tirto.id - Akhir tahun 2020, setahun sudah Covid-19 mulai menyebar secara global, dan masuk ke Indonesia sejak delapan bulan lalu. Sebelum pandemi, akhir tahun merupakan waktu paling dinanti. Libur Natal, cuti bersama, dan Tahun Baru lazim digunakan buat kumpul-kumpul maupun liburan.
Kini, akhir tahun harus dilewati dengan cara berbeda. Pandemi telah memaksa orang-orang untuk melakukan banyak kegiatan dari rumah: bekerja, sekolah, bermain, sampai beribadah. Di tengah pandemi, liburan tentu bukan merupakan prioritas. Jangankan ke luar negeri atau ke luar kota, bahkan ke luar rumah sekalipun belum tentu dilakoni.
Ironisnya, para ahli mengatakan bahwa produktivitas dan kreativitas justru bisa menurun jika kita tidak meluangkan waktu untuk liburan. “Kalau kamu mengalami periode stres yang berkelanjutan, kamu pasti akan burnout, kecuali kamu rehat,” kata Simmy Grover, pengajar psikologi di University College London.
Temuan Kaiser Family Foundation Health Tracking Polls di Amerika Serikat juga menyatakan bahwa 53 persen orang dewasa merasa khawatir dan stres terkait pandemi. Sedangkan penelitian lain menunjukkan bahwa pandemi telah membuat rata-rata hari kerja jadi 48 menit lebih lama. Itu semua berdampak negatif bagi kesehatan mental.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Satu cara manjur untuk meningkatkan produktivitas, menurunkan stres, dan memperbaiki kesehatan mental adalah dengan liburan. Bahkan kini, liburan di tengah pandemi bukan hanya bermanfaat untuk diri sendiri, melainkan juga bagi orang lain.
Juru Bicara Satgas Penanganan Dampak COVID-19 untuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Ari Juliano Gema, pernah mengatakan bahwa perjalanan liburan ke daerah sangat membantu perekonomian masyarakat lokal. Jadi, selain menghilangkan stres, pelesiran juga diharapkan bisa menggerakkan ekonomi daerah, baik itu lewat hotel, restoran, maupun tempat-tempat lain yang dikunjungi.
Pandemi telah membuat ekonomi berantakan dan pemerintah mulai membuka sejumlah aktivitas secara bertahap. Perlahan, orang-orang kembali bekerja dan bepergian, bahkan liburan—apalagi mendekati akhir tahun seperti sekarang. Penting dicatat: patuhi protokol kesehatan.
Beberapa waktu lalu, sebagian besar tempat wisata dibuka kembali. Bali, misalnya, dilaporkan kedatangan 5.000-9.500 wisatawan domestik pada akhir Oktober kemarin. Industri penerbangan juga mulai mengalami kenaikan. Pemerhati penerbangan yang juga anggota ombudsman, Alvin Lie, mengatakan bahwa keputusan PSBB Jilid II tidak secara langsung membatasi aktivitas penerbangan. Maskapai masih diizinkan mengangkut penumpang dengan tingkat okupansi maksimal sebesar 70 persen.
Namun, kita harus ingat bahwa pandemi masih ada dan karenanya perlu banyak penyesuaian jika sekarang ingin liburan. Hindari tempat ramai dan tertutup. Pilih destinasi dengan protokol keamanan yang jelas dan punya ruang terbuka atau sirkulasi udara yang baik. Jangan lupa menjaga kesehatan dengan makan teratur, rutin olahraga, dan banyak gerak. Perhatikan kebersihan dengan selalu membawa dan memakai masker serta hand sanitizer. Terakhir, bawalah alat makan dan minum sendiri.
Pentingnya Asuransi Perjalanan
Jusuf, 36 tahun, adalah salah seorang yang kena dampak pandemi. Pekerjaan yang selama ini mengharuskannya sering-sering melakukan perjalanan, sekarang lebih banyak ia lakukan dari rumah.
Selain mengubah kebiasaan, pandemi juga turut mengubah pola pikir Jusuf. Saat harus kembali bepergian dan menyiapkan sejumlah dokumen, misalnya, salah satu yang diperhatikan betul oleh Jusuf adalah asuransi perjalanan.
Selama ini, Jusuf menganggap layanan itu tempelan belaka. Dalam konteks perjalanan luar negeri, ia tergolong orang yang berpikiran bahwa asuransi perjalanan cuma sekadar syarat atau formalitas agar visa disetujui.
