Menuju konten utama

Triwulan III 2019, Defisit Neraca Transaksi Berjalan RI 2,7% PDB

Defisit neraca transaksi berjalan Indonesia sepanjang Juli-September sebesar 7,7 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari Produk domestik bruto (PDB).

Triwulan III 2019, Defisit Neraca Transaksi Berjalan RI 2,7% PDB
Sejumlah kendaraan bermotor melintas dengan latar belakang pembangunan 'longspan' atau bentangan beton panjang lintasan Light Rail Transit (LRT) di Kuningan, Jakarta, Kamis (7/11/2019). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.

tirto.id - Defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) Indonesia pada triwulan III/2019 tercatat sebesar 7,7 miliar dolar AS atau 2,7 persen dari Produk domestik bruto (PDB).

Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI), posisi CAD sepanjang Juli-September tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,2 miliar dolar AS atau 2,9 persen dari PDB.

"Perbaikan kinerja CAD ditopang oleh meningkatnya surplus neraca perdagangan barang, sejalan dengan menurunnya defisit neraca perdagangan migas di tengah surplus neraca perdagangan nonmigas yang stabil," tulis BI dalam laporan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan III/2019 yang dirilis hari ini, Jumat (8/11/2019).

Membaiknya defisit neraca perdagangan migas dipengaruhi oleh impor migas yang menurun, sejalan dengan dampak positif kebijakan pengendalian impor, misalnya program B20.

Sementara itu, surplus neraca perdagangan nonmigas tercatat stabil di tengah perekonomian dunia yang melambat dan harga komoditas ekspor Indonesia yang menurun.

Kinerja CAD triwulan III juga didukung oleh penurunan defisit neraca pendapatan primer akibat lebih rendahnya repatriasi dividen dan pembayaran bunga utang luar negeri.

Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial tercatat meningkat, menjadi sebesar 7,6 miliar dolar AS. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus triwulan sebelumnya sebesar 6,5 miliar dolar AS.

Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial terutama didukung oleh membaiknya kinerja investasi portofolio, seiring meningkatnya aliran masuk modal asing pada aset keuangan domestik.

"Peningkatan surplus juga disebabkan oleh menurunnya defisit investasi lainnya yang dipengaruhi oleh lebih tingginya penarikan neto pinjaman luar negeri sektor swasta dan lebih rendahnya pembayaran netto pinjaman luar negeri pemerintah," terang BI.

Dengan kondisi terebut, NPI pada triwulan III/2019 tercatat masih defisit sebesar 46 juta dolar AS, membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat defisit sebesar 2,0 miliar dolar AS.

Hal tersebut diiringi dengan peningkatan posisi cadangan devisa pada akhir September 2019 yang mencapai 124,3 miliar dolar AS, lebih tinggi dari posisi akhir Juli 2019 yang sebesar 123,8 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,2 bulan impor atau 6,9 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.

Ke depan, bank sentral memprakirakan kinerja NPI tetap baik sehingga dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal. Prospek NPI tersebut didukung oleh defisit transaksi berjalan 2019 dan 2020 yang diprakirakan tetap terkendali dalam kisaran 2,5–3,0 persen PDB dan aliran masuk modal asing yang tetap besar.

"Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk berupaya mendorong peningkatan Penanaman Modal Asing (PMA)," tutup BI.

Baca juga artikel terkait DEFISIT NERACA TRANSAKSI BERJALAN atau tulisan lainnya dari Hendra Friana

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Hendra Friana
Penulis: Hendra Friana
Editor: Gilang Ramadhan