tirto.id - Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 mengungkapkan belum ada studi mengenai kekebalan individu terhadap mereka yang telah menjalani vaksinasi COVID-19 sehingga menjadikan sertifikat vaksin sebagai syarat perjalanan orang akan berisiko.
"Pada prinsipnya masih harus dilakukan studi tentang efektivitas vaksin dalam menciptakan kekebalan individu pada mereka yang telah divaksinasi," kata Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers virtual di graha BNPB Jakarta, Kamis (18/3/2021).
Dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IX DPR RI, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin sempat menyinggung wacana membuat sertifikat vaksin COVID-19 sebagai syarat perjalanan sehingga mereka yang sudah divaksinasi mungkin tidak perlu menunjukkan bukti negatif tes COVID-19 setiap akan bepergian.
"Sampai dengan saat ini hal tersebut masih merupakan wacana," ujar Wiku.
Bukti vaksinasi sebagai syarat perjalanan sebetulnya juga sudah dipertimbangkan banyak negara seperti Cina, Jepang, Inggris dan Uni Eropa dilaporkan sudah mulai mencoba memberikan sertifikat vaksinasi atau paspor vaksin untuk mempermudah perjalanan.
"Apabila sertifikasi dikeluarkan tanpa adanya studi yang membuktikan bahwa kekebalan individu telah tercipta, maka pemegang sertifikat tersebut berpotensi untuk tertular atau menularkan virus COVID-19 selama melakukan perjalanan," ucap Wiku.
Untuk perjalanan menggunakan transportasi umum sebelumnya diharuskan membuktikan hasil tes antigen atau usap (swab) PCR negatif COVID-19, tapi khusus untuk perjalanan kereta api dapat menggunakan hasil tes GeNose.
Menkes Budi Gunadi juga mengatakan kekebalan optimal antibodi setelah vaksinasi membutuhkan 28 hari setelah penyuntikan kedua.
Seseorang yang telah divaksinasi pun masih dapat terkena COVID-19, namun imunitas karena vaksinasi membantu orang itu sehingga tidak terlalu parah bila terpapar, namun konsekuensinya juga masih dapat menularkan ke orang lain.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 per Kamis (18/3), vaksinasi dosis pertama baru dilakukan pada 4.848.752 orang, sementara dosis kedua atau sudah menjalani vaksinasi lengkap baru diberikan pada 1.948.531 orang.
Jumlah tersebut masih jauh dari target sasaran vaksinasi 181,5 juta orang untuk mencapai kekebalan kelompok (herd immunity) atas COVID-19.