Menuju konten utama

Trump Ajak Rusia Lacak Email Hillary

Hillary yang menjadi lawan Trump pada Pemilu Presiden AS 8 November nanti seketika merespons pernyataan Trump ini dengan menyebut pengusaha real estate itu menjadi ancaman nyata bagi keamanan nasional AS.

Trump Ajak Rusia Lacak Email Hillary
Calon Presiden Partai Republik Donald Trump. Antara foto/Reuters/Carlo Allegri.

tirto.id - Calon presiden dari Partai Republik Donald Trump membuat berang para pakar dan musuh-musuh politiknya. Mereka menuduh Trump sebagai orang berbahaya bagi AS karena meminta bantuan kekuatan luar untuk memata-matai musuhnya.

Sebelumnya, Trump mengundang Rusia untuk melacak ribuan email hilang sewaktu Hillary Clinton menjabat Menteri Luar Negeri AS.

"Rusia, jika kalian mendengarkan, saya harap kalian bisa menemukan 30.000 email yang hilang itu," kata Trump kepada wartawan seperti dikutip Reuters.

Juru bicara Trump, Jason Miller, lalu buru-buru meredakan ketegangan ini dengan mengatakan Trump tidak meminta Rusia meretas email Clinton.

Trump merujuk sistem email pribadi Clinton sewaktu menjadi menteri luar negeri pada 2009-2013. Pada 2015 Hillary menyerahkan ribuan email kepada pihak berwajib AS yang menyelidiki sistem ini.

Namun Hillary tidak menyerahkan email pribadi dan yang tidak berkaitan dengan tugasnya. Email itu diketahui berjumlah 30.000.

FBI menyimpulkan tidak ada alasan untuk mengajukan dakwaan kriminal, namun Direktur FBI James Comey bulan ini mengatakan bahwa ada bukti Clinton sangat ceroboh dalam menangani informasi rahasia.

Trump berusaha mengalihkan perhatian orang dari Konvensi Nasional Demokrat di Philadelphia di mana Presiden Barack Obama akan berbicara Rabu malam setempat atau Kamis pagi WIB ini dan Hillary Clinton diperkirakan akan menerima pencalonannya keesokan harinya.

Pada saat bersamaan, Trump menampik tudingan bahwa rilis email WikiLeaks yang memalukan Partai Demokrat pekan lalu adalah hasil rekayasa Rusia.

Pada pakar keamanan siber dan pejabat AS yakin ada bukti bahwa Rusia merekayasa rilis email sensitif partai itu demi mempengaruhi proses Pemilu Presiden di AS.

Trump justru menyebut Cina atau pihak lain yang berada di balik pembeberan email Demokrat itu, demikian Reuters.

Baca juga artikel terkait POLITIK

tirto.id - Politik
Sumber: Antara
Penulis: Rima Suliastini
Editor: Rima Suliastini