tirto.id - Jumlah korban yang meninggal akibat virus corona atau COVID-19 bertambah 98 orang menjadi 1.873 hingga pukul 10.23 berdasar data di Johns Hopkins CSSE, Selasa (18/2/2020).
Berdasar data tersebut pula diinformasikan hingga hari ini total orang yang terinfeksi COVID-19 adalah 73.335 dan yang dinyatakan sembuh 12.738 orang.
Dari data tersebut jumlah terbanyak yang terinfeksi COVID-19 berada di Cina dengan total 72.438 orang. Sedangkan jumlah yang meninggal terbanyak berada di Hubei, yaitu 1.789 orang.
Menurut data tersebut 1.789 orang meninggal berada di Hubai, Cina dan yang lainnya berada di daerah lain, seperti:
19 orang meninggal di Henan, Cina
11 orang meninggal di Heilongjiang, Cina
6 orang meninggal di Anhui, Cina
5 orang meninggal di Chongqin, Cina
4 orang meninggal di Beijing, Cina
4 orang meninggal di Guangdong, Cina
4 orang meninggal di Hainan, Cina
4 orang meninggal di Hebei, Cina
4 orang meninggal di Hunan, Cina
3 orang meninggal di Sichuan, Cina
3 orang meninggal di Tianjin, Cina
2 orang meninggal di Gansu, Cina
2 orang meninggal di Guangxi, Cina
2 orang meninggal di Shandong, Cina
1 orang meninggal di Perancis
1 orang meninggal di Hing Kong
1 orang meninggal di Jepang
1 orang meninggal di Guizhon, Cina
1 orang meninggal di Jiangxi, Cina
1 orang meninggal di Jilin, Cina
1 orang meninggal di Liaoning, Cina
1 orang meninggal di Shanghai, Cina
1 orang meninggal di Xinjiang, Cina
1 orang meninggal di Filipina
1 orang meninggal di Taiwan
Sementara itu, melansir Antara News, Presiden Korea Selatan Moon Jae-in hari ini mengatakan, pemerintah Korsel harus melakukan upaya sepenuhnya untuk mendorong perekonomian pada saat negara itu mengalami tekanan karena wabah virus corona.
"(Pemerintah) tidak usah berdebat soal apakah ada sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya atau tidak, daripada seperti itu kita harus memikirkan langkah apa pun yang bisa kita ambil untuk dilaksanakan," kata Moon dalam sidang kabinet.
Moon mengatakan ekonomi sedang berada dalam situasi darurat dan perlu dorongan untuk merangsang permintaan domestik.
Pada 2015, Korea Selatan menyusun anggaran tambahan untuk membantu negara itu melindungi ekonomi dari dampak wabah Sindrom Pernapasan Timur Tengah (MERS).
Editor: Agung DH