Menuju konten utama

Undangan Natal dari Abdullah Quilliam, Ustaz Inggris Era Victoria

Abdullah Quilliam bersama komunitas muslim Liverpool mengundang ratusan anak-anak makan bersama di masjid dalam rangka hari Natal.

Undangan Natal dari Abdullah Quilliam, Ustaz Inggris Era Victoria
Liverpool Moslem Institute, masjid pertama di Inggis, didirikan oleh Abdullah Quilliam; 1887. FOTO/Abdullah Quilliam Society

tirto.id - Jejak awal Islam di tanah Inggris sejauh ini umumnya merujuk pada abad ke-8. Ketika itu Raja Offa dari sebuah kerajaan Anglo-Saxon mencetak uang koin berukiran motif Islam yang kini dapat disaksikan di British Museum.

Pada abad ke-16 muslim dari Afrika Utara, Timur Tengah dan Asia Tengah mendarat di London. Dilansir dari BBC, pada masa kekuasaan Ratu Elizabeth I, sejatinya umat Muslim dapat hidup di Inggris dan menjalani berbagai profesi, mulai dari diplomat, penerjemah, pemusik, pedagang dan lainnya.

Isolasi Ratu Elizabeth dari negara-negara Eropa yang mayoritas Katolik menjadi faktor kedatangan muslim dari negara-negara di kawasan Asia dan Afrika. Elizabeth secara resmi diekskomunikasi Paus Pius V pada 1570. Hal ini memungkinkannya untuk bertindak di luar keputusan-keputusan Vatikan yang melarang berdagang atau membentuk aliansi dengan negeri-negeri Muslim. Pandangan umum bangsa-bangsa Kristen terhadap Islam—tak terkecuali Inggris sebelum pemerintahan Ratu Elizabeth I—masih dipengaruhi pengalaman berdarah selama Perang Salib.

Baca juga: Saracen: Dari Perang Salib Sampai Jenazah Pahlawan Revolusi

Dalam sejarah Islam di Inggris, seorang kulit putih bernama Abdullah Quilliam memberi warna berbeda. Kisahnya hadir di penghujung abad ke-19 ketika Ratu Victoria berkuasa.

Abdullah Quilliam Merayakan Natal

Suasana Natal 1888 di Liverpool terasa berbeda. Sekitar pukul enam pagi, cahaya-cahaya lilin sudah menyala dari sebuah gedung. Orang-orang di dalamnya tampak sibuk menyiapkan segala rupa hidangan. Di salah satu sudut ruangan, terdengar seorang perempuan memainkan piano.

Di tempat inilah sebuah masjid pertama di Inggris berdiri. Dilansir dari Aljazeera, setelah memimpin sholat Subuh, Quilliam membuka pintu masjid pada pukul delapan.

Imam William Henry "Abdullah" Quilliam disambut ratusan warga miskin kota yang diundang menyantap sarapan Natal bersama. Penduduk setempat menyebut masjid itu “Gereja Islam”. Pada pagi hari, ada 200 sampai 400 anak-anak setempat diajak makan bersama di hari Natal. Memasuki petang hari, jumlahnya membludak menjadi 400-600 anak.

Acara open house menyediakan sandwich, roti, jagung, biji-bijian, teh, dan kopi. Tak lupa alunan musik berupa puji-pujian kepada Yesus dilantunkan, memanjakan pengunjung dari kalangan kaum papa.

Kehangatan warga Muslim dan Kristen di Liverpool ini terekam dalam surat kabar The Crescent. Abdullah Quilliam sendiri yang menjadi redakturnya. Sepanjang Januari, The Crescent menyoroti soal suasana Natal dan peran komunitas Muslim Quilliam dalam perayaan-perayaannya.

Surat kabar yang terbit antara 1893 sampai 1907 itu juga mendokumentasikan kehidupan umat Muslim Inggris secara umum.

Quilliam dan Warisannya

William Henry Quilliam adalah anak seorang pengkhotbah Methodis. Quilliam lahir pada 10 April 1856 di 22 Eliot Street, Liverpool. Masa kecilnya dihabiskan di Pulau Man yang berada di bawah kekuasaan Britania Raya di wilayah Laut Irlandia. Ketika besar, ia pulang ke Liverpool pada Desember 1878 dan bekerja sebagai pengacara.

Perkenalannya dengan Islam terjadi ketika Quilliam berlibur di Gibraltar lalu jalan-jalan ke Maroko. Beberapa orang Maroko di kapal feri yang ditumpanginya tampak menunaikan ibadah sholat di tengah tiupan angin laut yang cukup kencang. Ketenangan mereka membuat Quilliam mulai tertarik dengan Islam.

