tirto.id - Selama perang terjadi, diperkirakan ratusan serangan Rusia ke Ukraina menargetkan sistem perawatan kesehatan. Menurut data dari lima organisasi yang bekerja di Ukraina, lebih dari 700 serangan telah menargetkan fasilitas dan staf perawatan kesehatan sejak invasi Rusia pada 24 Februari 2022.
World Health Organization (WHO) juga telah mendokumentasikan lebih dari 750 serangan dan 101 kematian. Menteri kesehatan Ukraina baru-baru ini mengatakan, lebih dari 1.200 fasilitas telah rusak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dari total tersebut, 173 rumah sakit rusak tidak dapat diperbaiki.
Mengutip AP News, menurut laporan yang dirilis pada Selasa, 21 Februari 2023, Rusia telah menargetkan sistem perawatan kesehatan Ukraina "dengan sengaja dan tanpa pandang bulu" sebuah tuduhan yang menurut WHO merupakan kejahatan perang.
Berdasarkan laporan itu, serangan Rusia kepada fasilitas kesehatan paling ganas terjadi di awal perang, dengan total 278 serangan dalam empat hari terakhir di bulan Februari dan sepanjang Maret atau rata-rata delapan serangan per hari.
Laporan tersebut mendefinisikan, serangan tidak hanya dengan senjata, tetapi juga ancaman memaksa dokter untuk tetap bekerja di wilayah pendudukan, dan insiden pencurian di daerah yang gagal dipertahankan oleh pasukan Rusia
Di kota Kherson, penduduk mengatakan, pasukan Rusia yang mundur membawa pergi sebagian besar ambulans. Saat mereka merebut kota Mariupol, Rusia mengambil alih rumah sakit terakhir yang berfungsi di kota itu, beberapa hari setelah serangan udara Rusia menghancurkan bangsal bersalin.
Organisasi internasional Dokter untuk Hak Asasi Manusia telah lama mendokumentasikan serangan Rusia terhadap fasilitas medis di Suriah.
Organisasi tersebut menganalisis bahwa taktik perang yang dilakukan Rusia terhadap Ukraina sama halnya dengan yang mereka lakukan di Suriah.
Kementerian pertahanan Inggris mengatakan bahwa serangan Rusia terhadap fasilitas medis dan pendidikan meningkat pada bulan Januari.
Serangan-serangan tersebut menunjukkan kesadaran yang tajam akan “dampak berjenjang yang ditimbulkan oleh serangan terhadap kesehatan terhadap penduduk sipil,” kata Christian De Vos, direktur penelitian dan investigasi untuk Physicians for Human Rights, yang berkontribusi dalam laporan tersebut.
“Itu adalah bagian dari taktik destabilisasi untuk menyebarkan ketakutan pada populasi yang lebih luas,” jelasnya.
Situasi Terkini Perang Rusia-Ukraina
Masih dilaporkan AP News, di Izium wilayah yang dibebaskan pasukan Ukraina pada musim gugur lalu perlahan mulai bangkit kembali.
Di wilayah tersebut, 200 dari 500 staf telah kembali bekerja. Setidaknya satu apotek telah kembali berfungsi. Ini kabar baik bagi orang-orang yang obatnya habis selama enam bulan terakhir.
Ukraina memiliki jumlah infeksi HIV tertinggi kedua di Eropa dan Asia Tengah. Ukraina juga menjadi salah satu negara dengan tingkat tertinggi tuberkulosis yang resistan terhadap obat. Namun sejak invasi, jumlah orang yang dirawat karena penyakit ini menurun drastis.
Sebenarnya, jumlah obat tidak menjadi masalah berkat pasokan yang stabil dari donasi. Tetapi lebih sulit untuk menindaklanjuti atau melacak infeksi baru karena perpindahan massal orang Ukraina di dalam negeri dan di seluruh Eropa.
Andriy Klepikov dari Alliance for Public Health, sebuah organisasi yang menyediakan jasa klinik keliling di seluruh wilayah terdampak dan garis terdepan perang.
Dia mengkhawatirkan mengenai kasus tuberkulosis atau HIV yang tidak terdiagnosis, tetapi tetap optimistis dengan kemampuan negara untuk mengatasinya.
“Sistem kesehatan itu (bukan tentang) tembok atau bangunan atau bahkan peralatan. Ini tentang orang-orang,” katanya.
“Militer Ukraina dikenal karena kekuatan dan ketangguhannya, begitu pula di bidang kesehatan masyarakat, kami sama kuat dan tangguhnya,” ujarnya.
Melansir The Guardian, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pada hari Selasa bahwa pasukannya mempertahankan posisi di garis depan kawasan timur.
Tindakan ini dilakukan setelah Rusia melaporkan bahwa pihaknya maju ke sasaran utamanya di daerah tersebut.
Rusia, yang berusaha mengamankan kendali penuh atas dua provinsi timur yang membentuk kawasan industri Donbas Ukraina, telah melancarkan serangan berulang kali.
Di lain pihak, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan pidato nasional yang panjang di televisi bersama parlemen Rusia.
Pada pidato tersebut, Putin menyalahkan barat karena memulai perang di Ukraina dan menjanjikan dana baru untuk membantu mereka yang kehilangan orang yang dicintai, dalam apa yang disebutnya sebagai "operasi militer khusus" Rusia di Ukraina.
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Alexander Haryanto