tirto.id - Industri musik K-Pop baru saja berduka atas kabar meninggalnya salah satu personel boyband Shinee, Kim Jong Hyun alias Jonghyun akibat keracunan gas karbon monoksida.
Dari hasil penyelidikan polisi, mereka menemukan briket batubara yang dibakar di penggorengan saat tiba di apartemen, lalu menemukan Jonghyun dalam kondisi tidak bernyawa.Briket batu bara dapat mengeluarkan karbon monoksida yang dapat menimbulkan kematian saat dihirup dalam jangka panjang.
Gas monoksida ini tidak berwarna dan tidak berbau, namun beracun. Adapun keracunan paling sering terjadi di ruang tertutup. Hal ini, tentunya bisa menimpa siapa saja, terutama apabila seseorang terlalu banyak menghirup gas yang dihasilkan dari berbagai pembakaran misalnya gas, minyak, kayu atau arang.
Lalu sebenarnya apa yang membuat gas ini berbahaya?
Seperti dilansir laman WebMD, saat Anda menghirup gas ini maka gas akan mengganti oksigen dalam darah. Tanpa oksigen, sel-sel di seluruh tubuh mati dan organ-organ tubuh berhenti bekerja.
Anda memang tak dapat melihat wujud, mencium atau bahkan merasakan gas karbon monoksida. Namun, jika terlalu lama menghirupnya, maka gas ini bisa mematikan dalam hitungan menit.
Oleh karena itu, pastikan Anda tahu tanda-tanda awal keracunan karbon monoksida.
Kenali gejala awalnya
Gejala keracunan monoksida ini non-spesifik, dimulai dengan sakit kepala, mual, muntah dan pusing dan bisa maju sampai kehilangan kesadaran. Lalu, jika gas menyebar ke darah, maka gejalanya akan bertambuh buruk antara lain mengalami kebingungan dan mengantuk, napas dan detak jantung menjadi cepat dan nyeri dada, gangguan penglihatan, serta kejang.
Jika anda mengalami gejala tersebut diatas, dan berpikir ini karena karbon monoksida maka segeralah menjauh dari area itu dan hubungi petugas berwenang.
Menghirup karbon monoksida meski dalam kadar rendah namun terus terjadi dalam jangka waktu panjang, bisa menimbulkan gangguan jantung dan kerusakan otak.
Maka dari itu, segera periksakan diri ke dokter terutama bila mengalami sejumlah masalah seperti sering kesulitan bernapas (napas pendek), mual dan sakit kepala terutama saat di dalam ruangan.
Bagaimana agar terhindar dari keracunan gas?
1. Jangan biarkan mesin mobil menyala di dalam garasi, sekalipun pintu garasi terbuka.
2. Jangan berkendara di belakang truk
3. Jangan berenang di dekat perahu atau jet ski yang sedang tak difungsikan.
4. Jangan berenang di dekat atau di belakang jet ski yang kecepatannya sedang lambat.
5. Jangan berkendara di mobil atau truk yang knalpotnya berlumpur.
6. Periksa alat-alat yang berhubungan dengan pembakaran misalnya kompor, penghangat air setiap tahun.
7. Periksa ventilasi secara teratur untuk memastikannya dalam keadaan baik tidak terhalang.
8. Jangan pernah menggunakan minyak tanah di area tertutup.
9. Jangan pernah menggunakan arang di dalam ruangan.
10. Jangan sekali-kali menggunakan oven gas untuk memanaskan rumah.
11. Jangan menutup perapian atau peredam kompor sebelum api benar-benar padam.
12. Jangan menggunakan generator bertenaga gas, peralatan kebun, atau mesin di area tertutup.
Dari data yang berhasil dihimpun Tirto, bunuh diri karena keracunan karbon monoksida dengan membakar briket batu bara atau arang barbekyu meningkat dengan cepat di beberapa negara Asia Timur baru-baru ini, tak terkecuali di Korea Selatan. Sebelumnya, bunuh diri dengan cara tersebut jarang terjadi di Korea, namun telah meningkat pesat sejak 2008.
Kasus bunuh diri lewat metode ini di Korea bermula dari aktor berusia 36 tahun, Ahn Jae-hwan. Ia ditemukan tewas di dalam mobil pada 8 September 2008 dengan batu bara yang dibakar. Media publik meliput rincian kematiannya sebagai sebuah berita utama. Media juga melaporkan bunuh diri Jae-hwan karena punya hutang besar setelah kegagalan bisnisnya.
Dikutip dari artikel dalam Journal of Korean Medical Science, bunuh diri karena briket batu bara bertambah menjadi 292 kasus pada 2008 dan terus meningkat sampai 1.251 kasus di 2011.
Jika Anda merasakan tendensi untuk melakukan bunuh diri, atau melihat teman atau kerabat yang memperlihatkan tendensi tersebut, amat disarankan untuk menghubungi dan berdikusi dengan pihak terkait, seperti psikolog atau psikiater maupun klinik kesehatan jiwa. Salah satu yang bisa dihubungi adalah Into the Light yang dapat memberikan rujukan ke profesional terdekat (bukan psikoterapi/ layanan psikofarmaka) di intothelight.email@gmail.com.
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Yandri Daniel Damaledo