tirto.id - WHO mengklaim bahwa metode-metode penghilangan nyamuk secara tradisional melalui penyemprotan terbukti tidak efektif dalam menghentikan persebaran virus Zika, sementara melepaskan nyamuk rekayasa genetika atau meradiasi serangga “perlu dievaluasi dengan ketelitian keras”.
Pernyataan tersebut dikeluarkan WTO di Jenewa, Swiss, Rabu, (9/3) waktu setempat (Kamis WIB), seperti dikutip dari kantor berita Antara.
Asisten Direktur Jenderal WHO Marie-Paule Kieny mengemukakan pernyataan para ahli yang telah memperingatkan saat pertemuan di Jenewa bahwa tidak ada bukti jika metode tradisional berdampak secara signifikan dalam mengontrol jumlah nyamuk serta mengurangi penyebaran dengue (virus yang menyerupai Zika).
"Sangat berharga untuk meneruskan mencoba menggunakan metode ini karena kurangnya campur tangan yang lain,” ujarnya.
Dia mengatakan nyamuk Aedes Aegypti yang membawa Zika adalah "kecoanya nyamuk" karena dapat terus berada di dalam ruangan dan sulit untuk dibasmi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal WHO Margaret Chan memperingatkan bahaya persebaran virus Zika melalui hubungan seks.
"Kita bisa memperkirakan kasus-kasus baru ke depan, dan sebaran secara geografis. Penularan lewat seks ternyata lebih kerap terjadi daripada perkiraan sebelumnya " ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Eksekutif WHO untuk Wabah dan Darurat Bruce Aylward menyatakan bahwa penularan Zika melalui hubungan seks hanya tercatat karena penyebaran dari laki-laki ke perempuan.
"Tidak ada bukti (penularan) perempuan ke laki-laki, jadi ini (persebaran Zika melalui hubungan seks) buntu," katanya di Jenewa, Swiss, Rabu(8/3).
Upaya untuk mengontrol virus Zika selanjutnya harus lebih menargetkan masyarakat dan rumah tangga untuk melindungi diri mereka sendiri dan membasmi nyamuk dari rumah mereka, khususnya di daerah Brazil dan Amerika Latin , dimana virus ini paling luas persebarannya.
Pertemuan para ahli selama di Jenewa menetapkan dua prioritas utama selain pemusnahan nyamuk : mempercepat pengembangan alat untuk mendeteksi infeksi Zika, dan pengembangan vaksin untuk mencegah penyakit.
Dampak virus Zika terhadap tubuh manusia sendiri hingga saat ini masih misterius. Virus ini telah dikaitkan dengan sindrom Guillain-Barre yang menyebabkan kelumpuhan dan gangguan syaraf lainnya, namun kaitan tersebut belum terbukti.
Marie-Paule Kieny kembali menegaskan bahwa calon vaksin yang diharapkan dapat mengatasi Zika masih butuh persiapan beberapa bulan lagi untuk memasuki uji klinis awal kepada manusia.