tirto.id - Ponsel pintar sudah jadi bagian paling penting manusia masa kini. Ragam informasi, memesan tiket pesawat dan hotel, dan memenuhi kebutuhan makan siang, cukup dilakukan dengan membuka smartphone. Dalam keseharian, kita semakin semakin rajin menengok ponsel di mana pun, sejak bangun sampai tidur lagi. Bahkan ada yang tertidur dengan ponsel di tangan.
Baca juga: Abai dari Bahaya Berkendara Sambil Main Ponsel
Riset Zendrive, sebuah perusahaan penyedia software ponsel untuk keamanan berkendara, berjudul "Largest Distracted Driving Behavior Study" (2017), menyatakan ada 9 dari 10 pengemudi yang tetap menggunakan ponsel selama berkendara. Total pengemudi di AS adalah 3,1 juta pengemudi.
Penggunaan ponsel selama berkendara telah banyak menyumbang tragedi buruk kecelakaan di jalan raya. Ritual berbahaya tersebut juga yang membuat pemerintah Inggris mengeluarkan larangan dan memberi hukuman bagi warganya yang menggunakan ponsel selama berkendara.
Sialnya, hukuman tersebut tidak sepenuhnya dijadikan pedoman setiap pengendara di negara tersebut. Hal ini terindikasi dari survei RAC baru-baru ini. Sebanyak 26 persen dari 1.727 pengendara Inggris melaporkan menggunakan ponsel genggam saat mengemudi, meskipun melanggar hukum.
Di Indonesia, larangan menggunakan ponsel selama berkendara memang belum ada. Sejauh ini, aturan mengemudi di jalan raya baru diatur melalui Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan. Pasal 106 ayat (1) UU 22/2009 menyatakan bahwa setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalan wajib mengemudikan kendaraannya dengan wajar dan penuh konsentrasi.
Sementara itu, kita sadari bahwa konsentrasi setiap manusia dengan mudah dapat terganggu, bahkan dari bunyi kecil notifikasi di ponsel kita.
Baca juga:Jangan Main Ponsel Menjelang Tidur
Sejumlah penelitian psikologi menunjukkan bahwa kita meluputkan banyak hal, bukan hanya ketika kita menatap layar ponsel, namun juga ketika kita tengah menelepon. Mereka barangkali fokus dengan pembicaraan telepon, namun sebenarnya mereka gagal untuk benar-benar sadar terhadap lingkungan di sekitarnya.
Kemampuan seseorang dalam berkonsentrasi adalah hal penting, yang sangat diperlukan terutama ketika mereka di ruang-ruang publik. Tanpa hal itu, kita akan luput memproses informasi visual yang seharusnya dapat kita olah dengan baik ketika kita berkenan menjauhkan diri dari ponsel untuk sementara waktu.
Mark B. Neider dalam penelitiannya yang diterbitkan di jurnal Accident Analysis & Prevention membandingkan dua macam kegiatan, yaitu antara mendengarkan musik dan berbicara melalui ponsel (menelepon). Dua hal tersebut dilakukan oleh 36 responden yang tengah menyeberang jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu kegiatan yang paling mendistraksi konsentrasi penyeberang jalan.
“Hasilnya, dibanding dengan mereka yang menggunakan iPod [mendengarkan musik], orang-orang yang berbicara di ponsel mereka cenderung kurang berhasil dalam menyeberang jalan,” kata Neider.
Gemma F. Briggs dalam jurnal Traffic Psychology & Behaviour, menjelaskan bahwa percakapan telepon juga memiliki komponen visualnya sendiri. Penelepon tersebut akan membayangkan di mana, sedang apa, dan apa yang si lawan bicarakan. Hal ini membutuhkan persepsi visual yang kuat.
“Akibatnya, seseorang yang menelepon bisa melihat, namun di sisi lainnya ia tidak benar-benar mengamati keadaan di sekitar. Ini tentu saja bahaya,” kata Briggs.
Dalam penelitiannya, Briggs juga mengungkapkan bahwa percakapan telepon memaksa seseorang berimajinasi sehingga pengendara berkemungkinan lebih besar melakukan kesalahan dan lambat bereaksi ketika ada bahaya di depan mereka.
“Hal ini menyebabkan pengendara gagal mengendalikan jarak berhenti kendaraan mereka sehingga meningkatkan risiko kecelakaan empat kali lipat,” lanjutnya.
Ira E. Hyman Jr punya riset soal pengaruh ponsel dalam hal lain. Menurut risetnya, orang-orang yang berbicara di telepon cenderung mengubah arah tujuan perjalanan mereka. Mereka juga cenderung tidak menyadari orang lain di sekitar mereka, sehingga membuat mereka berada di jalan orang lain, dan cenderung berjalan lebih lambat daripada orang yang sedang mendengarkan musik.
Hal ini turut dipelajari oleh Eric M.Lamberg dalam "Cell Phones Change the Way We Walk".Dalam penelitiannya tersebut, ia menemukan bahwa responden yang mengirim pesan (SMS) sambil berjalan menunjukkan penyimpangan lateral dalam berjalan sebesar 61 persen dan kenaikan jarak tempuh perjalanan sebesar 13 persen. Dalam penelitian tersebut juga ditemukan bahwa mengirim SMS menciptakan efek penyimpangan berjalan dan gangguan konsentrasi selama perjalanan lebih besar dibanding menelepon.
Berbeda dengan Lamberg, Strayer DL turut mengamati fenomena penggunaan ponsel di jalan raya tersebut dengan memperhatikan seberapa kuat kemampuan pengendara yang menggunakan ponsel dalam mengingat papan reklame di pinggir jalan.
Penelitian yang dipublikasikan di Journal Experimental Psychology Application tersebut menemukan bahwa pengguna ponsel ketika berkendara cenderung tidak ingat melihat papan reklame apa saja yang mereka lewati.
“Data eye-tracking menunjukkan hal ini disebabkan oleh berkurangnya konsentrasi pada informasi foveal. Penafsiran ini diperkuat oleh data yang menunjukkan bahwa percakapan telepon seluler mengganggu ingatan perseptual implisit,” jelas Strayer.
Baca juga: Betapa Menyebalkannya Pengguna Ponsel dalam Konser
Smartphone kini memang menjadi barang yang tak terpisahkan dari hidup kita. Namun, ada baiknya kita bijak. Lebih baik menyimpan ponsel sementara, ketimbang terantuk batu saat berjalan atau celaka saat menyetir.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani