tirto.id - Topan Hagibis yang melanda Jepang menyebabkan korban jiwa sebanyak 60 orang dan luka-luka 200 orang per Rabu (16/10/2019). Pemerintah mengatakan, sebagian besar area mengalami curah hujan 40 persen dari porsi curah hujan tahunan.
NHK melaporkan, 200 sungai di sepanjang kepulauan Honshu (pulau utama Jepang) meluap, menyebabkan kawasan pemukiman penduduk dan jalanan tergenang air, di antaranya Sungai Chikuma di Prefektur Nagano, barat laut Tokyo. Selain air, lumpur juga menggenangi jalanan dan menempel di dinding-dinding rumah.
"Rumah yang saya tinggali selama bertahun-tahun telah hancur. Saya tak bisa menahan air mata saat kembali ke pengungsian dan menyadari apa yang terjadi," kata salah seorang penduduk yang mengungsi karena peristiwa ini.
Banjir juga melumpuhkan industri terbesar di Nagano, yaitu perkebunan apel.
"Tidak ada lagi yang bisa dijual, bahkan untuk jus karena semuanya terturup kotoran. Saya sudah buang semuanya. Ini membuat saya sedih karena tidak bisa menyediakan apel untuk konsumen saya," kata seorang petani apel Nagano.
Tidak hanya kependudukan dan bisnis yang lumpuh, transportasi umum juga terkendala dan beberapa prasarana transportasi rusak. Halaman pemeliharaan jalur kereta cepat Hokuriku terendam banjir. Operator mengatakan 10 kereta dan 120 gerbong rusak saat ketinggian air mencapai 4 meter.
Pemerintah Jepang juga mendapat laporan ada 140 tanah longsor mengikuti Hagibis ini. Tercatat delapan ribu rumah terendam hingga lantai utama dan delapan ratus lainnya rusak berat.
Sebanyak 10 ribu tim penyelamat telah dikerahkan untuk menyelamatkan warga dan pencarian korban, Channel News Asia mewartakan.
Lima belas orang masih dalam proses pencarian sejak badai berlangsung akhir pekan lalu. Topan Hagibis melanda daratan Jepang pada Minggu (13/10/2019) dini hari. Daerah terdampak paling besar adalah Tokyo dan menyebabkan kerusakan beruntun di wilayah ibukota Jepang tersebut.
Topan Hagibis juga mendatangkan hujan deras disertai badai di 47 Prefektur di Jepang.
"Masih ada penduduk yang belum diidentifikasi. Para pekerja kami bekerja keras siang malam mencari dan menyelamatkan mereka," kata Shinzo Abe, Perdana Menteri Jepang dalam sebuah pertemuan kementerian.
"Kerusakan terjadi di area yang sangat luas, dan lebih dari 30 ribu orang masih dalam proses evakuasi. Ini adalah tugas penting untuk memberikan dukungan bagi mereka yang terdampak."
Pemerintah terus mengimbau warga untuk waspada terhadap angin kencang, air sungai meluap, dan tanah longsor.
Penulis: Anggit Setiani Dayana
Editor: Dipna Videlia Putsanra