tirto.id - Surakarta atau Solo adalah kota yang terletak di provinsi Jawa Tengah, yang terkenal dengan slogan 'The Spirit of Java'.
Kota yang dilintasi oleh sungai Bengawan Solo sepanjang 600 kilometer ini terkenal dengan berbagai wisata, baik alam, kuliner, hingga wisata sejarahnya.
Sesuai slogannya 'The Spirit of Java' yang berarti jiwanya Jwa, maka Solo sangat lekat citranya sebagai pusat budaya Jawa.
Salah satu peninggalan budaya Jawa yang bersejarah dan masih ada hingga saat ini adalah, Pura Mangkunegaran.
Mengenal Pura Mangkunegaran
Pura Mangkunegaran Solo atau Istana Mangkunegaran adalah istana resmi Kadipaten Praja Mangkunegaran dan tempat kediaman para penguasanya.
Bangunan istana ini mulai dibangun pada tahun 1757 oleh Mangkunagara I dengan mengikuti model keraton.
Saat ini, Pura Mangkunegaran bisa disewakan untuk berbagai acara, dan juga bisa dikunjungi untuk wisatawan.
Lokasinya berada di Jl. Ronggowarsito No.83, Keprabon, Kec. Banjarsari, Kota Surakarta. Jawa Tengah.
Dilansir dari situs resmi Puro Mangkunegaran, untuk memasuki Puro Mangkunegaran akan melewati sebuah gapura hijau. Di sebelah timurnya terdapat bangunan Kavallerie Artillerie.
Secara arsitektur kompleks bangunannya memiliki bagian-bagian yang menyerupai keraton, seperti memiliki pamedan, pendapa, pringgitan, dalem, dan keputren. Seluruh kompleks dikelilingi oleh tembok, hanya bagian pamedan yang diberi pagar besi.
Menurut sejarahnya, pura ini dibangun setelah Perjanjian Salatiga yang mengawali pendirian Kadipaten Mangkunagaran ditandatangani oleh kelompok Raden Mas Said, Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengkubuwana I), Sunan Pakubuwana III, dan VOC pada tahun 1757.
Pangeran Sambernyawa, julukan bagi Raden Mas Said, diangkat menjadi "Pangeran Adipati" bergelar Mangkunagara I.
Sebagaimana bangunan utama di Keraton Surakarta dan Keraton Yogyakarta, Pura Mangkunagaran mengalami beberapa perubahan. Perubahan ini tampak pada ciri dekorasi Eropa yang populer saat itu.
Saat memasuki pintu utama, akan tampak pamedan, atau lapangan perlatihan prajurit pasukan Mangkunegaran.
Pintu gerbang kedua menuju halaman dalam tempat tempat berdirinya Pendopo Ageng yang berukuran 3.500 meter persegi.
Pendopo yang dapat menampung lima sampai sepuluh ribu orang orang ini, selama bertahun-tahun dianggap pendopo yang terbesar di Indonesia.
Tiang-tiang kayu berbentuk persegi yang menyangga atap joglo diambil dari pepohonan yang tumbuh di Alas Kethu, hutan yang dahulu dimiliki Mangkunagaran, di perbukitan Wonogiri. Seluruh bangunan ini didirikan tanpa menggunakan paku.
Warna kuning dan hijau yang mendominasi pendopo adalah warna pari anom yang merupakan warna khas keluarga Mangkunegaran. Di bagian langit-langit pendopo terbentang Batik Kumudowati.
Terdapat delapan kotak dimana bagian tengahnya masing-masing memiliki warna dan arti yang berbeda. Berikut penjelasannya.
- Kuning berarti mencegah rasa kantuk
- biru mencegah musibah
- hitam mencegah rasa lapar
- hijau mencegah frustasi
- putih mencegah pikiran seks birahi
- oranye mencegah perasaan takut
- merah mencegah kejahatan, dan
- ungu mencegah pikiran jahat.
Tepat di belakang pendopo terdapat Pringgitan. Bangunan ini berbentuk kuthuk ngambang Pringgitan digunakan untuk pertunjukan wayang kulit. Di tempat ini juga terdapat foto KGPAA Mangkunegara IX beserta GKP Mangkunegara IX.
Selanjutnya Ndalem Ageng, sebuah bangunan berbentuk limasan yang memiliki luas kurang lebih 1.000 meter persegi. Saat ini Ndalem Ageng berfungsi sebagai museum.
Selain memamerkan petanen (tempat persemayaman Dewi Sri) berlapiskan tenunan sutera yang menjadi pusat perhatian pengunjung, museum ini juga memamerkan perhiasan, senjata-senjata, pakaian-pakaian, medali-medali, perlengkapan wayang, uang logam, gambar adipati-adipati Mangkunegaran serta berbagai benda-benda seni.
Di belakang Dalem Ageng, terdapat keputren yakni tempat kediaman keluarga Mangkunegaran. Di dalamnya terdapat taman yang ditumbuhi pohon, bunga, semak hias, sangkar berisi burung, patung-patung klasik bergaya Eropa, serta kolam air mancur.
Menghadap ke taman terbuka, terdapat Pracimoyasa, sebuah ruang keluarga berbentuk segi delapan yang digunakan untuk rapat. Di dalam bangunan terdapat perabotan dari Eropa. Kaca-kaca berbingkai emas terpasang berjejer di dinding.
