Menuju konten utama

Virus Corona adalah Wabah Baru Setelah SARS, MERS, dan Ebola

Apa perbedaan virus corona 2019-nCoV, SARS, dan MERS?

Virus Corona adalah Wabah Baru Setelah SARS, MERS, dan Ebola
Kru penerbangan China Eastern Airlines memakai masker pelindung saat kedatangan di Bandara Internasional Sydney, Australia, Kamis (23/1/2020). ANTARA FOTO/AAP Image/Joel Carrett/via REUTERS/wsj/cfo

tirto.id - Virus corona adalah wabah baru, yang secara resmi disebut sebagai 2019-nCoV. Corona virus ini pertama kali muncul pada Desember 2019 di Cina dan diduga berasal dari pasar seafood dan hewan liar di Wuhan. Sebagian besar virus corona yang menyerang manusia, mirip flu yang menyebabkan penyakit ringan hingga sedang.

Namun, beberapa virus corona baru ini juga dapat menyebabkan penyakit parah dan bahkan kematian. Para peneliti masih bekerja untuk menentukan seberapa mematikan virus corona, yang menurut laporan menunjukkan tingkat kematian 3-4 persen. Namun, mereka telah menemukan beberapa kesamaan 2019-nCoV dengan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS).

Kedua virus diduga berasal dari hewan, tetapi bisa menular dari manusia ke manusia dengan cara yang sama. Pada tahun 2002, SARS menginfeksi lebih dari 8.000 orang dan membunuh hampir 800 orang di seluruh dunia.

Steven Hoffman, direktur Global Strategy Lab dan profesor kesehatan global di York University, mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan seberapa parah penyakit itu atau seberapa menularnya virus corona baru, demikian seperti diwartakan Global News.

Hoffman mengatakan, walaupun virus tersebut terlihat sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang serius, tetapi virus corona tidak semematikan seperti coronavirus lain yang menyebabkan Middle East Respiratory Syndrome (MERS). MERS pertama kali muncul di Arab Saudi pada tahun 2012.

MERS menginfeksi ribuan orang di lebih dari 26 negara dan sekitar 35 persen orang yang terinfeksi MERS meninggal, demikian menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Menurut informasi, 2019-nCoV tidak semenular virus campak, yang dapat hidup hingga dua jam di udara setelah orang yang terinfeksi batuk atau bersin. Virus ini juga diyakini tidak mematikan seperti Ebola, yang sebagian besar menular melalui kontak langsung dengan darah orang yang terinfeksi atau cairan tubuh.

Hoffman mengatakan, masyarakat perlu waspada dan melakukan pencegahan terhadap virus corona baru ini.

"Tindakan pencegahan yang harus diambil orang untuk coronavirus sama dengan musim flu: mencuci tangan, batuk ditutup dan tinggal di rumah jika mereka sakit," kata Hoffman.

Gejala Virus Corona

Gejala virus corona atau 2019-nCoV akan menyerangan pernapasan. Pasien yang dikonfirmasi positif terinfeksi virus corona, melaporkan gejala sebagai berikut: demam, batuk, dan sesak napas. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pasien yang terinfeksi coronavirus akan menderita penyakit pernapasan ringan hingga berat.

CDC mengatakan, gejala virus corona akan muncul dalam 2 hingga 14 hari setelah pasien terpapar virus corona. Kesimpulan ini didasarkan pada masa inkubasi virus MERS. Bagi orang yang mengalami gejala virus corona sebagaimana disebutkan di atas, sebaiknya segera menghubungi layanan kesehaan terdekat.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan atau vaksin yang direkomendasikan untuk mengatasi virus corona. Orang yang terinfeksi 2019-nCoV harus menerima perawatan intensif untuk membantu meringankan gejala virus corona. Jika gejala semakin parah, maka penderita harus segera mengunjungi layanan medis.

Saat ini tidak ada vaksin untuk mencegah infeksi 2019-nCoV (corona virus) atau virus corona. Cara terbaik untuk mencegah infeksi adalah menghindari terkena virus ini dengan sering mencuci tangan dan menghindari kontak dengan orang yang terinfeksi coronavirus.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Agung DH