Menuju konten utama

Tujuh Anak-Anak Tewas dalam Gempa Pidie

Sejumlah tujuh anak-anak turut menjadi korban tewas dalam gempa Pidie.

Tujuh Anak-Anak Tewas dalam Gempa Pidie
Korban gempa yang ditemukan dari reruntuhan rumah di gotong menuju ambulance selanjutkan dibawa kerumah sakit terdekat, Aceh (07/12). [Foto/dok.istimewa]

tirto.id - Setidaknya 18 orang tewas dan puluhan lainnya masih terjebak dalam reruntuhan setelah gempa bumi besar mengguncang provinsi Nanggroe Aceh Darussalam di pulau Sumatra pada Kamis, (07/12/2016).

“Jumlah korban meninggal dunia sejauh ini sudah mencapai 18 orang, berdasarkan data dari rumah sakit. Beberapa korban adalah anak-anak,” papar Wakil Bupati Kabupaten Pidie Jaya, Said Mulyadi, yang wilayahnya menderita dampak terparah dari gempa tersebut.

Ia menambahkan, tujuh anak-anak termasuk ke dalam korban yang tewas, serta, rumah sakit setempat terus dibanjiri oleh korban yang terluka.

“Rumah sakit di sini kesulitan menampung seluruh pasien, sehingga beberapa korban dikirim ke kabupaten tetangga,” paparnya.

Bangunan-bangunan di lokasi terdampak gempa, termasuk masjid, rumah, dan ruko, sebagian besar rata dengan tanah. Gambar-gambar yang diperoleh dari lokasi kejadian menunjukkan kerusakan yang terjadi sangat besar.

Penduduk setempat, Hasbi Jaya (37), mengatakan bahwa keluarganya sedang tidur saat gempa keras menerpa rumahnya.

“Kami segera lari keluar rumah saat rumah mulai runtuh. Seluruh bangunan, mulai dari atap sampai lantai, runtuh dan hancur,” paparnya kepada AFP.

“Saya segera melihat sekeliling dan seluruh rumah tetangga juga hancur seluruhnya,” imbuhnya.

Badan penanganan bencana setempat menyatakan bahwa upaya penyelamatan tengah dijalankan untuk menyelamatkan para korban yang diduga masih terjebak reruntuhan.

“Beberapa penduduk masih terjebak di dalam ruko, dan kami tengah berusaha untuk mengevakuasi mereka menggunakan alat berat dan tenaga manual,” papar pejabat BNPB setempat, Puteh Manaf.

Menurut lembaga US Geological Survey (USGS), gempa berkekuatan 6,5 skala Richter telah melanda sebelah utara kota Reuleuet, Pidie Jaya, pada subuh kemarin. Gempa terjadi saat mayoritas warga Muslim tengah bersiap melaksanakan ibadah salat subuh. Tidak ada peringatan tsunami yang dikeluarkan otoritas setempat.

Seismologis menyatakan bahwa gempa dirasakan di sepanjang provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, yang sebelumnya pernah dilanda tsunami akibat gempa di Samudra Hindia pada 2004 silam.

Setidaknya lima gempa susulan telah terjadi, papar Eridawati, kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat.

USGS merevisi skala gempa yang terjadi di Pidie menjadi 6,5 Skala Richter setelah sebelumnya berkisar di angka 6,4 Skala Richter. Lembaga itu juga mengeluarkan yellow alert untuk bahaya kerusakan yang diakibatkan.

“Beberapa korban dan kerusakan mungkin saja terjadi dan efek gempa ini harus segera dilokalisasi,” tambahnya.

Di daerah pesisir kota Sigli, penduduk setempat dilanda kepanikan dan lari meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan menjauhi laut.

“Kami sekarang pergi menuju Tijue karena takut akan ada tsunami,” ujar Nilawati, salah satu pengungsi yang meninggalkan Sigli.

Indonesia adalah negara yang kerap dilanda gempa dan aktivitas vulkanik karena posisinya di tengah-tengaj “Ring of Fire”, lokasi tempat lempengan-lempengan tektonik beradu.

Wilayah Aceh sendiri terletak di sisi utara pulau Sumatra, yang memang dikenal rawan gempa.

Sebelumnya, pada Juni lalu, sebuah gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter melanda wilayah barat Sumatra dan merusak puluhan bangunan sekaligus melukai delapan orang.

Baca juga artikel terkait GEMPA ACEH atau tulisan lainnya dari Putu Agung Nara Indra

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Putu Agung Nara Indra
Penulis: Putu Agung Nara Indra
Editor: Putu Agung Nara Indra