tirto.id - Seorang petani dari Malawi bernama Aphestin Mwalupani, sukses menyelundupkan kakao dari wilayahnya di Mwakaboko ke Tanzania, negara tetangganya. Hasil panennya itu laris manis dan menjadi buruan para tengkulak yang sedang kewalahan karena permintaan kakao cukup tinggi di Tanzania.
Sejak tahun 2000, Mwalupani telah mengganti tanaman singkong di kebunnya dengan kakao. Ia merasa bahwa tanaman ini memiliki potensi menggiurkan di masa depan. Sebanyak 70 pohon sudah ditanamnya yang rata-rata menghasilkan pendapatan bersih 20.000 kwacha atau sekitar 291.000 rupiah.
Meskipun tidak masuk dalam daftar pengekspor kakao terbesar di dunia seperti Pantai Gading dan Ghana, Malawi dikenal memiliki kualitas kakao yang baik. Banyak petani di Malawi yang menghasilkan kakao organik dan premium.
Beberapa perusahaan cokelat, seperti Original Beans dan Chocolate Tree, telah menggunakan kakao asli Malawi dalam produk mereka dan memberikan program berkelanjutan kepada petani lokal untuk meningkatkan produksi dan kualitas kakao Malawi.
Sayangnya upaya menaikan pamor cokelat Malawi tak diimbangi dengan dukungan pasar lokal. Hal yang dikeluhkan Mwalupani dan beberapa petani kakao lainnya, sehingga mereka terpaksa menjualnya ke Tanzania dengan harga yang lebih murah karena monopoli pasar.
Potensi Kakao di Malawi
Malawi adalah negara kecil yang terletak di bagian tenggara Afrika. Negara ini berbatasan dengan Zambia di barat laut, Tanzania di utara, dan Mozambik di selatan, timur, dan barat daya. Malawi juga memiliki garis pantai di sepanjang danau terbesar di Afrika, yakni Danau Malawi.
Nama Malawi berasal dari Maravi, sebuah nama untuk suku Chewa yang mendiami daerah tersebut. Negara ini dijuluki “The Warm Heart of Africa” karena keramahan penduduknya.
Sebagian besar wilayah Malawi adalah dataran rendah, dengan ketinggian antara 60 dan 1.800 meter di atas permukaan laut. Daerah pergunungan terletak di sebelah utara dan barat, di sepanjang perbatasan dengan Zambia.
Secara umum, iklim di Malawi cenderung hangat dan kering sepanjang tahun, terutama di daerah-daerah yang berada di dataran rendah. Musim hujan berlangsung antara November dan April, sementara musim kemarau terjadi antara Mei dan Oktober.
Meskipun kebanyakan wilayah Malawi kering, negara ini memiliki beberapa danau dan sungai yang menguntungkan bagi pertanian serta keseharian penduduk.
Danau Malawi yang merupakan danau terbesar di negara itu, juga menjadi sumber daya ekonomi penting bagi negara, terutama dalam sektor perikanan.
Berdasarkan sensus penduduk tahun 2018, populasi penduduk Malawi mencapai 17,56 juta orang. Seturut laporan BBC, negara ini termasuk salah satu negara paling padat penduduk di Afrika, dengan 97 persen dari populasinya bergantung pada biomassa, khususnya kayu, sebagai bahan bakar. Hasilnya, negara ini memiliki salah satu tingkat deforestasi tertinggi di kawasan Sub-Sahara Afrika.
Dari sudut pandang ekonomi, Malawi termasuk salah satu negara yang paling tidak berkembang di dunia. Sektor terbesar di negara ini adalah pertanian, dengan sebagian besar penduduk (sekitar 80 persen) yang tinggal di daerah perdesaan.
Tembakau adalah tanaman utama di Malawi yang pada tahun 2012 menyumbang sekitar 50 persen dari total nilai ekspor. Selain tembakau, tanaman penghasil pendapatan lainnya adalah teh, kopi, dan tebu.
Sektor jasa juga menjadi kontributor utama lainnya terhadap PDB Malawi. Sektor ini menyumbang sekitar 51,7 prsen dari PDB negara. Beberapa industri terkemuka di sektor ini antara lain pariwisata, jasa kesehatan, sektor perbankan, telekomunikasi, dan ritel.
Cokelat tumbuh subur di Malawi, ditanam di daerah-daerah tertentu yang memiliki kondisi iklim yang sesuai, seperti suhu yang hangat dan curah hujan yang cukup. Mayoritas petani kakao adalah petani kecil dengan lahan yang relatif kecil dan terletak di dataran rendah, seperti Nekhbet, Karonga, dan kawasan di sepanjang Sungai Shire.
