Menuju konten utama

Wakil Wali Kota Malang Pastikan Tak Ada Pemulangan Mahasiswa Papua

Jarwoko memastikan tidak ada mahasiswa asal Papua yang dipulangkan setelah insiden bentrokan antara mahasiswa Papua yang akan menyampaikan pendapat di Balai Kota Malang dengan sekelompok warga Malang.

Wakil Wali Kota Malang Pastikan Tak Ada Pemulangan Mahasiswa Papua
Kantor walikota malang. foto/wikipedia

tirto.id -

Wakil Wali Kota Malang Sofyan Jarwoko menyampaikan permohonan maaf secara terbuka dan menegaskan bahwa tidak ada pemulangan mahasiswa asal Papua yang studi di Kota Malang, Jawa Timur.

Ia mengatakan bahwa jajarannya mengajak seluruh elemen masyarakat termasuk mahasiswa dari Papua yang ada di Malang untuk menjaga dan mempererat persatuan kesatuan bangsa agar lebih baik pada masa mendatang.

"Bapak Wali Kota telah menyampaikan permintaan maaf, saya juga demikian. Atas insiden itu, saya meminta maaf," kata Jarwoko, di Malang, Jawa Timur, Selasa (20/8/2019) seperti dilansir Antara.

Jarwoko menambahkan terkait pemberitaan di salah satu media online lokal yang menyatakan bahwa dirinya akan memulangkan mahasiswa Papua dari Malang, Ia menegaskan bahwa hal tersebut tidak benar.

Jarwoko memastikan tidak ada mahasiswa asal Papua yang dipulangkan setelah insiden bentrokan antara mahasiswa Papua yang akan menyampaikan pendapat di Balai Kota Malang dengan sekelompok warga Malang.

"Saya ingin memperjelas, bahwa saya tidak pernah menyatakan pendapat atau mengatakan pemulangan mahasiswa Papua," ujar Jarwoko.

Sebelumnya pada 15 Agustus 2019, terjadi bentrokan antara sekelompok warga Malang dengan mahasiswa asal Papua, di kawasan Rajabali, Kota Malang, Jawa Timur.

Berdasarkan laporan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Malang, para mahasiswa asal Papua tersebut dalam perjalanan dari Stadion Gajayana menuju Balai Kota Malang untuk menyampaikan aspirasinya.

Para mahasiswa Papua yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) itu akan melakukan aksi damai di Balai Kota Malang, mengecam penandatanganan New York Agreement antar pemerintah Indonesia dan Belanda pada 15 Agustus 1962.

Sekitar pukul 08.55 WIB, para mahasiswa itu tiba di simpang empat Rajabali dan bertemu sekelompok warga Malang. Kemudian terjadi perselisihan atau adu mulut, yang berujung terjadinya bentrokan.

Bentrokan antara kedua kelompok itu semakin memanas. Puncaknya, kurang lebih pada pukul 09.20 WIB, kedua kelompok saling melempar batu, sehingga membahayakan para pengendara kendaraan bermotor yang melintas.

"Mari kita bersatu kembali, membangun negeri ini supaya lebih baik," ujar Jarwoko.

Baca juga artikel terkait KONFLIK PAPUA atau tulisan lainnya dari Nur Hidayah Perwitasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH