Menuju konten utama

Ular Besi di Bawah Tanah Jakarta

Para komuter yang bekerja di Jakarta dan memilih menggunakan kendaraan umum menantikan Mass Rapid Transit (MRT) yang mencakup jalur subway (bawah tanah). Ternyata, ide subway untuk Jakarta sudah ada sejak Gubernur Soemarno.

Ular Besi di Bawah Tanah Jakarta
Penyelesaian pekerjaan konstruksi MRT Jakarta koridor Selatan-Utara Fase 1 rute Lebak Bulus - Bundaran HI, TIRTO/Andrey Gromico

tirto.id - Urusan transportasi massal sudah jadi problem klasik di Jakarta. Tahun demi tahun, seiring dengan pergantian pemimpin dan kemajuan teknologi, moda transportasi di kota metropolitan ini sedikit demi sedikit dikembangkan. Namun, arus urbanisasi membawa dampak terhadap kehidupan kota. Suplai alat transportasi seolah tak kunjung memenuhi kebutuhan seluruh warga.

Salah satu ide untuk mengentaskan masalah kebutuhan transportasi di Jakarta adalah pembangunan sistem Mass Rapid Transit (MRT) yang mencakup transportasi bawah tanah atau subway. Kabar pembangunan sistem transportasi ini sebenarnya sudah lama beredar. Pada Februari 1964, Seperti dilaporkan Historia, Gubernur Soemarno mewacanakan pembangunan subway dengan pertimbangan melonjaknya jumlah penduduk ibukota dari 800.000 jiwa pada 1944 menjadi lebih dari tiga kali lipatnya pada 1964.

Pemilihan kereta api dianggap Soemarno lebih efektif untuk memenuhi kebutuhan angkutan warga sekaligus mengurangi kemacetan. Data yang disampaikannya menunjukkan kurang lebih 80.000 orang menggunakan kereta api untuk mobilitas sehari-hari. Pergantian kepemimpinan DKI Jakarta membuat realisasi gagasan Soemarno ini sempat tertunda. Pada masa pemerintahan Ali Sadikin, bus umum menjadi moda transportasi yang lebih diutamakan.

Baru pada 1986 ketika Soeprapto menjabat sebagai gubernur, ide terkait pembangunan lintasan kereta api di luar jalur permukaan kembali muncul. Namun, atas dasar pertimbangan biaya, yang dipilih kemudian adalah membangun lintasan di atas permukaan/melayang (elevated).

Seperti ditulis oleh Bambang Susantono dalam bukunya yang bertajuk Revolusi Transportasi, pembangunan subway dapat memakan biaya tujuh kali lebih besar daripada pembangunan MRT permukaan. Terlepas dari besarnya biaya yang harus digelontorkan, sebenarnya sistem subway ini memiliki aneka kelebihan seperti menjaga estetika lanskap kota, minim risiko kecelakaan, dan bebas polusi

Pemerintah menargetkan pada 2018 bisa memperkenalkan moda transportasi anyar ini kepada warga. Di Eropa, sistem ini sudah dipakai sejak akhir abad ke-19.

London tercatat sebagai kota pertama di dunia yang merealisasikan subway pada 1863 dengan membangun Metropolitan Railway yang kini menjadi bagian dari London Underground yang ternama. Kelemahan pionir sistem subway ini adalah kurangnya ventilasi. Sekalipun terdapat sejumlah sirkulasi udara yang telah dibuat, asap dan uap dari lokomotif tetap membuat kesehatan para penumpang terpengaruh. Namun, hal ini tidak mengurangi popularitas moda transportasi bawah tanah di London saat itu.

Terkait dengan subway di London, catatan Susantono juga menginformasikan bahwa London Underground yang lazim disebut The Tube memiliki sebelas jaringan kereta yang menghubungkan seluruh wilayah London dan kota-kota di sekitarnya, termasuk Eurostar Paris. Pembangunan subway di Eropa kemudian disusul oleh Budapest Metro pada 1896 dan Paris Metro pada 1900.

