tirto.id - Perkembangan pandemi corona di dunia sampai hari ini masih menunjukkan peningkatan angka infeksi. Total jumlah kasus positif corona di dunia saat ini sudah hampir mencapai 8 juta orang.
Update data CSSE Johns Hopkins University yang diperbarui hingga jam 18.00 WIB, Senin, 15 Juni 2020, memperlihatkan total kasus positif corona di dunia telah mencapai 7.934.277 pasien.
Angka kematian pasien Covid-19 di dunia pun terus bertambah. Sampai hari ini, sebanyak 433.919 pasien Covid-19 telah meninggal. Sementara total angka kesembuhan: 3.789.462 orang.
Data tersebut menunjukkan, hingga hari ini, 3.710.896 pasien Covid-19 masih berstatus sebagai kasus aktif karena sedang dirawat dan menjalani isolasi.
Sebagai perbandingan, situs swadaya pengepul data statistik global, Worldometer merilis data total kasus positif corona di dunia yang sudah menembus angka 8 juta, tepatnya 8.017.847 pasien.
Data Worldometer yang diperbarui hingga pukul 18.00 WIB pada hari ini, juga menunjukkan total angka kematian pasien Covid-19 telah sebanyak 436.125 jiwa. Sedangkan 4.140.718 orang sudah sembuh dan jumlah kasus aktif kini mencapai 3.441.004 jiwa.
Urutan negara-negara dengan jumlah kasus positif corona tertinggi di dunia, dalam daftar 10 besar tak banyak berubah, jika dibandingkan dengan hari-hari sebelumnya.
Sedikit perubahan terjadi karena, pada awal pekan ini, Iran kembali masuk dalam daftar 10 besar negara dengan jumlah kasus Covid-19 terbanyak di dunia.
Amerika Serikat, Brasil, Rusia, India dan Inggris masih tercatat sebagai lima negara dengan angka kasus Covid-19 tertinggi di dunia.
Namun, CSSE Johns Hopkins University dan Worldometer merilis daftar yang sedikit berbeda. Data dari Worldometer mencantumkan Jerman di 10 besar, dan menurunkan posisi Prancis ke posisi 13.
Sebaliknya, CSSE Johns Hopkins University memasukkan Prancis di daftar 10 besar, dan mencatat Jerman di posisi ke-11.
Jika merujuk data CSSE Johns Hopkins University, daftar 10 negara dengan jumlah kasus corona tertinggi di dunia ialah sebagai berikut:
- AS: 2.094.069 kasus, 115.732 meninggal, 561.816 sembuh
- Brasil: 867.624 kasus, 43.332 meninggal, 413.916 sembuh
- Rusia: 536.484 kasus, 7.081 meninggal, 284.021 sembuh
- India: 332.424 kasus, 9.520 meninggal, 169.798 sembuh
- Inggris: 297.342 kasus, 41.783 meninggal, 1.284 sembuh
- Spanyol: 243.928 kasus, 27.136 meninggal, 150.376 sembuh
- Italia: 236.989 kasus, 34.345 meninggal, 176.370 sembuh
- Peru: 229.736 kasus, 6.688 meninggal, 115.579 sembuh
- Prancis: 194,153 kasus, 29.410 meninggal, 72.982 sembuh
- Iran: 189.876 kasus, 8.950 meninggal, 150.590 sembuh.
Perkembangan Pandemi Corona di Dunia
Peningkatan kembali angka penularan virus corona di Iran membuat otoritas di negara tersebut menyatakan siap untuk lebih memperketat lagi aturan pembatasan aktivitas sosial dan ekonomi.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadat Lari mengumumkan, ada penambahan 113 kasus kematian pasien corona di negaranya dalam sehari terakhir. Penambahan itu membuat total pasien Covid-19 yang meninggal di Iran menjadi 8.950 jiwa pada 15 Juni 2020.
Dalam sehari terakhir, pemerintah Iran mencatat aada 2.449 kasus baru ditemukan. Data ini memperihatkan ada lonjakan kembali angka infeksi setelah Iran setelah terjadi penurunan dalam dua bulan terakhir.