Harga Tiket Masuk Pura Mangkunegaran Solo dan Jam Bukanya
Terdapat beberapa wisata di Pura Mangkunegaran, mulai dari museum sejarah hingga perpustakaan. Berikut ini info harga tiket masuk dan jam operasionalnya.
1. Museum
Puro Mangkunegaran dibuka untuk umum, setiap hari pukul 09.00 – 14.00 WIB. Pengunjung akan didampingi oleh pemandu yang cakap seputar seluk- beluk Puro Mangkunegaran.
Pengunjung dapat menikmati kemegahan dan keindahan istana Mangkunegaran serta mengunjungi museum yang menyimpan berbagai koleksi berbagai benda bersejarah.
Sebagai pusat kegiatan kesenian, setiap hari Rabu dilaksanakan latihan Tari Gaya Mangkunegaran, sedangkan setiap hari Sabtu diselenggaran latihan karawitan. Berikut paket wisata di Puro Mangkunegaran:
1. Minimal diikuti 25 orang
2. Workshop Tari:
- Tari Gambyong Retno Kusumo (putri)
- Tari Bondoyudo (putra)
3. Kuliner: apem, kolak dan ketan
4. Teh atau air mineral
5. Mengunjungi Museum.
Museum Puro Mangkunegaran berada di dalam kompleks istana Mangkunegaran. Museum ini menyimpan koleksi benda-benda bersejarah milik Puro Mangkunegaran yang dikumpulkan sejak tahun 1926.
Museum Puro Mangkunegaran dibuka untuk umum pada tahun 1968 dan dikelola oleh Pariwisata Mangkunegaran.
Jadwal Buka dan HTM
Museum Puro Mangkunegaran dibuka setiap hari Senin, Selasa, Rabu, Jumat dan Sabtu jam 08.30-14.30 WIB serta hari Kamis dan Minggu jam 08.30-14.00 WIB.
Tiket masuk museum untuk wisatawan domestik sebesar Rp20.000/orang dan wisatawan mancanegara sebesar Rp40.000/orang (belum termasuk pemandu).
Setiap pengunjung museum akan ditemani oleh seorang pemandu (guide) berkeliling bangunan-bangunan utama yakni Pendopo Ageng, Pringgitan, Dalem Ageng, Keputren, dan Pracimoyoso.
Selain memberikan informasi kepada pengunjung, pemandu juga akan memberikan arahan kepada pengunjung tentang aturan di istana.
Pengunjung akan diberikan kantong plastik untuk menyimpan sepatu atau sandal karena sewaktu berada di bangunan-bangunan utama diharuskan melepas alas kaki.
Museum Puro Mangkunegaran menempati bangunan utama bernama Dalem Ageng. Memasuki bangunan museum nampak koleksi barang-barang bersejarah yang tertata rapi. Barang-barang bersejarah tersebut diletakkan di dalam etalase kaca sesuai dengan jenis dan fungsinya.
Perhiasan milik raja dan permaisuri yang terbuat dari emas berupa anting, cincin, kalung, subang, gelang tangan, gelang bahu, jam, rantai, badong, dan perlengkapan menari. Selain itu, terdapat koleksi senjata seperti pedang, keris, tombak, dan perlengkapan berburu.
Dipamerkan pula perabotan makan yang terbuat dari perunggu. Tak ketinggalan perlengkapan untuk upacara yakni sumbu (tempat sapu tangan), tempat sirih, dan kecohan/tempat meludah.
2. Perpustakaan Rekso Pustoko
Perpustakaan Rekso Pustoko didirikan pada tanggal 11 Agustus 1867 di masa pemerintahan KGPAA Mangkunegoro IV.
Nama Rekso Pustoko berasal dari kata Rekso yang berarti penjagaan, pengamanan, dan pemeliharaan sedangkan Pustoko berarti tulisan, surat-surat, dan buku. Perpustakaan ini terletak dilantai dua, diatas Kantor Dinas Urusan Istana dan di sebelah timur pamedan.
Pertama kali didirikan, Rekso Pustoko berfungsi sebagai tempat arsip yang memiliki arti memelihara dan mengadministrasikan surat- surat.
Sejak tahun 1877, Rekso Pustoko digunakan sebagai perpustakaan. Pada mulanya sebagian besar koleksi Rekso Pustoko terdiri atas buku beraksara Jawa, berupa naskah asli, turunan, maupun cetakan.
Sejak tahun 1980, Rekso Pustoko dibuka untuk masyarakat. Koleksi perpustakaan diantaranya buku, naskah kuno, foto, dan arsip.
Saat ini, jumlah keseluruhan koleksi naskah dan buku kurang lebih 6000 judul. Naskah tertua yang dimiliki Rekso Pustoko adalah Serat Menak berasal dari Bali berbahasa Jawa, berhuruf Jawa, dan ditulis di atas lontar.
Koleksi khas yang lain adalah karya luhur dari Mangkunegara IV yakni Serat Wedhotomo, Serat Tripomo, Serat Woroyagyo, dan Serat Laksita Raja.
Jadwal Buka
Kunjungan ke Perpustakaan Rekso Pustoko dilayani setiap hari kerja. Setiap hari Senin sampai Kamis perpustakaan buka jam 09.00 – 12.00 WIB, adapun hari Jumat sampai Sabtu jam 09.00- 11.00 WIB.
Pelayanan perpustakaan bersifat tertutup, pengunjung tidak boleh mengambil sendiri naskah atau buku yang diinginkan, cukup menunjukkan daftar katalog lalu meminta petugas untuk mengambilkan.
Editor: Yantina Debora