tirto.id - Dalam mata pelajaran kimia, terdapat istilah asam dan basa. Keduanya sama-sama merupakan zat yang ternyata ada dalam kehidupan sehari-hari manusia.
Melansir tulisan Ratna Rima Melati dalam Asam, Basa, dan Garam (2019:2), asam adalah zat yang memunculkan ion hidrogen (H+) saat zat tersebut larut di dalam air. Sedangkan basa, merupakan zat yang menghasilkan ion hidroksida (OH-) saat terlarut dalam air.
Di situs Sumber Belajar Kemdikbud, sifat asam dijabarkan lebih banyak lagi, yakni rasanya masam, pedih jika bersentuhan dengan kulit, dan bereaksi ketika bertemu logam atau batu kapur.
Sedangkan basa, memiliki rasa pahit, licin saat bersentuhan dengan kulit, bereaksi dengan minyak, dan menghasilkan garam serta air saat bertemu asam.
Teori Asam dan Basa Menurut Para Ahli
Setidaknya, terdapat tiga orang ahli yang menjelaskan tentang asam basa. Mereka adalah Svante Arrhenius, Bronsted-Lowry, dan Lewis. Berikut ini penjelasan mengenai teori-teori yang mereka kemukakan:
1. Asam Basa Menurut Arrhenius
Menurut Arrhenius,asam adalah zat yang menghasilkan ion hydronium (H+) saat dimasukkan ke dalam air. Sedangkan basa, menghasilkan zat lain yang berupa ion hidroksida (OH-). Perbedaan kedua zat tersebut dapat dilihat dari zat atau ion yang dihasilkan.
2. Asam Basa Menurut Bronsted-Lowry
Lebih dikembangkan lagi, proses pengidentifikasian asam dan basa dilakukan dengan banyak jenis larutan. Terlepas dari larutannya, asam dijelaskan punya tugas sebagai zat penghasil ion proton H+ (pendonor proton) sedangkan basa sebagai penerimanya (akseptor proton).
3. Asam Basa Menurut Lewis
Lebih lengkap dan detail dari dua teori sebelumnya, asam dijabarkan sebagai akseptor pasangan elektron. Sedangkan basa, dijelaskan sebagai pendonor pasangan elektron.
Dengan teori analisis ini, reaksi asam basa bisa dilakukan pada benda padat, gas, dan pelarut yang bukan air. Kelebihannya, tidak memerlukan proton yang sebelumnya dikemukakan oleh Brosted Lowry.
Indikator Asam dan Basa
Indikator asam basa bisa disebut juga dengan petunjuk yang bisa mendeskripsikan sebuah zat mengandung asam atau basa. Berdasarkan ungkapan Dian Wuri Astuti dalam Cepat Tuntas Kuasai Kimia (halaman 44), indikator tersebut merupakan zat-zat warna yang bisa berubah warnanya ketika bersentuhan dengan larutan.
Larutan yang mengandung asam atau basa ini akan memberikan pengaruh kepada media (indikator). Ketika indikator berubah warnanya, maka peneliti bisa mendapatkan informasi tentang kandungan yang terdapat di larutan.
Indikator tersebut dipisahkan menjadi dua jenis, yakni indikator buatan dan alami. Pada indikator buatan, terdiri dari lakmus, fenolftalein(PP), Bromtimol biru, dan lain-lain. Sedangkan indikator alami, terdapat kunyit, kubis, dan bahan lainnya.
Berikut ini penjelasan mengenai semua indikator yang disebutkan di atas:
Indikator Buatan
- Lakmus (berbentuk kertas dan bisa berubah warna dengan cepat ketika bereaksi dengan asam atau basa)
- Fenolftalein (berwarna merah saat bersentuhan dengan larutan basa dan tidak berwarna jika bersentuhan dengan larutan asam)
- Bromtimol biru (tidak berubah warna saat bersentuhan dengan basa dan berubah kuning jika tersentuh larutan asam.
Indikator Alami
- Kunyit (tidak berubah warna saat bersentuhan larutan asam namun berubah menjadi merah ketika tersentuh larutan basa)
- Kubis (jika terkena larutan asam akan berubah merah, sedangkan jika bersentuhan dengan basa akan menjadi hijau)
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Maria Ulfa