Juru bicara pemerintah Iran, Ali Rabiei menyebut, lonjakan terjadi karena banyak orang di tempat-tempat suci dan transportasi umum, kurang menaati aturan penjarakan fisik.
"Di kereta bawah tanah [Teheran], meski 90 persen orang memakai masker, penjarakan sosial tak dipatuhi," kata Ali kepada wartawan, pada hari ini, seperti dilansir The Guardian.
"Jika penyebaran virus tak terkendali [...], kami akan memperketat peraturan," tegas dia.
Sementara Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Pendanaan Anak-anak Internasional (Unicef) memperingatkan risiko akan adanya kematian 51 ribu balita di kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara, sampai akhir 2020, akibat dampak pandemi.
Dua badan PBB itu menyatakan, meski tidak banyak kasus balita terinfeksi corona, pandemi Covid-19 memicu risiko tingginya angka kekurangan gizi pada anak-anak Timur Tengah dan Afrika Utara. Akses ke vaksinasi juga semakin minim untuk anak-anak di dua kawasan itu.
Alarm pun kembali berbunyi di China. Otoritas di Beijing memutuskan untuk mengunci 10 kawasan permukiman di ibu kota China tersebut. Pemberlakuan lockdown parsial tersebut dilakukan setelah ada penemuan 36 kasus baru di kawasan itu.
Wakil Perdana Menteri China, Sun Chunlan memerintahkan agar kebijakan tegas untuk mencegah penyebaran virus corona diterapkan di Beijing.
Puluhan kasus baru di Beijing teridentifikasi berkaitan dengan penularan virus corona di sebuah pasar grosir bernama, Xinfandi. Pusat penjualan bahan makanan di Beijing selatan itu memasok kebutuhan di 4 provinsi Cina bagian utara.
Dalam pertemuan Dewan Negara pada Minggu kemarin, Sun Chunlan menegaskan bahwa risiko penularan virus corona terkait kasus di pasar itu, "sangat tinggi," demikian seperti dilansir SCMP.
Komisi Kesehatan Nasional China (NHS) mengumumkan pada 15 Juni 2020, tercatat ada 49 kasus baru di Tiongkok. Sebanyak 39 kasus akibat transmisi lokal dan 36 pasien berasal dari Beijing.
Perkembangan berbeda terjadi di Eropa. Sejumlah negara dipastikan membuka perbatasan dalam waktu dekat, saat pandemi corona mulai bisa dikendalikan. Yang terbaru: Prancis dan Jerman.
Presiden Prancis Emmanuel Macron mengumumkan perbatasan negaranya akan dibuka bagi warga dari negara-negara Uni Eropa dan Schengen mulai Senin, pekan ini. Perbatasan Prancis juga bakal terbuka untuk warga non-Uni Eropa mulai 1 Juli.
Adapun Jerman membuka perbatasannya bagi pelancong asal negara-negara Eropa pada musim panas tahun 2020. Namun, Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas meminta semua turis tetap berhati-hati saat melakukan perjalanan saat libur musim panas tahun ini.
Spanyol juga berencana membuka perbatasannya bagi pengunjung asal negara-negara Uni Eropa dan Schengen, mulai 21 Juni 2020.
Pada saat mengumumkan ini pada Minggu kemarin, Perdana Menteri Pedro Sanchez menyatakan pembukaan perbatasan dikecualikan bagi pelancong asal Portugal. Pemerintah Portugal meminta Spanyol tetap menutup perbatasan darat kedua negara sampai 1 Juli mendatang.
Di sisi lain, Inggris akan mengkaji kembali peraturan penjarakan fisik minimal dua meter. Perdana Menteri Borsih Johnson menyatakan ada peluang pelonggaran aturan pembatasan sosial, setelah tren penurunan angka kasus baru terjadi.
Johnson menyatakan, diperkirakan di antara 1000 penduduk Inggris, kurang dari satu orang yang mengidap virus corona. Oleh karena itu, dia menilai kemungkinan orang melakukan kontak dengan pengidap virus semakin kecil, demikian dikutip dari ABC News.
Editor: Agung DH