Menuju konten utama

Wiranto Minta Masyarakat Papua Jangan Lagi Dikompor-kompori

Wiranto mendorong masyarakat Papua untuk membuka pintu maaf bila ada kesalahan dari masyarakat di luar Papua yang sempat melukai perasaan mereka.

Wiranto Minta Masyarakat Papua Jangan Lagi Dikompor-kompori
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto mengklaim masalah yang terjadi di Papua sudah selesai, sehingga ia berharap jangan sampai lagi ada pihak-pihak yang mencoba mengompor-ngompori masyarakat Papua.

"Sudah selesai masalahnya, ada kesalahpahaman, sudah ada minta maaf tinggal diterima maafnya, sampaikan ke masyarakat kita kembali bersatu sebagai bangsa," ungkap Wiranto di Kantor Kemenko Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Rabu (21/8/2019).

Wiranto juga meminta masyarakat berhenti menebarkan hoaks yang justru membuat situasi di Bumi Cendrawasih semakin memanas. Ia mendorong masyarakat Papua untuk membuka pintu maaf bila ada kesalahan dari masyarakat di luar Papua yang sempat melukai perasaan mereka.

"Persaingan kita bukan antar kita, bukan antar suku, enggak, kita sudah menyatu sejak 28 oktober 1928, sudah bersatu, berikrar, bersumpah dan itu sumpah setia, sampai sekarang itu harus kita rawat," tuturnya.

Untuk itulah, mantan Panglima ABRI era Presiden ke-2 RI Soeharto itu akan meninjau langsung situasi dan kondisi di Papua. Ia mengaku akan bertolak ke Papua malam ini juga. Wiranto mengatakan ia akan mencoba menenangkan masyarakat Papua dan mengajak agar mau kembali bersatu.

"Saya ke Papua juga mengobarkan rasa empati, rasa kedamaian, ajak lagi 'ayo kita bersatu sebagai bangsa'. Yang rugi siapa sih kalau kita bertengkar, yang rugi kita kok," tegasnya.

Aksi massa di Papua, berawal dari peristiwa di asrama mahasiswa Papua, Jalan Kalasan No. 10, Surabaya, Jawa Timur, Jumat (16/8/2019) siang. Para mahasiswa dituduh merusak bendera merah putih yang dipasang persis di depan asrama. Ormas, juga TNI, yang tak terima lantas mengepung tempat tersebut berjam-jam.

Makian rasis diteriakkan bertubi-tubi. Polisi bahkan memaksa masuk asrama dengan kekuatan penuh. Gas air mata dilontarkan. Empat mahasiswa terluka karenanya. Mereka ditangkap, tapi lantas dilepaskan karena tak cukup bukti untuk menuding mahasiswa sebagai pelaku perusakan bendera.

Permintaan maaf dan seruan menjaga perdamaian tampaknya tidak cukup buat menyelesaikan masalah ini. Buktinya, seperti yang dilaporkan Antara, Rabu (21/8/2019) demonstrasi kembali terjadi di Fakfak, Papua Barat. Sejumlah fasilitas dilaporkan dibakar dalam demonstrasi itu.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Alexander Haryanto