Cokelat yang dihasilkan di Malawi dikenal memiliki citarasa yang unik dan kualitas yang sangat baik.
Upaya Wezi Mzumara Mengenalkan Kakao Malawi
Wezi Mzumara adalah perempuan petani cokelat di Malawi yang berhasil menghasilkan biji kakao berkualitas tinggi yang diakui oleh beberapa produsen cokelat di Afrika.
Ia lahir di Ethiopia dan memulai bisnisnya dengan beberapa pohon kakao di kebun keluarga. Setelah menyelesaikan studinya, dia bekerja di industri mode dan hiburan di Inggris selama 12 tahun sebelum kembali ke Malawi pada tahun 2011.
Pada 2013, dia menanam 30 pohon kakao di lahan keluarganya di Teluk Nkhata, tak jauh dari tepian Danau Malawi. Hingga waktu produksi, pohon kakao umumnya memiliki kurun waktu empat tahun sampai masa panen tiba.
Selama menunggu masa panen, ia kembali aktif di berbagai aktivitas sosial, hiburan, dan seminar di beberapa organisasi nirlaba, seperti meluncurkan Fashion Week Malawi pada tahun 2015.
Warsa 2017, pohon-pohon kakaonya siap dipanen. Dia beranggapan kakao akan mudah diolah dan hal pertama yang dibayangkannnya adalah membuat stik kakao. Ia tidak menyadari bahwa biji kakao sulit digiling, sehingga berbagai upaya untuk memanfaatkan kakao mengalami kegagalan.
Setelah panen, Mzumara memiliki banyak kesulitan karena hal tersebut merupakan dunia yang baru baginya. Di Malawi keterampilan dan pelatihan menanam Kakao sama sekali tidak memungkinkan. Dia kemudian mempelajari cara memproduksi dan membuat cokelat dari internet, saat memiliki banyak waktu luang kala pandemi Covid-19 melanda.
Juli 2021, ia membuka usaha bernama Kwanza Cocoa dan terdaftar secara resmi tahun 2022. Perusahaannya mulai melibatkan beberapa petani untuk memproduksi kakao di lahan keluarga dan lahan petani lainnya di Malawi. Setahun kemudian, ia membeli mesin pembuat cokelat pertamanya.
Meningkatkan Produksi Cokelat Malawi
Sekarang, Kwanza Cocoa memiliki sembilan karyawan, lima di lahan pertanian dan sisanya di bagian produksi dan manufaktur pasca panen. Lahan perkebunannya mencapai dua hektare dengan perkiraan produksi untuk diekspor mencapai dua ton biji kakao per tahun.
Ada 5000 pohon kakao yang ditanam setiap tahun dan berhasil menggaet beberapa investor untuk pengembangan produksi serta distribusi kakao di beberapa wilayah di Malawi. Produk kakao juga terus ditingkatkan, bukan hanya kuantitas, tapi juga kualitas.
“Produk kami datang langsung dari perkebunan ke rumah tangga Anda tanpa jejak karbon,” ujarnya dalam sebuah wawancara.
Saat ini, ia membuat empat jenis cokelat biasa, yaitu dark chocolate, demarche, milk chocolate, dan white chocolate.
Selain cokelat, Kwanza Cocoa juga memproduksi bubuk kakao, mentega kakao, dan produk lain termasuk bahan tambahan lokal seperti susu, krim, kedelai, kopi, macadamia, kelor, serta buah-buahan musiman.
Menurut data perdagangan umum PBB tahun 2019, ekspor kakao dari Malawi hanya mencapai 12 ton setiap tahunnya. Hal ini karena sebagian besar industri di Malawi, termasuk kakao, masih menghadapi berbagai tantangan, seperti infrastruktur yang belum memadai, tingkat pendidikan, keterampilan yang rendah, dan korupsi.
Selain fokus bertani, Wezi Mzumara juga mendirikan Kwanza PR yang merupakan agensi kreatif yang bekerja di bidang PR, Styling, Image Consultancy, Manajemen Acara, Produksi dan Layanan Tiket.
Dalam bidang sosial, dia merupakan salah satu pendiri dan Direktur Kreatif Mzuzu Fashion Week yang bertujuan untuk memberikan platform bagi desainer lokal dan nasional untuk menampilkan karya mereka dan mendorong pertumbuhan industri tekstil di Malawi.
Melalui pengalaman dan kesuksesannya, Wezi Mzumara telah memperkuat posisi Malawi sebagai salah satu produsen kakao yang layak diperhitungkan di Afrika.
Penulis: Ali Zaenal
Editor: Irfan Teguh Pribadi