Menuju konten utama

Thailand Terapkan Sport Science dalam Sepakbola, Indonesia?

Thailand sebagai lawan main Indonesia pada laga leg kedua AFF 2016 ternyata memiliki keseriusan yang tinggi dalam menunjang persepakbolaan mereka. Semua tim liga divisi utama Liga Thailand memiliki fasilitas yang lengkap. Thailand memiliki lapangan sepak bola yang baik, sauna, lapangan latihan, dan fasilitas pribadi pemain yang sangat lengkap.

Thailand Terapkan Sport Science dalam Sepakbola, Indonesia?
Pemain timnas Thailand melakukan latihan saat uji coba lapangan jelang laga melawan Indonesia di Stadion Pakansari, Cibinong, Kabupaten Bogor,Selasa (13/12). Laga final AFF Suzuki Cup 2016 leg pertama antara Indonesia melawan Thailand akan berlangsung pada Rabu (14/12) di stadion tersebut. ANTARAFOTO/Yulius Satria Wijaya.

tirto.id - Thailand sebagai lawan main Indonesia pada laga leg kedua AFF 2016 ternyata memiliki keseriusan yang tinggi dalam menunjang persepakbolaan mereka. Semua tim liga divisi utama Liga Thailand memiliki fasilitas yang lengkap. Thailand memiliki lapangan sepak bola yang baik, sauna, lapangan latihan, dan fasilitas pribadi pemain yang sangat lengkap.

Hal mendasar yang menjadi perbedaan Indonesia dengan Thailand dalam hal sepak bola ternyata ada pada segi fasilitas dan pelaksanaan pertandingan. Menurut Greg Nwokolo yang pernah bermain di Chiangrai United, tim divisi utama Liga Thailand, Thailand memiliki keseriusan dalam pengelolaan sepak bolanya.

“Fasilitas mereka sangat lengkap. Mereka mempunyai tempat latihan yang bagus, tempat sauna, Jacuzzi, dan fasilitas latihan yang sangat lengkap,” ujar Greg kepada tirto.id, Jumat (16/11/2016).

Pemain Persija Jakarta tersebut juga mengatakan bahwa persepakbolaan di Thailand sangat kental tanpa adanya carut marut dunia bisnis atau politik.

“Bisnis boleh, politik juga tidak masalah, tapi sepak bola tidak boleh dicampuri oleh itu semua,” katanya tentang Liga Thailand.

Menurut Greg, lapangan di Indonesia pun banyak yang tidak mumpuni sebagai lapangan pertandingan. Untuk latihan pun, Greg mengatakan bahwa sejumlah tim masih tidak memiliki ruang untuk berlatih. Indonesia sebenarnya memiliki potensi untuk bermain dengan gaya yang berbeda, tetapi Greg menyampaikan bahwa hal itu sulit dilakukan bila fasilitas tim tidak lengkap.

“Lapangan Indonesia masih banyak yang tidak rata, tidak ada rumputnya, klub saja kesulitan kadang mencari tempat berlatih. Harusnya dari liga itu lapangan sudah bagus, jadi pemain juga terbiasa. Lapangan seluruh klub Thailand bertaraf internasional. Indonesia sebenarnya bisa memakai operan-operan pendek, tetapi karena keadaan lapangan, akhirnya malah sering memakai umpan jauh,” ujarnya.

Bedanya lagi dengan Indonesia adalah sistem pengaturan dan apresiasi pemain sepak bola sangat terasa di Thailand. Pada tahun 2012-2013, klub sepak bola di Indonesia mengalami krisis finansial, bahkan beberapa pemain tidak mendapat gaji sesuai waktunya. Tidak ada motivasi yang membuat pemain berjuang untuk klub karena gaji mereka pun tidak pasti.

“Di Indonesia, gaji saja sering tidak turun. Di Thailand, tidak ada satu pun klub yang berani utang pemain. Karena mereka tahu bagaimana memotivasi pemainnya. Pemain mendapat gaji, mereka termotivasi,” katanya.

Tidak hanya itu, Greg menambahkan bahwa jika ada pertandingan away, pemain harus tiba dua hari lebih awal di daerah pertandingan. Menurut Greg, sistem ini tidak benar karena menghabiskan terlalu banyak stamina pemain. Thailand memiliki fisioterapi sendiri dan kadang dari negara asing. Mereka sangat menghargai bahwa stamina pemain merupakan hal utama yang harus dijaga.

“Thailand itu sudah menerapkan sport science. Artinya mereka mempunyai fisioterapi sendiri dari negara asing dan mereka punya tolak ukur sendiri untuk pemainnya. Mereka tahu kapan pemain harus berlatih dan beristirahat yang cukup. Di Thailand, ketika kita menghadapi pertandingan jarak dekat, kita berangkat pagi hari. Untuk pertandingan jauh, kita berangkat 1 hari sebelumnya, jadi kita tidak usah menguras tenaga di jalan,” kata Greg.

Sedangkan dari segi lain, Indonesia dan Thailand sebenarnya tidak memiliki perbedaan yang signifikan. Greg menuturkan bahwa latihan di Thailand pun sama kerasnya dengan di Indonesia, dukungan penonton pun sama hebohnya, meskipun pendukung Indonesia lebih fanatik. Namun, Thailand memiliki sistem pembelian tujuh pemain asing untuk menambah semangat berkompetisi pemain lokal.

“Thailand punya tujuh pemain asing, mungkin sekarang lima. Kenapa tujuh? Karena kalau ada tujuh pemain asing dalam satu tim, pemain lokal tentunya akan termotivasi dan belajar. Itu mengapa Thailand cepat berkembang. Sebenarnya, Indonesia punya semua yang Thailand punya. Hanya saja sistemnya kurang baik. Thailand jago operan pendek, Indonesia punya kelebihan berani berjuang. Kekuatan mental Indonesia itu luar biasa,” ujarnya.

Irfan Bachdim yang juga pernah merumput di Thailand bersama tim Chonburi FC dan Sriracha FC juga mengatakan hal yang serupa. Menurut Bachdim yang sekarang bermain di Ventforet Kofu, Indonesia dan Thailand sebenarnya sama saja dari segi latihan pemain-pemainnya. Hanya Jepang saja yang memiliki semangat berlatih lebih tinggi.

“Di Indonesia maupun Thailand, ketika pelatih mengakhiri sesi latihan, maka pemain saling berebut untuk menjadi yang paling pertama pulang ke rumah,” katanya.

Sedangkan terkait apresiasi pemain-pemainnya, Irfan justru mengatakan mendapat perlakuan yang tidak enak di Chonburi FC. Pemain berdarah Belanda ini sudah lama tidak diturunkan dan harus ikhlas dipinjamkan ke Sriracha karena posisi tergeser oleh pemain asing lainnya.

“Saya merasa pelatih tidak memberikan kepercayaan dan kesempatan bermain. Performa saya menurun, kemudian kehilangan kepercayaan diri. Jika saya terus memikirkan ini, performa saya akan terus menurun. Inilah yang terjadi, tetapi saya tidak bisa menyalahkan pelatih,” tuturnya.

Kendati demikian, Irfan masih terlihat bersemangat jika bisa mendapat kesempatan untuk kembali main di Liga Thailand.

“Saya belum bicara dengan tim mana pun. Tapi tentu saja, sangat menarik kembali ke Liga Thailand,” kata Irfan.

Baca juga artikel terkait FINAL AFF 2016 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Olahraga
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Agung DH