tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kontribusi tarif angkutan udara terhadap inflasi pada bulanan Mei 2019 masih cukup tinggi, yakni sebesar 0,02 persen. Padahal, pemerintah sudah menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) angkutan udara pada 13 mei lalu.
"Sudah diturunkan tetapi menjadi tidak kelihatan karena itu kontribusi angkutan kereta api menjadi lebih besar dari angkutan udara," ujar Kepala BPS Suhariyanto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (10/6/2019).
Sementara itu, jika dilihat secara tahun (year on year/yoy), kontribusi tarif angkutan udara terhadap inflasi cukup menghawatirkan. "Andil inflasi secara tahunannya sebesar 0,30 persen, terhadap total inflasi tahunan sebesar 3,32 persen," imbuhnya.
Secara bulanan, dia menilai inflasi angkutan udara masih cukup wajar di tengah musim mudik Lebaran. Angkutan udara sendiri mahal ke dalam sub kelompok tranportasi yang mengalami inflasi sebesar 0,74 persen dengan kontribusi sebesar 0,10 persen.
"Jadi yang memberikan andil yang cukup besar pertama tarif angkutan antar kota sebesar 0,04 persen. Kemudian angkutan udara dan kereta api masing-masing 0,02 persen. Jadi sesuatu yang wajar. Sebagaimana diketahui harga tiket darat paling mahal, kalau angkutan udara hanya 0,02 persen itu karena sebelumnya harga tiket sudah mahal," tutur Suharyanto.
Selain transportasi komponen utama pendorong inflasi adalah kelompok bahan makanan sebesar 2,02 persen. Andil bahan makanan terhadap inflasi bulan Mei sendiri mencapai sebesar 0,43 persen.
Penyebab utama inflasi pada kelompok ini, jelas Suhariyanto, antara lain komoditas cabai merah sebesar 0,10 persen serta ayam ras sebesar 0,05 persen.
"Kemudian bawang putih 0,05 persen. Ikan segar 0,04 persen. Selebihnya kenaikan berbagai komoditas sayuran kecil-kecil, merangkak dikit-dikit, kontribusi 0,01 pada sayuran," ujarnya.
Di samping bahan makanan, kelompok penyumbang inflasi terbesar adalah makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang mencapai 0,56 persen. Andil kelompok ini pada inflasi bulan Mei sebesar 0,10 persen.
Sementara komoditas yang menyumbang inflasi paling besar adalah nasi, lauk pauk dan gula pasir pada sub kelompok makam jadi serta rokok kretek dan filter.
"Selama puasa pada malas kali ya masak. Itu menyumbang 0,01. kemudian rokok kretek filter 0,01 persen dan gula pasir juga sedikit menyumbang inflasi 0,01 persen," ucapnya Suhariyanto.
Selanjutnya, adalah kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 0,54 persen dan punya andil 0,10 persen pada inflasi bulan Mei. Yang memberikan andil yang cukup besar pada kelompok tersebut adalah tarif angkutan antar kota sebesar 0,04 persen, serta angkutan udara dan kereta api masing-masing 0,02 persen.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Irwan Syambudi