tirto.id - Pada satu pagi di Agustus 2010 lalu, seorang pria di Missouri, Amerika Serikat berusia 19 tahun mengemudi seperti biasanya. Namun ia tiba-tiba menabrak bagian belakang dari sebuah truk yang menyebabkan kecelakaan beruntun terjadi.
Dua bus sekolah yang berada di belakangnya juga tak bisa menghindari kecelakaan tersebut. Dua orang dinyatakan meninggal dan 38 orang lainnya harus dilarikan ke rumah sakit untuk mendapat perawatan karena mengalami luka serius.
Setelah diselidiki ternyata pria tersebut sedang mengirimkan pesan beberapa detik sebelum kecelakaan maut itu terjadi. Kasus tersebut salah satu dari sekian ribu kasus kecelakaan maut yang disebabkan oleh penggunaan ponsel saat berkendara di banyak negara.
Riset terbaru dari Zendrive --sebuah perusahaan penyedia software ponsel untuk keamanan berkendara--yang berjudul Largest Distracted Driving Behavior Study, yang mengumpulkan sekitar 570 juta perjalanan dari 3,1 juta pengemudi di AS mendapati informasi bahwa pengemudi tetap menggunakan ponsel dalam 9 dari 10 perjalanan.
Selain itu, Zendrive juga menemukan dalam satu jam perjalanan, para pengemudi akan menghabiskan 3,5 menit untuk menggunakan ponselnya. Kondisi ini dikaitkan dengan angka kecelakaan karena penggunaan ponsel saat berkendara di AS kian meningkat.
Laporan National Highway Traffic Safety Administration yang dirangkum Statista menunjukkan pada 2010, jumlah kecelakaan kendaraan bermotor di AS yang disebabkan oleh penggunaan ponsel sebanyak 46.000 kasus. Jumlah tersebut menanjak menjadi 60.000 kasus kecelakaan pada 2012 dan 71.000 kasus kecelakaan karena penggunaan ponsel di tahun setelahnya. Data terakhir pada tahun 2015, jumlah kecelakaan masih sangat tinggi yakni sebanyak 69.000 kasus.
Kecelakaan karena penggunaan ponsel saat berkendara tentu tak hanya terjadi di AS, tapi hampir di berbagai belahan dunia. Menurut laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berjudul Mobile Phone Use: A Growing Problem of Driver Distraction, sekitar 8,4 persen kecelakaan dan korban luka di Belanda disebabkan oleh penggunaan ponsel sambil berkendara.
Selain itu, dalam beberapa penelitian yang dirangkum WHO, sekitar 60-70 persen pengemudi di Amerika Serikat, Selandia Baru, Australia dan beberapa negara Eropa pernah menggunakan ponselnya saat mengemudi. Padahal kebiasaan ini bisa membuat celaka atau kematian.
Mengapa menggunakan ponsel saat berkendara dapat menyebabkan kecelakaan? Mengutip dari Personalinjurysandiego.org, aktivitas SMS saat mengemudi 23 kali lebih memungkinkan terjadinya kecelakaan. Bahkan paling berbahaya dibandingkan berbicara dengan penumpang lainnya, menerima telepon atau menyesuaikan volume musik di audio sistem mobil.
Saat mengirim pesan, setidaknya ada tiga tindakan fisik terpisah yang akan kita lakukan dan tiga tindakan itu menarik perhatian seseorang dampaknya bisa membuat seseorang tak fokus ke depan. Sehingga potensinya bahayanya dianggap tinggi.
Tindakan pertama yakni “visual”. Alih-alih mengawasi jalan di depan, mata kita akan sibuk mencari pesan atau sibuk menulis pesan. Kedua yakni “manual”. Untuk mengirim pesan sudah tentu salah satu tangan kita akan melepas kemudi di saat kendaraan sedang bergerak.
Tindakan ketiga yakni “kognitif” pikiran kita tentu tak lagi berfokus pada kemudi karena yang tentunya perhatian kita akan terbagi, antara fokus memahami isi pesan atau konsentrasi pada kemudi. Selain itu, sifat ketergantungan untuk cenderung membaca pesan dan membalas pesan semakin memperburuk keadaan.
Sifat ketergantungan itu juga membuat seseorang terkadang membiarkan ponsel terus menyala agar kita tak melewatkan pesan atau panggilan masuk. Masalahnya adalah, dalam beberapa detik waktu yang kita gunakan untuk melakukan aktivitas tersebut, dapat memicu kecelakaan fatal.
Meski sudah banyak laporan yang mengemukakan soal bahaya dari menggunakan ponsel saat berkendara, tapi kecelakaan di Indonesia karena dipicu aktivitas menggunakan ponsel saat berkendara masih terjadi. Ini mengindikasikan masih banyak orang yang melihat masalah ini belum serius.
Menurut laporan Icebike.org, kaum remaja adalah salah satu yang tak ingin lepas dari ponsel meski sedang mengemudi. Alasan standard-nya adalah bahwa mereka telah melihat orang dewasa juga melakukannya. Pola asuh yang baik melibatkan teladan orang tua dalam perilaku mengemudi sangat menentukan. Menurut Icebike, orang tua yang membawa anaknya dan saat mengemudi ia tetap mengirim pesan, dianggap sebagai sesuatu yang “keren” untuk dilakukan. Sehingga sudah tentu anaknya akan mengikuti tindakan tersebut.
Sedangkan bagi orang dewasa, ada berbagai alasan mengapa mereka tetap membalas pesan saat mengemudi. Sebagian besar mengungkapkan bahwa ada beberapa pesan penting yang tak bisa diabaikan sehingga harus segera dibalas. Alasan umum lainnya adalah bahwa saat mereka membalas pesan, mereka akan mencondongkan badan ke depan dengan harapan agar tetap dapat membalas pesan dan tetap fokus mengemudi. Padahal, pada dasarnya, manusia akan kesulitan saat pikirannya berfokus pada dua hal.
Pengalaman yang tak menyenangkan seperti kecelakaan kecil barangkali bisa membuat orang sadar untuk bersikap hati-hati saat mengemudi di kemudian hari. Namun, apakah seseorang harus menunggu celaka untuk berubah? Agar tak celaka maka mulailah dengan tak bermain-main ponsel saat berkendara.
Penulis: Yantina Debora
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti