tirto.id - Badai atau siklon tropis Seroja menerjang wilayah Kupang dan beberapa daerah lain di Nusa Tenggara Timur, Minggu (4/4/2021). Usai kejadian tersebut hingga saat ini listrik di Kupang masih padam, meski begitu, kini akses jaringan seluler sudah kembali normal untuk beberapa daerah di NTT.
"Listrik masih padam, sinyal selular mulai kembali normal. Sejak kemarin, masyarakat berkumpul di titik-titik tertentu untuk men-charge handphone atau laptop," kata Agusto Bunga, warga Kota Kupang, Kecamatan Kota Raja Kelurahan Airnona saat dihubungi redaksi Tirto, Rabu (7/4/2021) pukul 10.30 WIB.
Agusto juga mengatakan saat ini stok BBM sudah mulai berangsur normal. Sebelumnya BBM terutama jenis premium sempat langka di Kota Kupang akibat rusaknya SPBU karena terjangan badai Seroja.
"BBM berangsur normal, walaupun baru dua SPBU yang berfungsi," katanya.
Saat ini sebagian masyarakat khususnya yang berada di Kota Kupang sudah mulai memadati toko bangunan untuk membeli beberapa keperluan guna memperbaiki bangunan rumah yang sebelumnya rusak diterjang badai Seroja.
"Masyarakat memadati toko bangunan untuk membeli seng dan paku, namun ada toko-toko tertentu menyediakan paku seng gratis satu kilo per kk untuk meringankan beban warga," ujarnya.
Benarkan akan terjadi tsunami di Kupang?
Sebelumnya pada Selasa malam kepanikan sempat melanda sebagian besar warga dipesisir pantai karena ramai oleh berita hoaks yang mengatakan bahwa daerah pesisi pantai Kupang akan dilanda tsunami.
"Semalam beberapa lokasi pesisir dihebohkan oleh berita hoaks terkait tsunami, namun hal itu sudah ditepis pihak BMKG, dan mengklarifikasi bahwa yang dimaksudkan adalah gelombang tinggi di perairan Laut Sawu, yang diperkirakan mencapai 4-6 meter," kata Agusto.
Sebelumnya Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam konferensi pers daring usai rapat dengan Presiden Jokowi, Selasa (6/4/2021) memang sempat mengatakan bahwa akan ada potensi gelombang tinggi yang mirip dengan tsunami sebagai dampak dari badai siklon tropis Seroja.
"Dampak yang terjadi hari ini hingga sekitar tanggal 7 itu adalah sangat dirasakan. Selain hujan lebat, tapi juga angin yang kencang dan gelombang tinggi," kata Dwikorita.
"Yang dikhawatirkan, ini mirip tsunami. Jadi gelombang tingginya itu masuk ke darat. Meskipun tidak sama dan sekuat gelombang tsunami, tetapi sama-sama masuk ke darat dan dapat merusak," tambah Dwikorita.
Hal ini lah yang kemungkinan besar memicu kepanikan dan mengakibatkan tersebarnya berita hoaks soal potensi tsunami di NTT. Padahal seperti diketahui, gelombang tsumani baru bisa terjadi bila ada gempa besar atau gempa dengan magnitudo dan kedalaman tertentu.
Guna meredam kepanikan dan meluruskan informasi soal potensi tsunami ini, BMKG Kupang mengeluarkan keterangan tertulis, yang menegaskan bahwa informasi soal tsunami itu tidak benar.
"Berita tersebut tidak benar dan BMKG tidak pernah membuat berita tersebut," isi keterangan tertulis yang ditandatangani oleh Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Syaeful Hadi.
Selain itu dalam keterangan tertulis tersebut BMKG juga menginformasikan bahwa fenomena yang berpeluang terjadi adalah gelombang tinggi dengan ketinggian beragam, yaitu.
Tinggi gelombang 1,25-2,5 meter berpotensi terjadi di:
- Selat Sape bagian Selatan
- Selat Sumba bagian Barat
- Laut Sawu
- Selat Ombai
- Perairan Utara Kupang - Rote
Tinggi gelombang 2,5-4 meter berpotensi terjadi di:
- Perairan Selatan Kupang - Rote
- Samudera Hindia Selatan Kupang - Rote
Tinggi gelombang 4-6 meter berpeluang terjadi di:
- Samudera Hindia Selatan Sumba - Sabu
Akibat gelombang tinggi dan curah hujan yang signifikan dapat mempengaruhi dinamika pesisir di wilayah NTT, sehingga BMKG mengimbau masyarakat di pesisir pantai untuk mewaspadai adanya fenomena banjir pesisir (ROB).
Koordinator bidang Mitigasi Gempa bumi dan Tsunami BMKG Daryono saat dihubungi redaksi Tirto juga menegaskan bahwa tidak benar ada potensi tsunami.
Kepada masyarakat yangg tinggal di NTT kususnya pesisir Kupang - Rote tidak perlu khawatir ancaman tsunami. Saat ini tidak ada gempa potensi tsunami, masyarakat diimbau tenang dan tidak melakukan evakuasi ke dataran tinggi. Mengungsi ke dataran tinggi itu dilakukan jika ada gempa berpotensi tsunami," kata Daryono.
Editor: Agung DH