tirto.id - Pada 1500 sampai 1800-an, dua juta pelaut meninggal akibat scurvy, penyakit yang disebabkan karena tubuh kekurangan vitamin C. Penyakit ini bisa menyerang jika asupan vitamin C seseorang berada di bawah 10 mg per hari selama berminggu-minggu, membuat penderitanya mengalami pendarahan terutama di gusi, gigi goyang, dan anemia.
Saat itu para pelaut belum mengetahui apa itu vitamin C. Mereka juga tak punya cukup stok buah dan sayuran selama perjalanan panjang di lautan. Kemudian, tahun 1747, seorang ilmuwan bernama James Lind bereksperimen dan menemukan bahwa jeruk dan lemon bisa membantu mengobati para penderita scurvy. Sejak itu keduanya menjadi teman setia para pelaut. Saat ini penyakit scurvy—yang dulu dikenal dengan “the plague of the seas”—bahkan sudah jarang ditemukan di negara-negara berkembang.
Meski sadar akan pentingnya jeruk dan lemon, masih butuh waktu lama bagi para ilmuwan untuk menemukan bahwa kandungan dalam jeruk dan lemon itulah yang sesungguhnya membuat para pelaut bisa terhindar maupun sembuh dari scurvy.
Pada 1928, Albert Szent-Gyorgi, seorang ilmuwan dari Universitas Szeged di Hongaria, mengisolasi suatu zat yang diberi nama asam hexuronic. Kemudian pada 1931, dua ahli biokimia Amerika Serikat, J.L. Svirbely dan Charles Glen King, menemukan adanya vitamin C berbentuk kristal dalam jus lemon yang ternyata sesuai dengan sifat-sifat asam hexuronic.
Temuan itu membuat vitamin C menjadi topik menarik untuk diteliti lebih dalam, salah satunya oleh Linus Pauling. Ia adalah satu-satunya orang yang pernah memenangi dua hadiah Nobel yang tak terbagi, yakni Penghargaan Nobel Kimia pada 1954 dan Perdamaian pada 1962. Pauling kemudian menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam meroketnya konsumsi vitamin C.
Pauling kemudian memublikasikan bukunya yang paling terkenal, Vitamin C and the Common Cold, pada 1970. Ia mendorong orang-orang di Amerika Serikat untuk mengonsumsi 3.000 mg vitamin C setiap hari karena dianggap dapat “menghindarkan flu dan meningkatkan kesehatan”.
Sains modern membantah temuan Pauling ini. Angka 3.000 mg dinilai terlalu berlebihan. Sebuah tinjauan studi dari Universitas Helsinki di Finlandia pada 2013 mengatakan jika vitamin C tak dapat menghindarkan seseorang dari flu, tapi memang bisa memperpendek durasi penyakit tersebut.
Kedua peneliti di atas, Harri Hemilä dan Elizabeth Chalker, menyimpulkan bahwa hanya dibutuhkan 1.000 sampai 2.000 mg vitamin C per hari untuk mengurangi durasi flu pada orang dewasa sebesar 8 persen (sekitar 10 jam) dan pada anak-anak sebesar 14 persen (17,5 jam).
Vitamin C tidak dapat disimpan dalam tubuh. Tubuh juga tidak dapat memproduksi vitamin C. Karena itu seseorang harus mengonsumsi vitamin C setiap hari. Sementara kelebihan vitamin yang dikonsumsi harian itu bakal langsung dibuang tubuh lewat urin.
National Academies di Amerika Serikat sebenarnya hanya merekomendasikan tiap orang mengonsumsi 75 sampai 90 mg vitamin C per hari. Namun demikian, dosis optimal konsumsi vitamin C adalah 500 mg per hari, kecuali bagi perokok, ibu hamil, atau orang sakit. Bagi mereka, diberikan dosis lebih tinggi.
Cara Murah dan Praktis Konsumsi Vitamin C
Walau para peneliti punya simpulan beda-beda, ada satu manfaat vitamin C yang sama-sama mereka sepakati, yakni kemampuannya meningkatkan imunitas alias menjaga daya tahan tubuh. Vitamin C membantu mendorong produksi sel darah putih—dikenal sebagai limfosit dan fagosit—yang membantu melindungi tubuh dari infeksi, juga membantu sel-sel darah putih berfungsi lebih efektif sambil melindungi mereka dari zat-zat berbahaya, seperti radikal bebas. Vitamin C juga merupakan bagian penting dari sistem pertahanan kulit karena sifat antioksidannya. Manfaat ini bisa membuat luka sembuh dengan lebih cepat.
Sebenarnya kadar rendah vitamin C sering dikaitkan dengan kesehatan yang buruk. Misalnya orang yang menderita pneumonia cenderung memiliki kadar vitamin C lebih rendah, dan suplemen vitamin C telah terbukti mempersingkat waktu pemulihan.
Dari situlah paradigma bahwa seseorang membutuhkan suplemen vitamin C muncul. Padahal suplemen dibutuhkan jika seseorang tidak sempat atau bahkan tidak suka makan sayur dan buah-buahan. Masalahnya, harga suplemen belum tentu murah, sementara sayur dan buah tidak selalu praktis untuk dikonsumsi.
Oleh karena itu, untuk mendapatkan manfaat vitamin C yang terjangkau sekaligus praktis, kita bisa mencari alternatif, misalnya dari suplemen minuman berbentuk serbuk instan seperti SEGAR DINGIN—produk dari Wings Food yang sudah ada di Indonesia sejak 2003.
Sesuai dengan dosis optimal, SEGAR DINGIN mengandung 500 mg vitamin C untuk memelihara daya tahan tubuh. Minuman serbuk yang cepat larut dan lebih segar bila disajikan dengan air dingin ini juga mengandung madu untuk menyegarkan badan, alang-alang untuk meredakan panas dalam, jeruk nipis untuk meredakan tenggorokan kering, dan ekstrak daun mint untuk melegakan tenggorokan. Soal harga, Segar Dingin dijual Rp1.900 untuk ukuran pack (isi empat) dan Rp10.800 untuk ukuran hanger (isi 24), sehingga tergolong ramah di kantong.
Untuk menjaga daya tahan tubuh, mengonsumsi vitamin C adalah salah satu caranya. Namun daya tahan tubuh adalah sebuah sistem, bukan entitas tunggal, sesuai namanya: sistem imun. Agar berfungsi dengan optimal, dibutuhkan keseimbangan dan harmoni, jadi tidak bisa hanya berhenti di vitamin C saja.
“Vitamin [C] amat bermanfaat... Tapi sangat bahaya jika suplemen dijadikan penenang jiwa seakan-akan sudah minum vitamin, lalu tidak apa-apa (maka) makan ngaco sedikit. Atau mangkir olahraga, atau kerja lembur dikompensasi vitamin,” kata dokter sekaligus ahli gizi, dr. Tan Shot Yen.
Jadi, selain mengonsumsi vitamin C, seseorang juga harus memiliki gaya hidup sehat agar daya tahan tubuh kuat. Beberapa hal yang sebaiknya dilakukan adalah rajin berolahraga, istirahat cukup, mengonsumsi makanan dan minuman bergizi, serta menghindari stres.Setidaknya, dengan mengonsumsi vitamin C pada SEGAR DINGIN yang praktis dan murah, satu poin dalam daftar cara menjaga daya tahan tubuh sudah berhasil dicentang. Bila dahulu jeruk dan lemon berkarib dengan para pelaut, sekarang SEGAR DINGIN bisa jadi teman setia kita di tengah pandemi.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis