tirto.id - Ketua Umum Perkumpulan Pengusaha Sarang Burung Indonesia (PPBSI) Boedi Mranata mengatakan, wabah corona yang mewabah di Cina membuat ekspor sarang burung walet Indonesia ke negeri tersebut terhambat.
Sebab, pemerintah Indonesia menghentikan penerbangan langsung dari dan ke Cina 5 Februari 2020 ini. Alhasil pasokan harus dikirim ke negara terdekat Cina seperti Hongkong yang memiliki jalur ke negara tirai bambu.
"Dari rabu pagi 00.00 tidak ada peenerbangan langsung dari Indonesia ke Cina. barang-barang menumpuk. Ini posisinya kita ada dua cara ekspor. langsung ke Cina dengan izin khusus. satu lagi lewat negara ketiga, Hongkong dan sebagainya."
Kendati memungkinkan untuk menggenjot ekspor ke negara lain, Boedi menilai hal itu tak mudah karena berbagai alasan.
“Memang Cina negara pemakaian terbesar di dunia. Itu tradisi ratusan tahun. Edukasi negara lain mengikuti kebiasaan ini butuh waktu, kecuali ada riset meyakinkan diterima dunia,” ucap Boedi saat dihubungi reporter Tirto, Rabu (5/2/2020).
Ia pun masih optimistis kalau wabah Corona akan segera mereda seperti pada SARS 2002-2003 lalu yang hanya berlangsung sekitar 6 bulan.
Sarang burung walet merupakan salah satu produk potensial Indonesia.
Berdasarkan catatan Kementerian Perdagangan, sepertiga perdagangan sarang burung di dunia diperkirakan mencapai 210 ton per tahun atau setara 1,6 miliar dolar AS berasal dari Indonesia.
Saat ini, Indonesia merupakan penghasil sarang burung walet terbesar di dunia. Pada 2019, Indonesia memproduksi sekitar 70 persen dari total produksi dunia dengan nilai ekspor mencapai USD 291 juta.
Sementara, Tiongkok merupakan negara dengan konsumsi sarang burung walet terbesar di dunia.
Pada semester pertama 2019, Tiongkok mengimpor 557 ton sarang burung walet atau sekitar 115 juta dolar AS dan 60 persennya didatangkan dari Indonesia.
"Yang Indonesia ekspor ke China secara resmi 140 ribu ton di tahun 2019. Sedangkan ekspor yang lewat negara ketiga dengan tujuan akhir ke Cina (dianggap tidak resmi) lebih dari 1.000 ton," ucap Boedi.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Hendra Friana