Menuju konten utama

Umar Patek Paham Karakter Abu Sayyaf, Analis: Libatkan Saja

Analis intelijen dan terorisme dari Indonesia Intelligence Institute Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, menilai orang-orang seperti Umar Patek dan Nasir Abbas merupakan militan asal Indonesia yang dulu pernah berlatih militer di Filipina Selatan, sehingga mereka bisa dilibatkan sebagai negosiator dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

Umar Patek Paham Karakter Abu Sayyaf, Analis: Libatkan Saja
Sutomo (49) menunjukan foto putranya Bayu Oktavianto yang merupakan warga negara Indonesia (WNI) yang disandera di Filipina Selasa (29/3). Bayu Oktavianto satu dari sepuluh awak kapal yang disandera oleh kelompok Abu Sayyaf saat melintas di perairan Filipina pada Sabtu (26/3/2016) lalu. ANTARA FOTO/ Aloysius Jarot Nugroho.

tirto.id - Analis intelijen dan terorisme dari Indonesia Intelligence Institute Universitas Indonesia, Ridlwan Habib, menilai orang-orang seperti Umar Patek dan Nasir Abbas merupakan militan asal Indonesia yang dulu pernah berlatih militer di Filipina Selatan, sehingga mereka bisa dilibatkan sebagai negosiator dalam upaya pembebasan 10 WNI yang disandera kelompok Abu Sayyaf di Filipina.

"Orang-orang seperti Umar Patek dan Nasir Abbas memahami karakter grup Abu Sayyaf, mereka bisa dilibatkan," katanya di Jakarta pada Kamis (31/3/2016).

Menurut Ridlwan, perusahaan tempat para WNI yang disandera tersebut bekerja bisa melibatkan Patek dan Abbas hanya sebatas negosiator, sedangkan pemerintah Indonesia bertindak selaku fasilitator.

"Pemerintah tidak boleh membayar teroris. Yang bernegosiasi adalah perusahaan swasta yang ABK-nya ditahan. Tapi Pemerintah bisa jadi fasilitator agar keselamatan WNI terjaga," ujar Ridlwan.

Berdasarkan penelusuran Ridlwan, kelompok penculik bersenjata dibawah bendera Abu Sayyaf, dikenal kerap membunuh sandera dengan cara bengis dan kejam. Oleh karena itu, kata dia, demi wibawa negara dan amanat konstitusi, pemerintah harus berupaya semaksimal mungkin.

Meskipun demikian, Ridlwan optimistis semua sandera bisa dilepaskan dengan selamat. "Dengan upaya maksimal dan perlindungan Tuhan, semoga dalam tiga empat hari kedepan ada perkembangan positif," kata Ridlwan.

Ridlwan menjelaskan bahwa pemerintah masih memiliki dua pilihan lainnya, yakni menyerahkan sepenuhnya upaya pembebasan pada militer Filipina, atau mengerahkan TNI jika diijinkan oleh Filipina.

"Semua opsi ada untung dan ruginya. Yang pasti kita berkejaran dengan waktu, para penculik hanya memberi tenggat hingga 8 April. Presiden bisa segera memutuskan pilihan terbaik," ujarnya.

Sebelumnya, dua kapal berbendera Indonesia yang diawaki 10 WNI dibajak kelompok Abu Sayyaf, di kawasan Filipina Selatan. Tidak hanya menyandera, kelompok tersebut juga menuntut pemerintah membayar biaya tebusan sebesar 50 juta peso atau setara dengan Rp14,3 miliar. (ANT)

Baca juga artikel terkait ABU SAYYAF atau tulisan lainnya

Reporter: Rima Suliastini