tirto.id - Hari Toleransi Internasional (International Day for Tolerance) diperingati setiap 16 November. Peringatan ini merupakan simbol pengertian, sebagai pengingat untuk saling menghargai dan meningkatkan tenggang rasa antar budaya dan bangsa di seluruh dunia.
Peringatan Hari Toleransi Internasional ini pertama kali dideklarasikan pada 1995, yang menegaskan bahwa toleransi adalah penghormatan dan penghargaan atas keragaman budaya dunia, bentuk ekspresi, dan kebebasan fundamental terhadap orang lain.
Secara definitif, bersikap toleran artinya menghargai dan menerima perbedaan atas berbagai perilaku, budaya, agama, dan ras yang ada di dunia ini. Hal inilah yang diatur dalam Deklarasi Prinsip Toleransi UNESCO tahun 1995 tersebut.
"Toleransi adalah tanggung jawab untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia, pluralisme (termasuk keragaman budaya), demokrasi, dan supremasi hukum," bunyi salah satu poin deklarasi tersebut.
Perasaan menghargai dan sikap toleran ini perlu ditanamkan sejak dini pada anak-anak agar pikiran mereka terbuka terhadap perbedaan budaya dan adat istiadat lainnya.
Selain itu, penanaman nilai toleransi sejak dini juga akan mendorong anak belajar bekerja sama dan menerima keragaman di sekitarnya.
Bagaimana menumbuhkan sikap toleran pada anak? Dalam buku Menumbuhkan Sikap Toleran pada Anak (2018) yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, terdapat sembilan tips untuk menumbuhkan toleransi pada anak-anak sebagai berikut:
1. Tanamkan rasa cinta kasih pada anak
Anak-anak membutuhkan arahan untuk berperilaku baik, termasuk bersikap toleran, bukan dimarahi atau disalahkan. Orang tua sebaiknya menanamkan pikiran kepada anak selalu ada rasa cinta kasih dalam kehidupan ini.
2. Menerima dan menghargai perbedaan anggota keluarga di rumah
Orang tua mestinya menerima keadaan anak dengan tidak memaksakan sifat, gaya bicara, dan kemampuan berpikirnya dengan orang lain.
Orang tua juga sebaiknya mengarahkan anak untuk menghargai diri sendiri dan bersikap tenggang rasa terhadap sikap dan nilai yang dimiliki anggota keluarga yang lainnya.
3. Menjadi teladan yang baik untuk anak
Anak-anak cenderung meniru perilaku orang dewasa di sekitarnya. Karena itu, untuk menumbuhkan sikap toleran kepada anak, orang tua harus menunjukkan tindakan yang baik, misalnya berbicara dengan ramah kepada asisten rumah tangga, penjaga keamanan, atau kasir di toko swalayan.
4. Menghindari percakapan yang berkaitan dengan stereotip tertentu ketika berdekatan dengan anak
Anak-anak biasanya akan mengingat perkataan, respons, gaya bicara orang tua ketika membahas seseorang atau peristiwa tertentu. Suatu suku atau ras kadang kala dilekatkan stereotip oleh masyarakat, baik itu sikap keras, lembut, atau stereotip pekerjaan tertentu karena identitas yang mereka miliki.
Misalnya: "Ya, anak bungsu memang biasanya manja!" atau "Suku A memang biasanya begitu!". Dan ketika anak terpapar stereotip tertentu sejak dini, biasanya akan lekat di benaknya dan terbawa hingga ia dewasa.
5. Menjawab dengan bijaksana ketika anak menanyakan perbedaan antara dirinya dan orang lain
Kadang kala, orang tua berhadapan dengan situasi di mana anak-anak menanyakan pertanyaan sensitif dan orang tua harus menjawab dengan bijaksana.
Misalnya, ketika bertemu penyandang disabilitas di panti rehabilitasi atau di jalanan, maka orang tua sebaiknya menjelaskan dengan baik tanpa melekatkan stereotip tertentu kepada mereka.
Orang tua sebaiknya menjawab dengan jujur dan mengajak anak untuk saling menghargai keberagaman tersebut.
6. Pilih acara TV, film, gim dan cerita yang memuat konten menghargai perbedaan
Beberapa acara TV, film, cerita anak, atau gim mengandung konten yang tidak ramah terhadap suku, agama, atau pun ras tertentu. Karena itu, orang tua sebaiknya mengawasi tontonan atau gim anaknya agar ia tidak terlalu dini terpapar konten yang diskriminatif terhadap golongan tertentu.
7. Berikan anak kesempatan untuk bermain dan berinteraksi dengan berbagai jenis orang yang berbeda
Orang tua dapat mendorong anak untuk berpartisipasi di komunitas olahraga, klub seni, dan aktivitas lainnya.
Berpartisipasi aktif di kegiatan sosial akan mempertemukan anak dengan pelbagai jenis orang dengan latar belakang beragam. Interaksi dengan banyak orang yang dilakukan sejak dini akan membuat pikiran anak terbuka dan cenderung lebih mudah menghargai orang lain.
8. Belajar bersama mengenai budaya, adat istiadat, dan tradisi lain
Sikap intoleran biasanya muncul dari kurangnya pengetahuan terhadap budaya, tradisi, dan kehidupan orang lain.
Dengan mengenal budaya dan tradisi orang lain, serta mempelajarinya bersama anak dapat menumbuhkan sikap tenggang rasa dan penghargaan terhadap keragaman adat istiadat di dunia ini.
9. Mengenalkan rasa bangga atas tradisi keluarga
Orang tua juga sebaiknya menanamkan rasa bangga terhadap budaya dan tradisi keluarga kepada anak.
Rasa toleransi dapat terbangun ketika terdapat keberagaman dan pengertian untuk saling menghargai keragaman tersebut, tanpa terlepas dari tradisi keluarga masing-masing.
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Alexander Haryanto