Menuju konten utama

Tiga Bank Syariah Siap Merger, Bagaimana Prospeknya?

Tiga bank BUMN akan dilebur. Pengamat menilai ini langkah bagus agar mereka lebih dapat bersaing dengan bank-bank konvensional.

Tiga Bank Syariah Siap Merger, Bagaimana Prospeknya?
Pegawai Mandiri Syariah melayani nasabah di Digital Branch Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (2/10/2020). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/wsj.

tirto.id - Tiga bank syariah BUMN, PT BRISyariah Tbk, PT Bank Syariah Mandiri, dan PT BNI Syariah bersiap melakukan merger. Ketua Tim Project Management Office sekaligus Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Hery Gunardi mengatakan proses ini dimulai pada Senin (12/10/2020) kemarin dengan penandatanganan Conditional Merger Agreement (CMA)--semacam komitmen bersama.

“Kami akan urus perizinan ke OJK (Otoritas Jasa Keuangan), regulator pasar modal maupun perbankan, dan nantinya diharapkan bulan Februari 2021 itu terjadi legal merger. Di situ sebenarnya penggabungan secara resmi terjadi,” ujar Hery saat jumpa pers secara virtual di Jakarta, Selasa (13/10/2020).

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mendukung rencana Kementerian BUMN ini. “OJK telah menerima informasi awal dan akan memfasilitasi dengan berbagai kebijakan dan ketentuan agar aksi korporasi ini berjalan sesuai dengan tahapan waktu yang direncanakan,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (13/10/2020).

Ia juga mengatakan penggabungan ini “sejalan dengan upaya Indonesia menjadi sentra pengembangan keuangan syariah yang saat ini peringkatnya sudah berada di posisi empat besar.”

Pangsa pasar bank BUMN syariah relatif kecil, yaitu 9,68% per Juli 2020, kata Direktur Hubungan Kelembagaan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Sis Apik Wijayanto. Meski demikian, ia masih memiliki ruang untuk berkembang “yang masih luar biasa besar.” Ruang itu dapat dilakukan dengan perusahaan hasil merger.

“Dengan pembentukan satu bank syariah yang solid, kuat, dan besar, maka akan menjadi bank syariah terbesar di Indonesia dan top 10 syariah bank secara global.”

Keuntungan

Ada banyak keuntungan jika merger terjadi, kata pengamat ekonomi syariah dari Sekolah Tinggi Ekonomi Islam (STEI) SEBI Azis Setiawan. Pertama, dananya jadi lebih besar sehingga lebih mampu berinovasi khususnya dari sisi teknologi.

“Selama ini bank syariah modalnya relatif kecil dan skala asetnya kecil. Investasi teknologi itu membutuhkan dana yang besar. Semakin bank itu memiliki aset modal yang besar, maka dia akan bisa investasi teknologi yang besar,” jelas dia kepada wartawan Tirto, Selasa.

Diperkirakan, dengan bergabungnya tiga bank syariah BUMN dalam satu entitas, total asetnya dapat mencapai Rp390 triliun di tahun 2025. Selain total aset, tiga bank syariah BUMN itu juga akan mampu menyalurkan pembiayaan sebesar Rp272 triliun dan pendanaan Rp330 triliun.

Dengan merger, menurutnya bank syariah bisa bersaing dengan bank-bank besar.

Prediksi dari data yang diungkap oleh tim merger bank BUMN syariah, jika legal merger di kuartal I 2021 sukses, maka perusahaan BUMN hasil merger akan memiliki total aset sekitar Rp 220-225 triliun. Dengan penambahan jumlah aset tersebut, perusahaan baru akan menempati posisi 7 atau 8 besar di Indonesia.

“Hasil merger kan paling di angka Rp250 triliun, asetnya dia masuk ke 6 besar. Mungkin dia ada di BUKU (Bank Umum Kegiatan Usaha) 3, jadi untuk bisa naik ke 4 butuh suntikan modal lagi,” terang Azis.

Keuntungan lain, bank hasil merger akan lebih tajam untuk melakukan penetrasi ke nasabah mikro sampai under mikro. “Segmen nasabah mikro di bank syariah itu bisa dipertajam lagi,” terang dia. Selama ini segmen nasabah yang digarap bank syariah adalah kelas menengah bawah.

Pengamat Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Toto Pranoto mengatakan perkiraan kekuatan modal mereka bisa masuk kategori Bank BUKU IV. “Dengan status BUKU IV, kesempatan mereka berkembang dan ekspansi akan semakin luas,” kata Toto kepada reporter Tirto, Selasa.

BUKU IV merupakan status yang diberikan pada bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun. Hingga saat ini, belum ada satu pun bank syariah di tanah air yang menyandang status tersebut.

Toto bilang kinerja bank-bank syariah BUMN relatif biasa saja, alias tak ada perkembangan yang progresif meski sudah lama dibentuk. Melihat kinerja yang biasa-biasa saja, kata Toto, maka wajar jika pemerintah berencana melakukan terobosan pengelolaan.

Market perbankan syariah besar sekali, jadi dengan konsolidasi ke BUKU 4 mestinya engine-nya jadi lebih besar,” jelas dia.

Baca juga artikel terkait BANK SYARIAH atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Bisnis
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Rio Apinino