Kini, layanan subway di kota hujan itu bahkan ada yang beroperasi semalaman, meski hanya pada Jumat dan Sabtu. "Otoritas transportasi kota memperkirakan 100.000 penumpang ekstra setiap malam, dan mengestimasi langkah ini bisa meningkatkan ekonomi lokal," tulis Wired.

Di Amerika, pembangunan subway pertama tercatat dilakukan di Boston pada 1897 dan diekori oleh New York pada 1904. Subway kemudian menjadi salah satu trademark Kota New York. Sistem angkutan cepat bawah tanah di New York ini memiliki jumlah stasiun terbanyak di dunia, yakni 468 stasiun. Ia mengalahkan London dan Tokyo. Lebih dari 4 juta penumpang menggunakan moda transportasi ini untuk mobilisasi mereka.

Berbeda dengan jam operasi kereta bawah tanah di London dan Tokyo yang berhenti pada tengah malam, New York City Subway beroperasi selama 24 jam. Besarnya kebutuhan warga New York terhadap moda transportasi ini menjadikannya satu di antara sepuluh sistem angkutan cepat kereta tersibuk di dunia di samping Tokyo, Moskow, Korea, Hongkong, beberapa kota besar di Cina, Paris, dan Meksiko.

Di Asia, Jepang tercatat sebagai negara pertama yang mengoperasikan kereta subway. Pada 1927, lintasan kereta bawah tanah dibuat di Tokyo yang menghubungkan Asakusa dengan Ueno. Seperti kereta di Jakarta, Tokyo subway system juga menyediakan gerbong perempuan untuk menghindari terjadinya pelecehan. Pembangunan sistem angkutan cepat yang melibatkan kereta bawah tanah di Asia lantas didudu oleh Beijing Subway pada 1969, Seoul Metro pada 1974, Mass Transit Railway Hong Kong pada 1979, Metro Manila pada 1984, Singapore MRT pada 1987, Kuala Lumpur LRT pada 1996, dan MRT Bangkok pada 2004.

Infografik Kereta Bawah Tanah

Tak hanya kelahiran sistem subway di berbagai belahan dunia, tercatat pula beberapa kecelakaan yang melibatkan kereta bawah tanah. Pada Februari 1975, 43 korban jiwa dan sejumlah korban luka tercatat dalam sejarah London Underground setelah kereta menabrak jalan buntu terowongan di stasiun Moorgate.

Pada 28 Oktober 1995, terjadi kecelakaan maut yang menewaskan kurang lebih 300 orang dan melukai 250 orang di Baku, Azerbaijan. Lima orang dilaporkan meninggal dan lebih dari 200 orang terluka ketika kereta bawah tanah Kota New York keluar dari lintasan dekat stasiun Union Square pada tahun 1991.

Maret 2000, tabrakan dua kereta di Tokyo subway pada jam sibuk menghilangkan empat nyawa dan mencederai 40 orang lainnya. Pemerintah setempat menyatakan hal ini merupakan kecelakaan fatal pertama dalam sejarah sistem subway di sana. Beralih ke Rusia, pemerintah melakukan investigasi terorisme pada 2004 pasca-insiden ledakan di Metro Moscow Train yang menewaskan setidaknya 22 orang dan melukai 70 orang.

Menilik dokumentasi peristiwa-peristiwa yang ada ini, kecermatan dalam perencanaan pengadaan sarana dan prasarana, tentu pemeliharaannya, menjadi hal yang krusial. Jangan sampai hal-hal buruk terjadi. Keamanan dan kenyamanan sudah mutlak menjadi syarat setiap moda transportasi, termasuk kereta bawah tanah yang kemunculannya tengah dinantikan warga Jakarta.

Baca juga artikel terkait JAKARTA atau tulisan lainnya dari Patresia Kirnandita

tirto.id - Teknologi
Reporter: Patresia Kirnandita
Penulis: Patresia Kirnandita
Editor: Maulida Sri Handayani