Pada 2018, Jusuf melakukan perjalanan dinas ke Semarang. Perusahaan mewajibkannya membeli asuransi perjalanan. Untuk perjalanan selama dua pekan itu, ia merogoh kocek sekitar Rp168 ribu. Itu harga yang murah sebetulnya jika dibandingkan dengan banyaknya ketidakpastian selama perjalanan.
“Tapi aku pribadi, sih, ngerasanya asuransi gak penting-penting amat. Toh, selama di sana aku sehat-sehat saja, gak mengalami kejadian yang gak diinginkan,” kata Jusuf.
Dua tahun berselang sejak perjalanan ke Semarang, pikiran Jusuf benar-benar berubah. "Maksudku, pandemi ini menegaskan bahwa perjalanan itu penuh ketidakpastian, dan seram, sih, kalau sekarang bepergian tanpa ada jaminan.”
Jusuf tak sendiri. Menurut riset dari Universitas Temple di Amerika Serikat, sekitar 58 persen warga AS berpikir bahwa asuransi jadi penting pada situasi pandemi begini.
Seiring meningkatnya risiko ketidakpastian yang dihadapi dalam perjalanan, asuransi memang penting untuk dimiliki. Ia adalah proteksi jika kita berhadapan dengan situasi-situasi yang tidak terduga, misalnya bagasi hilang, kecelakaan, jadwal keberangkatan yang tertunda, hingga jatuh sakit. Dalam kondisi macam itulah peran asuransi begitu signifikan.
Jusuf memutuskan untuk membeli asuransi perjalanan dari Travellin, produk asuransi perjalanan dari PT Asuransi Adira Dinamika Tbk (Adira Insurance). Saban tahun, Adira Insurance menjamin 8 juta polis asuransi di Indonesia. Dengan reputasi mentereng begitu, Jusuf hanya perlu mengeluarkan sedikit uang untuk asuransi perjalanan.
Rencananya, Jusuf akan berangkat ke Bali pada 24 Desember 2020, dan kembali ke Jakarta pada tanggal 29 Desember. Untuk lima hari perjalanan, Jusuf punya dua pilihan Travelling Travel Protection, yakni Domestic Silver seharga Rp50 ribu, juga Domestic Gold seharga Rp60 ribu. Jusuf pilih yang kedua.
“Cuma nambah Rp10 ribu, yang lebih murah ketimbang harga es kopi langgananku, aku bisa dapat manfaat lebih banyak,” kata pekerja sebuah perusahaan media ini.
“Itu artinya kan asuransi perjalanan cuma Rp12 ribu per hari. Gak sampai 1 persen bujet perjalanan ke Bali.”
Dengan asuransi Domestic Gold, Jusuf bisa berangkat lebih tenang dan terlindung dengan banyak manfaat. Ada biaya perawatan medis dengan angka maksimal Rp75 juta. Lalu ada biaya evakuasi medis darurat hingga Rp50 juta. Jika ada pembatalan perjalanan, Jusuf bisa mendapatkan penggantian maksimal Rp5 juta. Jika terjadi kerusakan atau kehilangan bagasi, ia bakal mendapat penggantian maksimal Rp3 juta.
“Dan, ini semoga gak kejadian, sih, kalau aku meninggal pewarisku bisa dapat Rp100 juta,” kata Jusuf tertawa.
Memang, perlu waktu cukup panjang untuk sekadar mengubah pikiran Jusuf dan orang-orang mengenai pentingnya perlindungan. Kini, pandemi telah meyakinkan kita bahwa keamanan dan kenyamanan sungguh tak ternilai harganya, sehingga kita dituntut untuk lebih menghargai hidup dan segala bentuk perjalanan di dalamnya .
Menyambut masa liburan seperti sekarang, asuransi perjalanan Travellin dapat memberikan rasa aman kepada pengguna selama ia di perjalanan.
Bagi yang membutuhkan perlindungan dari asuransi perjalanan Travellin, kalian bisa mendapatkan diskon dengan kode promo “backtotravel” (masukkan tanpa tanda kutip) yang bisa di-redeem di situs web Travellin. Setelah semua siap berangkat, jangan lupa: tetap terapkan protokol kesehatan. Selamat berlibur!
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis