tirto.id - PT Perusahaan Listri Negara (PLN) merilis data terbaru sebanyak 23 peserta family gathering PLN diketahui meninggal dunia akibat terjangan tsunami di Selat Sunda.
Hal itu diungkapkan Executive Vice President Corporate Communication and CSR PLN I Made Suprateka di Jakarta, Minggu (23/12/2018).
Peserta family gathering ini merupakan rangkaian acara dari Unit Induk Transmisi Jawa Bagian Barat yang menjadi korban bencana Tsunami di Tanjung Lesung pada Sabtu malam (22/12).
Hingga pukul 14.00 wib, korban selamat berjumlah 137 orang (termasuk korban luka berat). Korban meninggal 23 orang, dan korban terdata namun belum ditemukan atau belum bisa hubungi sebanyak 65 orang.
Total keseluruhan peserta gathering sebanyak 260 orang.
“Kami masih terus mendata dan melakukan upaya pencarian korban, kami mohon doanya agar seluruh korban bisa segera ditemukan dalam kondisi selamat,” kata I Made Suprateka.
PLN juga telah mengirimkan 36 ambulance untuk membantu proses evakuasi di lokasi bencana.
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulanan Bencana (BNPB) mencatat jumlah korban jiwa akibat tsunami dan gelombang tinggi yang menerjang pantai Selat Sunda terus bertambah. Hingga Minggu pukul 13.00 WIB bertambah menjadi 168 orang.
“Terkait dengan banyaknya korban, hal itu disebabkan karena wilayah terdampak merupakan tempat tujuan wisata dan kebetulan kejadian terjadi saat libur panjang,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, di Yogyakarta, Minggu (23/12).
Selain korban meninggal dunia, menurut Sutopo, berdasarkan data yang berasal dari tiga kabupaten yang terdampak tsunami yaitu Pandeglang, Serang dan Lampung Selatan, tercatat sebanyak 745 orang luka-luka, 30 orang hilang, 558 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 60 warung kuliner rusak, 350 kapal dan perahu rusak.
Daerah yang mengalami kerusakan paling parah, menurut dia, berada di Kabupaten Pandeglang dengan 126 korban meninggal dunia, 624 korban luka-luka, empat hilang, 446 rumah rusak, sembilan hotel rusak berat, 350 kapal dan perahu rusak, 60 warung rusak, dan kerusakan puluhan mobil serta sepeda motor.
Sutopo menyebut, tsunami Selat Sunda tersebut datang secara tiba-tiba pada Sabtu (22/12) malam sekitar pukul 21.27 WIB dengan ketinggian dua hingga tiga meter.
“Tidak ada tanda-tanda, gejala atau peringatan dini dari pihak manapun terkait kejadian tersebut,” kata dia.
Penulis: Abdul Aziz
Editor: Abdul Aziz