Menuju konten utama
Konflik Rusia vs Ukraina

Ukraina Terkini: Rusia Klaim Tarik Mundur Pasukan dari Perbatasan

Rusia mengklaim menarik sebagian pasukannya dari perbatasan Ukraina, namun Barat belum terlalu percaya.

Ukraina Terkini: Rusia Klaim Tarik Mundur Pasukan dari Perbatasan
Presiden Rusia, Vladimir Putin. ANTARA FOTO/Sputnik/Sergei Bobylyov/Pool via REUTERS/pras/cfo

tirto.id - Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengonfirmasi penarikan sebagian pasukan Rusia dari dekat perbatasan Ukraina. Hal ini disinyalir bisa mengurangi ketegangan dalam konfilk Rusia vs Ukraina yang memanas beberapa waktu terakhir. Kendati demikian, para pejabat negara Barat masih ragu terhadap kemungkinan Rusia benar-benar tidak melakukan serangan dalam waktu dekat.

Mengutip The Guardian, ukuran jumlah penarikan pasukan Rusia itu pun belum terlalu jelas. Kemungkinan pasukan yang ditarik hanya sebagian kecil di perbatasan. Pejabat negara Barat memperkirakan jumlah tentara yang diterjunkan sebelumnya sebanyak 130 ribu orang atau sekira 60 persen dari tentara darat milik Rusia.

Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, mengatakan, sejauh ini pihaknya belum menemukan indikasi de-eskalasi atau penurunan jumlah pasukan di lapangan dari pihak Rusia. Justru selama beberapa pekan dan hari terakhir yang terjadi malah sebaliknya.

Tak hanya itu, pejabat keamanan mereka juga melihat adanya bala bantuan pertempuran dan kemampuan lain berada di dekat perbatasan Ukraina.

Di sisi lain, Rusia membantah akan melakukan serangan terhadap Ukraina. Rusia berdalih, pihaknya dapat melakukan latihan pada pasukan di wilayahnya sendiri yang dinilai cocok.

Situasi mulai memanas setelah Rusia bersama Belarusia memulai latihan militer bersama di dekat perbatasan Ukraina. Di saat yang sama, Barat khawatir akan berlanjut dengan invasi ke negara tersebut. Mengutip BBC, Belarusia merupakan sekutu Rusia dan mempunyai akses perbatasan cukup panjang dengan Ukraina.

Lebih dari 100 ribu tentara Rusia hadir di perbatasan itu. Namun, Rusia membantah jika kehadiran pasukannya dalam rangka melakukan invasi. Sebaliknya, Ukraina mengaku mendapatkan tekanan psikologis dari keberadaan latihan militer bersama tersebut.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, tujuan latihan itu adalah untuk melatih "menolak agresi eksternal dengan operasi defensif". Pasukan tersebut turut membekali diri dengan latihan melindungi perbatasan dan memblokir akses pengiriman senjata atau pun amunisi.

Rusia mengklaim bahwa mereka berhak mengirim pasukannya ke mana pun di wilayah sekutunya dan pasukan di Belarusia akan kembali ke pangkalan usai latihan.

Ada Apa dengan Ukraina dan Rusia?

Ketegangan antara Ukraina dengan Rusia dimulai pada November 2021. Mengutip Al Jazeera, saat itu ditemukan penumpukan pasukan baru Rusia di perbatasan Ukraina melalui pencitraan satelit. Atas hal tersebut, Ukraina menuduh Rusia telah memobilisasi 100 ribu tentara yang datang bersama tank beserta peralatan militer lain.

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, merespons dengan mengingatkan tentang sanksi ekonomi terhadap Rusia apabila benar-benar menyerang Ukraina.

Namun, Rusia mengajukan jaminan keamanan kepada Barat agar menghentikan semua kegiatan militer di Eropa Timur dan Ukraina. Rusia juga tidak mau kalau Ukraina atau negara-negara bekas Uni Soviet lainnya diterima sebagai anggota NATO.

Pejabat AS dan Rusia lantas mengadakan pertemuan diplomatik di Jenewa, Swiss. Tidak ada keputusan bulat dari pertemuan itu karena Rusia bersikeras dengan tuntutannya dan AS tidak mau menyetujuinya.

Pada 26 Januari 2022, NATO menempatkan pasukannya di Eropa Timur dengan menambah kapal dan jet tempur. Staf kedutaan yang kurang penting pun banyak yang ditarik oleh negara-negara Barat. Selanjutnya, AS menempatkan sekira 8.500 tentara untuk bersiaga.

Di sisi lain, Vladimir Putin tetap membuka kran diplomasi sekali pun tuntutan utama Rusia belum ditanggapi. Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, turut mengingatkan Barat agar menghindari sikap yang memicu "kepanikan" dan berdampak negatif pada perekonomian negaranya.

Putin membantah telah merencanakan invasi. Dia juga menuduh AS mengabaikan tuntutan keamanan di negaranya.

Sementara itu, pejabat AS mengatakan bahwa sudah 70 persen pembangunan militer Rusia didirikan dan memadai untuk kebutuhan melakukan invasi skala penuh ke Ukraina. Pentagon akhirnya setuju menambah 3.000 tentara AS untuk ditempatkan ke Polandia untuk meyakinkan sekutu.

Dengan adanya ketegangan ini, sejumlah negara menyerukan warganya yang masih ada di Ukraina untuk segera meninggalkan negara tersebut. Mereka turut memberikan peringatan bahwa evakuasi militer tidak diberikan jaminan kala terjadi peperangan.

Baca juga artikel terkait KRISIS RUSIA DAN UKRAINA atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Politik
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Iswara N Raditya