tirto.id - Turis sekaligus fotografer asal Singapura, Loh Lee Aik (68) yang menjadi korban gigitan komodo sebelum masuk kawasan wisata sudah berbuat onar.
Kepala Taman Nasional Komodo (KTNK) Sudiyono mengatakan, Loh Lee Aik sempat beradu mulut dengan petugas karena menolak membayar karcis untuk masuk ke kawasan itu.
"Jadi memang, sejak awal masuk ke kawasan itu sudah membuat onar. Loh Lee Aik juga menginap di Kampung Komodo yang tidak mungkin diawasi khusus oleh petugas, apalagi ada banyak orang yang mengunjungi kawasan itu," kata Sudiyono kepada Antara, Jumat (5/5/2017).
Sudiyono menegaskan, sebelum insiden terjadi pada Rabu kemarin Loh Lee Aik telah diperingatkan warga Kampung Komodo agar tidak terlalu dekat saat mengambil foto, tetapi peringatan warga itu tidak dihiraukan.
Warga mengingatkan bahwa tindakan Loh Lee terlalu berbahaya saat mengambil gambar binatang yang sedang makan bangkai kambing itu.
"Saat binatang itu sedang makan daging, wisatawan ini mengambil gambar dari jarak yang sangat dekat. Warga sudah melarangnya agar tidak mengambil gambar terlalu dekat, tetapi Loh Lee Aik itu tidak menghiraukan larangan itu sehingga kaki Aik pun digigit binatang tersebut," kata Sudiyono menjelaskan.
Dia mengatakan Loh Lee Aik langsung dievakuasi untuk mendapatkan pengobatan.
Saat ini korban masih dirawat di Rumah Sakit Umum Siloam Labuan Bajo.
Menurut dia, bagi orang yang belum mengenal spesies langka ini, gigitan komodo bisa dianggap peristiwa sepele, seperti digigit hewan besar lainnya. Namun bagi yang sudah mendengar keganasan komodo, berita soal manusia yang digigit komodo ini adalah berita besar.
(baca: Turis Singapura Digigit Komodo, Seberapa Besar Bahayanya?)
Mengenai peringatan kepada wisatawan, dia mengatakan setiap wisatawan baik asing maupun domestik yang memasuki kawasan Taman Nasional Komodo maupun Kampung Komodo selalu mendapat penjelasan agar selalu berhati-hati.
Dia berharap peristiwa ini dapat menjadi pelajaran bagi semua wisatawan yang ingin menyaksikan biawak raksasa Komodo itu.
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH