tirto.id - Badan Kesehatan Dunia atau WHO meminta kepada semua pihak yang terlibat dalam konflik di Suriah agar membuka akses seluas-luasnya untuk pengiriman obat, pasokan medis, bahan bakar dan personel kesehatan guna mendukung staf yang kelebihan beban kerja di Aleppo.
WHO juga mendesak pihak-pihak tersebut untuk segera menghentikan semua serangan terhadap pekerja kesehatan, instalasi dan pasokan, menghormati keamanan dan kondisi netral pekerja kesehatan serta instalasi kesehatan dan menghentikan pemindahan pasokan penting dari pengiriman pasokan medis.
"Menyerang tempat perawatan kesehatan adalah tidak sehat. Menghalangi seluruh warga ke akses perawatan medis, makanan dan air tak bisa ditolerir. Itu adalah perbuatan yang sangat kejam." kata Peter Salama, Direktur Pelaksana Program Darurat Kesehatan WHO sebagaimana dikutip Xinhua, Minggu (2/10/2016) pagi.
WHO dan semua mitranya telah menempatkan pasokan medis untuk dikirim ke dalam Aleppo, tapi mereka belum diberi akses. Organisasi itu juga telah mengembangkan strategi bagi pengungsian medis sesegera mungkin. WHO juga akan melatih reponder pertama mengenai perawatan trauma melalui hubungan telepon dan video.
WHO tak lupa menyeru semua pihak yang berperang di Suriah untuk memungkinkan pengungsian aman dan secepatnya bagi orang yang sakit dan cedera dari semua daerah yang terpengaruh oleh konflik, termasuk di Aleppo Timur. "Situasinya menyedihkan dan membuat geram," kata Direktur Jenderal WHO Margaret Chan.
"Dengan serangan tak kenal henti terhadap pekerja kesehatan dan rumah sakit, sekelompok dokter yang masih hidup jelas tak bisa menangani. Ranjang di rumah sakit terlalu sedikit, peralatan telah hancur, dan obat dasar, termasuk anestetis, sudah tipis. Banyak pasien yang memerlukan perawatan trauma darurat adalah anak-anak," imbuhnya sebagaimana dikutip Antara.
Lebih dari 270.000 orang terjebak di Aleppo Timur dengan tinggal sedikit pasokan makanan, air dan bahan bakar. Organisasi kemanusiaan belum diizinkan mengirim bantuan, termasuk pasokan medis dari WHO sejak pengepungan kota itu dimulai pada 7 Juli.
Menurut WHO, lebih dari 840 orang telah cedera, hampir sepertiga dari mereka adalah anak kecil dalam satu pekan belakangan, sementara instalasi kesehatan yang akan merawat mereka goyah dan kekurangan staf. Kurang dari 30 dokter masih berada di sebelah timur kota tersebut, dan hanya enam rumah sakit yang separuh berfungsi memberi layanan.
Jet-jet Tempur Rusia Gempur Aleppo
Sementara itu, pesawat-pesawat tempur Rusia sukses menggempur kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak di bagian utara Aleppo pada Sabtu (1/10/2016) dan tentara menyerang bagian kota itu yang dikepung dalam suatu ofensif, kata pemberontak dan satu kelompok pemantau.
Rusia dilaporkan pada Jumat akan mengirim lagi jet-jet tempur ke Suriah untuk meningkatkan kampanye udaranya sementara Amerika Serikat mengatakan pihaknya masih mencari resolusi diplomatik. Serangan-serangan paling akhir itu merupakan bagian dari ofensif pemerintah Suriah dukungan Rusia untuk merebut kembali Aleppo yang dikuasai pemberontak dan menghancurkan benteng terakhir dari revolusi menentang Presiden Suriah Bashar al-Assad yang mulai pecah pada 2011.
Serangan-serangan udara pada Sabtu lalu berfokus pada jalur pemasokan utama ke kawasan-kawasan yang dikuasai pemberontak yakni Jalan Cantello dan distrik Malah. Sementara itu pertempuran juga merebak di Suleiman al Halabi, distrik di dekatnya, sebagai jalur terdepan ke arah utara Kota Tua Aleppo.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei lavrov berbicara melalui telepon untuk hari ketiga pada Jumat (30/9/2016). Seorang diplomat tinggi Rusia mengatakan Moskow siap mempertimbangkan cara-cara menormalisasi situasi di Aleppo.
Tetapi Lavrov mengecam kegagalan Washington memisahkan kelompok-kelompok pemberontak yang moderat dari mereka yang Rusia sebut terroris, yang telah membiarkan pasukan pimpinan kelompok yang sebelumnya dikenal dengan nama Fron Nusra untuk melanggar gencatan senjata AS-Rusia yang disepakati pada 9 September.
AS menjelaskan pihaknya tidak akan, sedikitnya untuk sekarang, melaksanakan sebuah ancaman yang dibuat pada Rabu guna menghentikan diplomasi jika Rusia tidak mengambil langkah-langkah segera mengakhir kekerasan itu.
Observatorium Suriah bagi Hak Asasi manusia, sebuah kelompok yang berkedudukan di Inggris dan memantau perang itu, melaporkan gempuran hebat oleh pasukan pemerintah dan pertempuran di Suleiman al-Halabi.
Pemantau itu mengatakan pesawat-pesawat tempur menyerang sebuah rumah sakit lapangan di distrik al Sakhour yang dikuasai pemberontak dibom untuk kedua kali. Rumah sakit itu merupakan salah satu dari empat fasilitas medis yang disasar dalam beberapa hari terakhir. Serangan itu merenggut sedikitnya satu nyawa dan melukai beberapa orang dan menyebabkan rumah sakit tersebut tak berfungsi.
Penulis: Akhmad Muawal Hasan
Editor: Akhmad Muawal Hasan