Infografik natal bersama abdullah quilliam

Di Maroko 1887, usia Quilliam menginjak 31 tahun ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. Sekembalinya ke Liverpool, ia tak langsung mengumumkan statusnya sebagai Muslim. Bangunan di Brougham Terrace kemudian dipilihnya untuk dijadikan masjid yang kelak dinamainya Liverpool Muslim Institute.

Pada 1888 barulah Quilliam mengumumkan kepindahannya ke Islam dan mengubah namanya menjadi Abdullah Quilliam. Ia juga diklaim sebagai orang kulit putih asal Inggris pertama yang memeluk Islam. Masjid yang didirikannya pun disebut-sebut sebagai masjid pertama di Inggris.

Baca juga: Peran (Orang) Inggris di Balik Lahirnya Arab Saudi

Sampai memasuki abad ke-20, Abdullah Quilliam masih menjadi seorang pengacara sambil memperkenalkan agama barunya ke banyak orang.

Hari-hari Quilliam kemudian menulis buku Faith of Islam, yang bertujuan untuk memperkenalkan Agama Islam kepada orang Inggris. Buku yang sangat populer itu kemudian diterjemahkan ke dalam 13 bahasa. Ratu Victoria dikabarkan membaca Faith of Islam dan memborongnya untuk cucu-cucunya.

Baca juga: Menganggur Sambil Beramal: Asyiknya Jadi Pangeran Inggris

Ratusan warga Inggris masuk Islam karena dakwah Quilliam. Di sisi lain, karena aktivitas dakwahnya itu pula banyak orang-orang Inggris yang tak menyukainya.

Ron Geaves, Profesor Studi Agama di Liverpool Hope University yang juga menulis buku Islam in Victorian Britain: The Life and Times of Abdullah Quilliam (2010) mengatakan bahwa karya-karya Quilliam tidak hanya sekadar turut mengubah pandangan publik tentang Islam, tapi juga memakai pendekatan-pendekatan yang familiar dengan penduduk setempat

"Anda mungkin mengharapkan mereka untuk jadi religius dan mempromosikan Islam, tapi yang kita temukan adalah ceramah yang disertai eksperimen, ceramah sains,” komentar Geaves.

Masjid rumahan yang didirikan Quilliam berkembang menjadi institusi yang menggabungkan panti asuhan, perguruan tinggi, madrasah, hotel, museum, dan perpustakaan.

Pada 1908 saat penolakan terhadap aktivitas Quilliam semakin keras, ia bertolak ke Istanbul, Turki. Kepergiannya sekaligus membuat kompleks masjid Quilliam tak terurus.

Baca juga: Bagaimana Warga Eropa Memandang Islam

Bangunan ini kemudian beralih fungsi sebagai tempat pencatatan sipil seperti kelahiran, kematian, dan perkawinan. John Lennon mencatatkan perkawinan dengan istri pertamanya, Cynthia di sini. Belakangan, gedung tersebut rusak.

Abdullah Quilliam tak pernah lagi menginjakkan kaki di Liverpool. Namanya berganti menjadi Haroun de Leon. Quilliam baru pulang ke Inggris dalam kematiannya pada 28 April 1932. Ia beristirahat dalam damai di pemakaman Brookwood.

Pada 1999, sekelompok Muslim dari Merseyside mendirikan Abdullah Quilliam Society. Mereka mengambil alih Brougham Terrace yang sudah rusak berat. Biaya restorasi gedung mencapai 3,8 juta poundsterling. Sampai hari ini, prosesnya masih berlangsung.

Baca juga: Dakwah Kristen Jawa ala Coenrad Laurens Coolen

Sikap yang ditunjukkan oleh Quilliam dan para pengikutnya luar biasa ramah. Kendati sudah memeluk keyakinan baru, Natal tidak menjadi sebuah acara yang dihindari.

Menurut Timothy John Winter, dekan Cambridge Muslim College, menyebutkan bahwa perayaan Natal dari komunitas muslim Quilliam menunjukkan kemauan menyapa tradisi lokal.

Sedangkan Humayun Ansari, penulis buku The Infidel Within: Muslims in Britain since 1800 (2004) berpendapat bahwa orang-orang Muslim dalam kelompok Quilliam tidak merayakan Natal dalam pengertian dan iman Kristen. “Mereka hanya ingin menjangkau masyarakat,” ungkapnya.

Baca juga: J.E. Tatengkeng, Pramoedya, dan Sastra Bernapas Kristen

Quilliam berusaha mengkomunikasikan bahwa Islam punya hubungan yang erat dengan Kristen. “Dia berusaha menunjukkan bahwa Islam bukan sesuatu yang asing, alih-alih bagian dari tradisi Abrahamik,” ujar Ansari dikutip Aljazeera.

Saat ini ada lebih dari 2,5 juta muslim di Inggris. Mereka berasal dari beragam etnis dan latar belakang sosial, sehingga memahami Islam dengan cara yang berbeda-beda pula.

Baca juga artikel terkait HARI RAYA NATAL 2017 atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf