tirto.id - Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Universitas Gadjah Mada (UGM) Erwan Agus Purwanto mengatakan bahwa banyaknya petugas penyelenggara pemilu yang meninggal dunia tidak lantas mendelegitimasi hasil Pemilu 2019.
"Saya kira sangat jelas meninggalnya penyelenggara pemilu ini bukan suatu yang direncana. Tidak dirancang atau disengaja ada faktor-faktor yang membuat mereka meninggalnya bukan secara alamiah," kata Erwan saat jumpa pers di UGM Yogyakarta, Kamis (9/5/2019).
Meskipun hingga saat ini sudah ada lebih dari 500 petugas penyelenggara pemilu yang meninggal, dan penyebabnya diduga karena kelelahan serta stres, tapi menurutnya bukan bagian dari rencana untuk membunuh mereka.
"Meninggalnya tadi juga tidak terjadi masif di satu TPS kemudian meninggal semua. Ini kan meninggalnya dari sekian hampir enam juta petugas yang tersebar di seluruh Indonesia," ujarnya.
Artinya ketika ada satu petugas yang meninggal maka proses pemilu tetap dapat diselesaikan petugas lain, karena pekerjaan dilakukan per grup.
Sehingga penyelenggaraan pemilu tetap bisa dilakukan sampai tahapannya itu selesai pencoblosan, perhitungan, rekapitulasi, dan seterusnya.
"Sehingga itu tidak akan menjadi alasan, kemudian kita mengatakan pemilu tidak terselenggara dengan baik sehingga perlu dibatalkan," katanya.
Oleh karena itu Erwan menekankan agar meninggalnya petugas penyelenggara pemilu karena kelelahan atau stres tidak dijadikan alasan untuk mendelegitimasi pemilu.
"Jangan sampai meninggalnya petugas sebagian itu karena kondisi kesehatan dan dalam kondisi stres itu justru digoreng menjadi alasan-alasan untuk mendelegitimasi hasil pemilu," katanya.
Dekan Fakultas Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM Ova Emilia mengatakan bahwa banyaknya petugas penyelenggara pemilu yang meninggal ini sebagai kejadian luar biasa.
"Bisa disebut sebagai kejadian luar biasa, kematian yang tidak diperkirakan sebelumnya [...] Kalau dibandingkan, ibu mati per menit satu orang karena melahirkan. Tidak dianggap sebagai kejadian luar biasa. Dan, tidak digoreng-goreng seperti ini," katanya.
Dekan Fakultas Psikologi UGM Fatchurohman mengatakan dari hipotesis awal penyebab kematian para petugas pemilu ini menurutnya karena beban kerja yang lebih banyak. Sehingga menurutnya perlu adanya standar operasional prosedur (SOP).
Numun di sisi lain menurutnya perlu ada penghargaan bagi para petugas yang meninggal atau pun yang sakit karena telah mendedikasikan diri untuk Pemilu 2019.
"Kita tetap menghargai korban yang ada, karena itu sudah terjadi, mereka punya dedikasi tinggi, jangan sampai delegitimasi terhadap apa yang ada. Saya khawatir, sebelum sistem diperbaiki, kalau ada pemilu dibatalkan, kita bisa dapat korban yang lebih banyak lagi," kata Fatchurohman.
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Nur Hidayah Perwitasari