan untuk waktu paling lama tiga puluh hari dan tidak dapat diperpanjang berlakunya.
Periode Juli hingga Agustus menjadi waktu yang dipilih oleh wisman asal Cina untuk mengunjungi Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Pariwisata, pada Juli 2015, jumlah kunjungan wisman Cina melalui 19 pintu masuk utama sebesar 119.376 kunjungan dan meningkat menjadi 122.709 kunjungan pada Agustus 2015. Sedangkan, pada 2017, kunjungan wisman Cina mencapai 213.447 kunjungan pada Juli dan 219.705 kunjungan di Agustus.
Tingginya kunjungan wisman Cina pada Juli dan Agustus tersebut dikarenakan liburan musim panas di Cina yang biasanya berdurasi selama satu bulan. Peningkatan jumlah kunjungan itu juga tak lepas dari preferensi pelajar untuk menghabiskan waktu liburnya.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh PsyLife, konsultan pendidikan di Cina, pada 6.376 keluarga di Shanghai tercatat sebanyak 3,7 persen pelajar memilih untuk liburan ke luar negeri dengan pengeluaran rata-ratanya sebesar 23.000 yuan. Selain itu, karyawisata (travel with study purpose) juga mulai populer, terlihat dari 28 persen pelajar yang melakukan kegiatan ini selama liburan.
Meskipun memperlihatkan tren yang meningkat, secara umum rata-rata pengeluaran wisman Cina per kunjungan berada di bawah rata-rata agregat pengeluaran para wisman. Sepanjang 2003 hingga 2015, hanya dua kali pengeluarannya berada di atas rata-rata umum, yaitu pada 2003 dengan nilai $1.115,6 dan $971,27 pada 2007. Pada 2015, nilai pengeluaran per kunjungan wisman Cina sebesar $1,059,27, sedangkan rata-rata agregat pengeluaran wisatawan mancanegara sebesar $1.208,79.
Dalam hal lama tinggal, rata-rata per kunjungan wisman Cina juga berada di bawah rata-rata wisatawan mancanegara lainnya. Pada 2002, wisatawan asal Cina menghabiskan waktu 8,1 hari di Indonesia per kunjungan, sedangkan wisman secara umum hingga 9,8 hari. Sedangkan, pada 2016, jumlah hari kunjungannya menurun menjadi 7,1 hari untuk wisatawan Cina dan 8,4 hari untuk wisman secara umum.
Melihat data di atas, kontribusi wisatawan Cina terhadap pariwisata Indonesia memang memperlihatkan peningkatan yang signifikan dalam 16 tahun terakhir. Dari yang kontribusinya hanya 0,32 persen terhadap total kunjungan wisman menjadi 13,51 persen pada 2016. Jumlah kunjungan wisman Cina mampu melampaui wisatawan asal Australia yang bertahun-tahun selalu menjadi tiga besar bersama Singapura dan Malaysia.
Namun, meskipun jumlahnya meningkat, kualitas kunjungan wisatawan Cina patut mendapatkan perhatian. Rata-rata lama tinggal yang menurun menunjukkan bahwa infrastruktur destinasi wisata Indonesia belum dikemas dengan baik. Baik infrastruktur di lokasi maupun akses ke tujuan hingga layanan kepada wisatawan merupakan hal yang perlu diperhatikan. Penurunan lama tinggal, akan mempengaruhi rata-rata pengeluaran dan ujungnya akan berakibat pada devisa yang dihasilkan oleh sektor pariwisata Indonesia.
Penulis: Dinda Purnamasari
Editor: Suhendra