tirto.id - Pemerintahan Prabowo-Gibran menargetkan konstentrasi pembangunan keuangan syariah. Direktur Infrastruktur Ekonomi Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) Sutan Emir Hidayat mengatakan bahwa target ini telah diselaraskan dengan agenda pembangunan nasional.
Setelah diimplementasikan dengan arah kebijakan yang dimaktubkan dalam RPJMN, Emir mengungkapkan bahwa keuangan syariah menunjukkan perkembangan yang makin membaik dengan indikator penilaian kontribusi dan pembiayaan.
“Luar biasa, ternyata di kuartal II 2024 itu, kontribusi aktivitas usaha syariah dan pembiayaan syariah kepada PDB itu 47 persen,” ungkap Emir saat ditemui pada Forum Jurnalis Jagoan, di Jakarta, Kamis (16/1).
Perkembangan ini, kata Emir, diikuti dengan peningkatan sertifikasi halal dan ekspor produk halal selama lima tahun terakhir. Sebabnya, dirinya menekankan potensi perkembangan ekonomi syariah di Indonesia ke depannya.
Meskipun demikian, Emir menggarisbawahi beberapa tantangan yang perlu dihadapi untuk mengembangkan ekonomi syariah. Salah satunya adalah peningkatan indeks literasi keuangan syariah nasional yang berada pada angka 39,11 persen, sedangkan indeks inklusi keuangan syariah nasional berada pada persentase 12,88 persen.
Menurutnya, banyak faktor yang ketimpangan dari kedua indeks tersebut. Oleh karenanya, Emir menyebutkan ekosistem ekonomi syariah harus dijalankan integratif dan saling mendorong, seperti yang terjadi pada bank konvensional.
“Sebenarnya ada bank konvensional yang bisa dicontoh. Yang baik-baik kita boleh contoh dari bank konvensional kan,” ujarnya.
Emir mencontohkan, perbankan syariah sepatutnya bisa membangun agen-agen di pelosok yang bisa menjadi perpanjangan tangan bank syariah untuk meneruskan upaya pertumbuhan keuangan syariah. Menanggapi hal ini, Head of Sharia Funding Digital Jago Syariah, Nur Fajriah Rachmah, menyebut bahwa pihaknya telah melakukan upaya yang sama.
Dalam layanannya, Nur menjelaskan bahwa Jago Syariah telah menyediakan produk dengan dua pilihan akad, yakni Akad Wadiah Yad Dhamanah untuk produk tabungan tanpa imbal hasil, dan Akad Mudharabah Mutlaqah untuk produk deposito syariah yang memberikan imbal hasil sesuai nisbah yang disepakati oleh bank dan nasabah di awal perjanjian saat pembukaan rekening.
Tak hanya itu, Nur menambahkan bahwa Jago Syariah juga berkolaborasi dengan Bibit & Stockbit dengan meluncurkan RDN pada tahun lalu, serta mengintegrasikan pembayaran dengan Gopay.
Menurut Nur, langkah ini menjawab kendala yang harus dituntaskan perbankan syariah untuk dapat berkembang. Dengan memperluas pasar secara digital seperti yang dilakukan, Nur menyampaikan optimisme Jago Syariah untuk dapat melakukan penetrasi pasar.
“Ini kita hadir dengan solusi bentuknya digital. Jadi, kalau digital kita punya aplikasi satu kan, ibarat kata kantor cabangnya satu nih, satu aplikasi ada di handphone terus itu bisa diakses dari Sabang sampai Merauke,” jelasnya.
Upaya digitalisasi perbankan syariah yang dilakukan Jago Syariah, kata Nur, telah membuahkan hasil yang baik per akhir tahun 2024. Di antaranya, Nur menyoroti jumlah nasabah Jago Syariah yang mencapai lebih dari 2 juta dengan perkembangan transaksi mencapai 52 juta atau tumbur sekitar 160 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Nur mengatakan, pencapaian ini bersumber dari fitur budgeting yang dihadirkan oleh Jago Syariah. Aplikasi Jago Syariah bahkan dapat memisahkan anggaran sesuai pos yang direncanakan oleh nasabah.
“Jago Syariah App dirancang untuk membantu nasabah terbiasa melakukan budgeting, karena ada fitur kantong yang bisa dibuat sendiri oleh nasabah hingga 60 kantong. Dengan demikian, nasabah bisa memisahkan anggaran ke kantong-kantong yang masing-masing punya nomor rekening khusus, misal untuk menabung, bayar tagihan, deposito, travel, dana darurat, pensiun, umroh, haji, zakat, infaq, dan lain sebagainya,” tambahnya.
Editor: Tim Media Service