tirto.id - Pasien positif Coronavirus COVID-19 di Amerika Serikat tercatat terus meningkat dengan total mencapai 2.045.549 kasus dikutip dari data Worldometers, Rabu (10/6/2020). Angka tersebut telah termasuk dengan penambahan 19.056 kasus positif COVID-19 di seluruh Amerika Serikat dalam kurun waktu 24 jam.
Total kasus tersebut masih menempatkan Amerika Serikat sebagai negara nomor satu kasus terbanyak COVID-19 di antara negara-negara lain di seluruh dunia. Di samping itu, total kasus meninggal juga bertambah 1.093 jiwa, menjadi total 114.148 jiwa per hari ini.
New York masih menjadi episentrum bagi wabah baru COVID-19 di Amerika Serikat dengan total kasus 400.660, dan 30.603 total kematian per hari ini menurut catatan Worldometers. Negara bagian lain seperti New Jersey, California, Illinois, dan Massachusetts menempati posisi di bawahnya dengan masing-masing kasus di atas 100 ribu.
Sementara itu, New York dengan kasus COVID-19 terbanyak seantero negeri Paman Sam tersebut juga telah dibuka kembali pada Senin (8/6/2020) kemarin. Dikutip dari Washington Post, Walikota Bill de Blasio memperkirakan setidaknya 200 ribu hingga 400 ribu pekerja akan kembali bekerja di seluruh wilayah kota.
“Seluruh warga New York seharusnya bangga dengan apa yang telah dicapai hari ini,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (8/6/2020) lalu.
Sehari sebelumnya, yaitu pada hari Minggu (7/6/2020), Blasio mengumumkan melalui akun Twitternya bahwa pembukaan kembali New York disebabkan oleh penurunan angka positif COVID-19 per hari selama dua hari terakhir dilansir New York Times. “[…] Besok kita akan mengambil langkah besar pertama untuk memulai kembali. (Jaga diri) tetap aman. Jaga satu sama lain,” cuit Blasio.
Meski demikian, banyak pejabat kesehatan yang secara pribadi takut bahwa pembukaan kembali yang telah ditetapkan oleh Gubernur Andrew M. Cuomo dan Walikota de Blasio tersebut terlalu ambisius. Mereka khawatir bahwa tingkat infeksi virus akan meningkat ketika masyarakat mulai kembali bekerja dan mengenakan transportasi umum.
Di sisi lain, Guardian mewartakan setidaknya 14 negara bagian di AS mencatat kenaikan infeksi COVID-19. Texas mencapai rekor tertinggi dari 1.885 (pada 5/5/2020) menjadi 1.935 per 9 Juni 2020. Disebutkan bahwa naiknya kasus positif Coronavirus ini disebabkan karena negara-negara bagian Florida, Texas, dan California, telah mengizinkan beberapa bisnis dan tempat-tempat umum untuk dibuka kembali.
Demonstrasi menuntut keadilan terhadap kematian George Floyd dalam beberapa waktu terakhir di wilayah AS juga disebutkan berpotensi menyebarkan infeksi COVID-19. Terlebih virus ini diyakini dapat ditularkan dengan berbicara dan dapat menular meski tidak memiliki gejala.
Direktur CDC Dr. Robert Redfield mengatakan kepada di awal bulan ini bahwa pengunjuk rasa harus dievaluasi dan diuji terkait penyebaran virus tersebut.
"Saya pikir ada potensi, sayangnya, (demonstrasi) ini menjadi acara penyemaian (virus)," terutama di daerah metropolitan di mana ada transmisi yang signifikan, kata Redfield.
Bertambahnya jumlah kasus Coronavirus yang dilaporkan di AS membuat pemerintah lebih menekankan perlunya pengujian, menjaga jarak fisik dan penggunaan masker, akibat takut apabila kasus akan terus bertambah seiring dengan pelonggaran pembatasan, serta demonstrasi besar beberapa waktu terakhir, dikutip dari Washington Post.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora