tirto.id - Aplikasi telepon video interaktif atau video call marak digunakan di tengah pandemi COVID-19 ini. Salah satu aplikasi yang memiliki pertumbuhan sekitar 200 juta pengguna setiap hari adalah Zoom. Di Indonesia, Zoom banyak digunakan oleh mahasiswa dalam menjalani kuliah online.
CEO dan pendiri perusahaan, Eric S. Yuan mengatakan bahwa volume pertumbuhan Zoom muncul secara tiba-tiba. Biasanya, total peserta rapat di seluruh pengguna Zoom hanya mencapai 10 juta, data ini tercatat pada Desember 2019. Namun, pada Maret 2020 ia melihat perubahan secara tiba-tiba, dengan 200 juta peserta setiap hari, baik yang gratis maupun berbayar.
Maraknya penggunaan Zoom, akan memicu peningkatan pengawasan dari pengguna privasi aplikasi ini. Meskipun belum ada satu pun pengguna yang mengadu, tapi dilansir Popular Science ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk membuat Zooming Anda lebih aman.
1. Jangan bagikan ID
Ketika Anda mendaftar di Zoom, akun Anda mendapatkan ID Rapat Pribadi atau Personal Meeting ID (PMI). ID ini terlihat seperti nomor telepon karena tersusun dari angka-angka. Untuk menjaga privasi Anda menggunakan Zoom, jangan bagikan ID tersebut.
Orang-orang sering mengunggah nomor rapat Zoom online mereka, dan tanpa perlindungan apa pun. Padahal pelaku Zoom bom atau mereka yang meretas data privasi Anda di Zoom dapat dengan mudah masuk dan melakukan yang kemungkinan terburuk.
"Jangan pernah membagikan tautan atau ID rapat pada platform publik dan cobalah untuk tidak menggunakan ID pertemuan pribadi. Tapi izinkan Zoom membuat ID acak untuk setiap pertemuan yang Anda lakukan," kata Jake Moore, spesialis keamanan siber di ESET seperti dilansir Forbes.
2. Gunakan ruang tunggu (waiting room)
Menambahkan ruang tunggu memungkinkan Anda bertindak seperti penjaga digital pada setiap aktivitas atau pertemuan yang Anda buat selama di Zoom. Anda mendapat kesempatan untuk memeriksakan peserta sebelum mereka masuk dalam pertemuan. Anda juga dapat mengontrol opsi kamera dan membisukan volume.
Salah satu cara mengelola peserta yang masuk adalah Anda dapat menempatkan pesan khusus pada layar saat peserta mencoba masuk dan pesan itu bisa berupa aturan. Menggunakan cara ini juga bisa mencegah seluruh obrolan terkena oleh spam porno yang tidak terduga.
3. Memahami arti Zoom dengan "enkripsi"
Ketika Anda mengobrol melalui layanan seperti WhatsApp atau iMessage, komunikasi Anda memiliki enkripsi “end-to-end” yang berarti data Anda tidak bisa terbaca oleh siapapun termasuk perusahaan dan penyedia.
Sementara Zoom juga memang menggunakan enkripsi “end-to-end” dalam materi pemasarannya, tetapi dalam penelusuran The Intercept konten video dan audio yang Anda lakukan memang tak akan terbaca oleh pengguna lain, tetapi tidak dengan perusahaan.
Dikutip Intercept saat dihubungi tentang masalah itu, Zoom menjelaskan bahwa saat ini tidak mungkin untuk mengaktifkan enkripsi E2E untuk rapat video Zoom. Dijelaskan juga Zoom memiliki kemampuan teknis untuk memata-matai pertemuan video pribadi Anda. Oleh karena itu, perlu kiranya dipahami bahwa Anda hanya harus tetap berhati-hati dalam menggunakan Zoom.
4. Selalu perbarui atau up to date
Seperti layanan apa pun yang Anda miliki, Zoom juga rentan, tetapi mungkin sejauh ini terbukti mereka dapat memperbaikinya dengan cepat. Contoh, masalah yang memungkinkan hacker mengambil alih kamera Apple Mac dan masalah pada Windows yang bisa membuat seorang hacker login tanpa sepengetahuan Anda. Zoom memperbaiki masalah ini pada 1 April 2020.
Oleh karena itu, salah satu langkah penting yang dapat Anda ambil adalah memastikan selalu memperbarui versi aplikasi seluler atau desktop Zoom yang terbaru. Sebagai bagian dari inisiatif keamanannya juga, perusahaan telah berjanji untuk membekukan pekerjaan pada fitur-fitur baru selama 90 hari dan fokus pada peningkatan privasi dan keamanan.
Penulis: Febriansyah
Editor: Alexander Haryanto