tirto.id - Punya botol minum atau kotak bekal makanan dengan tulisan "BPA Free"? Sebagian dari Anda mungkin tak terlalu memperhatikan mengapa kemasan-kemasan makanan dan minuman itu mesti mencantumkan label penanda bebas BPA. BPA atau bisphenol A mesti dihindari karena berisiko menyebabkan masalah kesehatan.
Namun, ternyata paparan BPA tak hanya bisa didapat dari plastik makanan, tetapi juga kertas termal. Kertas ini banyak dipakai pada tiket, nota, kuitansi, atau struk.
BPA merupakan bahan yang digunakan untuk mengeraskan plastik sehingga banyak terdapat di perangkat medis, botol air, compact disc, sealant gigi, lapisan makanan, dan minuman kaleng. Pada 2008, pemberitaan masif tentang BPA membikin penjualan botol minum bebas BPA selalu ludes di pasaran. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) menyatakan beberapa efek negatif BPA, termasuk gangguan hormon.
Sejauh ini, penelitian tentang BPA masih seputar uji coba terhadap hewan. Namun, peneliti menyimpulkan bahan kimia tersebut dapat bertindak menyerupai hormon estrogen sehingga mengganggu kadar hormon normal, menghambat otak, perilaku, serta perkembangan janin, bayi, dan anak-anak. Kelompok tersebut merupakan objek paling rentan terkena paparan BPA karena tubuh mereka masih berkembang dan belum bisa maksimal menghilangkan zat asing dari sistem tubuh.
“Kanker, jantung, obesitas, diabetes, ADHD disinyalir menjadi risiko lain yang perlu diwaspadai dari BPA,” tulis laman WebMD.
Studi biomonitoring The Environmental Working Group (EWG) terhadap bayi baru lahir menemukan BPA pada 9 dari 10 sampel. Artinya bayi bisa jadi terpapar BPA saat berada di dalam kandungan. Sementara tes pada hewan mendapati pengaruh BPA pada membikin sistem reproduksi tidak normal, kapasitas intelektual berkurang, pubertas dini, resistensi kemoterapi, gangguan asma, dan sistem kardiovaskular.
Sayangnya, hingga saat ini publik masih fokus menjauhkan BPA hanya dari plastik-plastik kemasan. Mereka tak menyadari bahwa bahaya yang sama bisa didapat dari bon belanja mereka. Laman EWG menyebut penelitian yang dilakukan pada kertas termal di sejumlah toko ritel, restoran, ATM, dan kantor pos positif menunjukkan kandungan BPA pada kertas yang lazim digunakan untuk struk, kuitansi, atau nota tersebut.
“Dua per lima dari kertas termal yang diuji memiliki 0,8-3 persen BPA murni berdasarkan berat,” tulis penelitian pada laman tersebut.
Peneliti memeriksa kandungan BPA dengan cara memanaskan kertas dan mengelap permukaannya dengan kertas khusus. Mereka menyimpulkan bahwa kontak dengan kertas termal membuka peluang paparan BPA ke dalam tubuh, baik melalui transfer langsung ke kulit, maupun transfer oral lewat makanan yang tersentuh kontaminan tangan. Namun, paparan paling mudah terjadi lewat kulit; BPA bisa meresap ke lapisan bawah kulit dan masuk ke aliran darah.
Parahnya belum banyak orang yang paham bahwa paparan BPA kertas termal bisa jadi lebih berbahaya dari BPA plastik. Massa total BPA kertas termal bisa mencapai 250-1000 kali lebih besar dari BPA pada kaleng makanan, kaleng susu formula, atau botol bayi plastik.
Analisis EWG menyatakan bahwa kadar BPA pada pekerja ritel lebih tinggi 30 persen dibanding rata-rata BPA pada orang dewasa umum di Amerika, dan 34 persen lebih banyak dibanding pekerja di sektor lain. “Mereka yang bekerja sebagai kasir dan tenaga penjualan ritel punya risiko besar terpapar BPA,” ringkas EWG.
Langkah Nyata Menghindari BPA
Para peneliti mulai mencurigai paparan BPA pada kertas termal setelah menganalisis urin pada 1.469 individu yang berpuasa. Hipotesis awal memperkirakan kadar BPA akan turun karena tak ada paparan makanan (biasanya BPA meluruh ke dari kemasan plastik makanan). Namun, yang terjadi justru sebaliknya, sehingga peneliti menyimpulkan terdapat sumber BPA selain dari kemasan plastik makanan.
BPA pada plastik saat ini cenderung sudah tertangani dengan memilih plastik-plastik bebas BPA. Sementara itu, kesadaran meminimalisir BPA pada kertas mulai ditunjukkan oleh beberapa produsen kertas. Salah satunya produsen kertas di Amerika, Appleton Papers Inc dan produsen kertas di Jepang, Japan Paper Association. Mereka tidak lagi memasukkan kandungan BPA dalam kertas termal mana pun karena kepedulian terhadap toksisitas BPA.
Badan Perlindungan Lingkungan Amerika (EPA) sejak 2010 juga sudah memulai program evaluasi keamanan BPA dalam kertas termal. Sementara EWG melakukan kampanye mendesak pengecer tidak menggunakan kertas termal dan menggantinya dengan nota, kuitansi, tiket digital. Langkah tersebut diyakini bisa mengurangi volume BPA yang disebar oleh industri ritel sekaligus menghemat penggunaan kertas.
“Pengecer juga harus mempublikasikan identitas bahan kimia alternatif pada kertas yang mereka pilih.”
Sementara bagi individu yang rentan terpapar kertas termal, EWG memberi beberapa saran untuk meminimalisir paparan BPA. Pertama, kurangi kebiasaan meminta struk tanda terima, simpan tanda terima secara terpisah di dalam amplop, dompet, atau tas. Jangan pernah memberikan tanda terima kepada anak untuk dipegang. Jika terkontaminasi kertas termal, segera cuci tangan.
Hindari pembersih tangan berbahan dasar alkohol setelah terpapar tanda terima karena alkohol justru meningkatkan penyerapan BPA ke kulit. Manfaatkan layanan catatan pembelian tanpa kertas, dan jangan mendaur ulang kertas termal karena kandungan BPA-nya akan mencemari kertas daur ulang lainnya.
Editor: Maulida Sri Handayani