Menuju konten utama

Warga Bukit Duri Kembali Digusur Hari Ini

Tak sampai 3 jam, bangunan-bangunan yang sebelumnya merupakan pemukiman itu rata dengan tanah.

Warga Bukit Duri Kembali Digusur Hari Ini
Warga Bukit Duri menyaksikan proses penggusuran kampung Bukit Duri, Jakarta, Selasa (11/7). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Tiga excavator merangsek dan meruntuhkan ratusan rumah di bantaran sungai Ciliwung, Kelurahan Bukit Duri, Jakarta Selatan, Selasa (11/7/2017). Aktivitas yang terlihat di RT 1, RT 4 dan lingkungan RW 12 itu berlangsung pukul 09.00 WIB pagi dengan penjagaan ketat Satpol-PP dan petugas kepolisian.

Tak sampai 3 jam, bangunan-bangunan yang sebelumnya merupakan pemukiman itu rata dengan tanah. Tak ada isak tangis warga, tapi dentuman alat berat dan debu yang berterbangan masih menyisakan pemandangan yang memilukan.

Subhi (53), warga RT 2 RW 12, terlihat sibuk mengais puing-puing penggusuran rumahnya. Ia mengambil besi, plafon, serta beberapa paku untuk dijual ke pengepul. Satu kilo besi dan paku, kata dia, dibeli dua sampai tiga ribu rupiah sementara plafon bekas bisa dijual dengan harga delapan sampai sepuluh ribu per-ember.

"Yang ada bisa jadi rejeki kita ambil aja lah. Yang penting enggak nyolong," katanya, Selasa (11/7/2017).

Kepada Tirto, Subhi mengatakan telah tinggal di tempat itu sejak tahun 1984. Di sana ia memiliki rumah dan 4 kamar yang dikontrakan dengan harga Rp250.000 per bulan. Selain kontrakan, penghasilannya berasal dari berjualan pakaian dalam wanita di Pasar Kaget di belakang Stasiun Tebet.

Kini, ia tinggal di rumah susun Rawa Bebek dan kehilangan penghasilan dari kontrakannya yang ia pakai untuk modal berjualan. Oleh karena itu, ia menyesalkan tidak adanya ganti rugi dari Pemprov untuk rumah yang ia bangun.

"Kita di sini ngebangun pakai duit ya pengennya diganti berapa gitu. Udah enggak punya penghasilan kita kan. Di sini dulu kontrakan, ya abis semuanya. Sekarang sebulan enggak dapat 1 juta malah ilang," ungkapnya.

Subhi mengaku pasrah karena kebanyakan warga setuju direlokasi ke Rusun. Awal bulan Ramadan lalu, ia dan ratusan warga mulai meninggalkan Bukit Duri karena telah mendapat kunci di Rusun Rawa Bebek.

"Percuma kita ngelawan juga kalah. Udah kita pasrah aja dah, udah dikasih Rusun ini. Cuma ini kan bayar juga, harusnya mah dikasih gratis aja ini kita akan korban gusuran," kata dia.

Meski begitu, ia tetap berharap agar pemerintah dapat memberi bantuan berupa pekerjaan atau modal usaha agar ia tetap beraktivitas seperti sebelumnya. Ia merasa kesulitan jika tak punya penghasilan lain di luar dagangannya setelah kehilangan rumah kontrakannya.

"Namanya orang jualan ya kan enggak tentu. Kalau saya makan jualan di pasar itu ya asal cukup Makan minum aja sisanya kontrakan saya," keluhnya.

Sebagian Warga Mengaku Tak Kebagian Rusun

Berbeda dengan Subhi, Rosniah (46) warga RT 03 RW 12 belum kebagian Rusun sebagai pengganti rumahnya. Saat ini, ia tinggal di rumah yang ia kontrak sebagai warung untuk berjualan makanan. Letaknya di pinggir jalan tak jauh dari lokasi perumahan.

Ia mengatakan, rumahnya bernomor 572 dalam peta bidang penertiban Bukit Duri. Namun saat pengundian nomor Rusun, namanya tidak keluar sebagai salah satu penerima.

"Kemarin pas pembagian Rusun saya enggak dapet, saya kan lagi di Serang. Tapi nama saya enggak keluar pas diundi, tapi kan harusnya tetap keluar ya," tuturnya.

Ia mengaku terus berusaha menemui pejabat RT hingga kelurahan untuk menanyangkan hal tersebut. Sebab, ia membutuhkan Rusun untuk tempat pulang dan beristirahat setelah berjualan.

Oleh lurah Bukit Duri, ia mengaku telah dijanjikan untuk ditempatkan di Rusun Pulo Gebang. Namun hingga saat ini belum ada kabar kapan ia dapat pindah dan menetap di sana.

"Kata Lurah ada Rusun, tapi sendiri di Pulo Gebang. Tapi kalau saya mah maunya kalau bisa di Rawa Bebek. Soalnya ada keluarga saya di sana," ungkapnya.

Sementara menurut Amey (49), mantan Sekretaris RT 03, dari RT 1 hingga RT 4 dihuni tak lebih dari 300 Kepala Keluarga (KK). Sementara di Rusun Rawa Bebek ada lebih dari 400 hunian dan masih banyak yang belum terisi. Lantaran itulah ia heran saat Rosniah tak kebagian Rusun di Rawa Bebek.

Apalagi, tambah Amey, ada beberapa warga yang bukan penduduk asli Bukit Duri yang mendapat tempat di Rawa Bebek. "Kemana coba sebagiannya lagi itu. Tempat saya lantai 4 masih kosong. Saya tanya sama pengelolaannya, dia jawab enggak bisa Bu," katanya.

Sementara itu, Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi memastikan bahwa semua warga yang terkena gusur sudah mendapat Rusun kecuali yang hanya mengontrak di tempat tersebut.

"Ya dia udah punya rumah lagi kali, kalau enggak punya rumah enggak mungkin enggak dapat,” kata dia saat ditemui di warung tempat Rosniah berjualan.

Ketika disebut bahwa Rosniah hanya mengontrak, ia meminta untuk bersabar karena setiap warga pasti kebagian Rusun. "Kalau sudah dibilang lurahnya ada, ya sabar aja. Ditunggu pasti dapat," ungkapnya.

Lebih lanjut, Tri Kurniadi menjelaskan bahwa setelah RT 1-RW 4 selesai, penggusuran disepanjang bantaran Ciliwung tersebut akan diteruskan. Hal tersebut bertujuan untuk mengembalikan kondisi lebar penampang basah Sungai Ciliwung menjadi kondisi normal, yaitu 35-50 meter, perkuatan tebing, pembangunan tanggul, dan jalan inspeksi dengan lebar 6-8 meter di sepanjang sisinya.

"Nanti kita teruskan, tapi enggak sekarang. Ini kan mau buat jalan inspeksi, dan yang sekarang belum selesai. Soal kapan nanti tanya mas Fredy (Asisten Perekonomian dan Pembangunan Jakarta Selatan)," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PENGGUSURAN BUKIT DURI atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto