tirto.id - Pasca hujan lebat disertai petir dan angin kencang karena dampak badai Seroja, Minggu (4/4/2021) lalu, saat ini Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur sudah berangsur mulai pulih.
Badai Seroja juga menyebabkan sejumlah lokasi di NTT mengalami banjir bandang hingga mengakibatkan rumah rusah dan warga terpaksa mengungsi.
Agusto Bunga, warga Kota Kupang, Kecamatan Kota Raja Kelurahan Airnona saat dihubungi redaksi Tirto mengatakan, saat ini sebagian listrik di Kota Kupang sudah mulai nyala.
"Listrik di Kota Kupang sudah 30 persen nyala. Jalan-jalan utama sudah bisa dilalui, namun bekas pohon tumbang, sampah bekas badai masi bertebaran dan di beberapa lokasi seperti di area BTN Kolhua, Depan Hotel Romyta, Depan Rumah Sakit Leona dan Jalan di wilayah TDM air masih meluap dari drainase," katanya.
Agusto juga mengatakan saat ini cuaca di Kota Kupang juga sudah mulai cerah setelah dihantam badan Seroja beberapa hari lalu.
"Cuaca cerah, laut di wilayah pesisir kota juga cenderung tenang, pasar sudah kembali ramai, pegawai negeri sipil beberapa instansi sudah kembali bekerja," tambahnya.
Sementara itu terkait bantuan bencana di beberapa daerah NTT yang terdampak badai Seroja, Agusto mengatakan bahwa saat ini sudah mulai didistribusikan namun masih belum merata di beberapa daerah sehingga memicu terjadinya protes dari sebagian warga.
"Kalau di Flores Timur bantuan sudah banyak di distribusi di sana, namun banyak komplain dari wilayah terdampak lainnya seperti TTS, Malaka, Sabu, Alor dan Sumba Timur, karena menurut mereka, konsentrasi bantuan pemerintah pusat hanya di Flores Timur berkaitan dengan banjir bandang, sedangkan daerah lain belum. Yang paling banyak sekarang adalah open donasi yang digalang oleh komunitas dari luar NTT, seperti Bali, Surabaya, Jakarta, dan dari dalam Kota Kupang sendiri," ujarnya.
Kendala pemulihan jaringan listrik di NTT menurut PLN
Sementara itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN) Area Pelayanan Jaringan Adonara, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengonfirmasi pemulihan pasokan listrik menuju tiga dari delapan kecamatan terdampak bencana alam ditargetkan rampung pada Jumat (9/4/2021).
"Ada delapan kecamatan yang terdampak. Hanya untuk jalur yang bisa dilintasi cuma tiga kecamatan. Sisanya masih diupayakan," kata Manager PLN Adonara Theo Aji Caraka di Adonara Timur, melansir Antara.
Theo mengatakan pemulihan pasokan listrik yang saat ini sedang berlangsung berada di Kecamatan Ile Boleng, Kelubagolit, dan Witihama.
Sedangkan lima kecamatan lainnya yakni Adonara Timur, Wotan Ulu Mado, Adonara Barat, Adonara Tengah dan Adonara belum bisa ditembus kendara pengangkut material PLN akibat kerusakan infrastruktur.
"Yang pelanggan sudah menyala ada 2.475 pelanggan. Yang masih padam 25.449 pelanggan di delapan kecamatan," katanya.
Hingga Rabu, PLN Adonara sudah menyelesaikan pekerjaan penarikan satu jalur kabel listrik di yang menghubungkan Desa Waiburak dan Waiwerang Kota.
Kegiatan berlanjut hari ini untuk penyelesaian penarikan kabel di dua jalur menuju tiga kecamatan, yakni Ile Boleng, Kelubagolit dan Witihama.
"Target kita besok sampai menyala di tiga wilayah kecamatan tadi. Tapi secepat mungkin kita selesaikan. Di Waiburak ini ada delapan tiang sudah berdiri semua. Konduktor di satu jalur itu sudah ditarik dan sudah selesai. Tinggal satu jalur lagi," katanya.
Hambatan di lapangan, kata Theo, lebih pada kerusakan infrastruktur yang menghambat akses kendaraan berat PLN.
Seperti yang terjadi di jembatan penghubung Desa Waiburak dan Waiwerang Kota yang terputus.
"Karena jembatan di Waiburak dan Waiwerang masih putus, jadi untuk menyeberangkan tiang dilakukan secara manual lewat kali," katanya.
Pemulihan jaringan listrik di tiga kecamatan melibatkan 70 personel teknisi.
"Saat ini sudah sekitar 70 orang dikerahkan. Hari pertama, kita masih 30an orang, hari kedua 50an orang, hari ketiga sampai sekarang 70 orang. Masih diusahakan tambahan tim dari Larantuka dan Kupang dalam perjalan ke sini," ujarnya.
Theo menambahkan, PLN Adonara telah meminta tambahan 30 personel untuk menjangkau lima kecamatan lain yang masih terdampak pemadaman listrik.
Alasan BNPB tak buka hunian sementara di NTT
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo mengatakan pemerintah pusat tidak akan membangun hunian sementara di lokasi terdampak bencana alam di Nusa Tenggara Timur guna mencegah penularan COVID-19.
"Kami minta daerah percepat usulan kepada pemerintah pusat melalui BNPB, agar BNPB bisa segera menyalurkan dana sebesar Rp500 ribu per keluarga setiap bulan. Ini semata-mata upaya kami untuk mencegah tempat pengungsian justru menimbulkan masalah baru yaitu penularan COVID-19," kata Doni dalam konferensi pers penanganan bencana alam di NTT secara virtual yang diakses dari Jakarta, melansir Antara.
BNPB atau pemerintah pusat, menurut Doni, tidak akan membangun hunian sementara (huntara). Masyarakat yang terdampak bencana dapat menyewa rumah keluarga atau saudara terdekat dengan uang yang diberikan tersebut, sehingga risiko terpapar COVID-19 bisa dikurangi karena tidak harus bersama-sama tinggal di pengungsian.
Doni juga mengatakan Kementerian Kesehatan dan BNPB telah menyalurkan puluhan ribu kit tes usap (swab) antigen yang diprioritaskan diberikan ke daerah dengan risiko penularan tinggi, yaitu di tempat-tempat pengungsian.
"Dan kami serahkan itu kepada pemerintah provinsi untuk mendistribusikannya, sehingga pemerataan bisa dilakukan dengan baik," katanya.
Terkait perbaikan infrastruktur, ia mengatakan akan diprioritaskan setelah masa tanggap darurat berakhir, setelah seluruh korban bencana tertangani dengan baik dan juga jenazah yang ada di tempat-tempat sulit terjangkau sudah bisa ditemukan.
Adapun pelayanan kesehatan, terutama di Adonara, memang tidak tersedia rumah sakti dan beberapa pasien sudah dievakuasi ke rumah sakit di Larantuka. "Kami cek kesiapan rumah sakit di sana (Larantuka) dan cukup bagus," ujarnya.
Doni mengatakan, beberapa dokter sudah didatangkan Kementerian Kesehatan dari beberapa daerah, termasuk ada tawaran relawan medis yang akan memperkuat keberadaan dokter yang ada sekarang ini. Sedangkan di Alor dan Lembata, rumah sakit sudah mampu menangani pasien.
Sedangkan untuk di Malaka, menurut sepengetahuannya, jajaran Polri sudah berusaha menjangkau kawasan yang belum tersentuh di sana. Karena faktor cuaca penyaluran bantuan memang terkendala, dan itu tidak bisa dilawan.
Ia meminta agar jika ada data akurat terkait lokasi bencana yang belum tersentuh bantuan dapat disampaikan secara langsung, supaya mudah diberikan bantuan. "Sehingga tidak ada masyarakat yang tidak dapat dukungan dan bantuan," pungkasnya.
Editor: Agung DH