tirto.id - Tanggal 19 Agustus diperingati sebagai hari Kemanusiaan Sedunia (World Humanitarian Day). Peringatan hari Kemanusiaan Sedunia merupakan bentuk penghormatan bagi perwakilan khusus Sekretaris Jenderal Irak, Sergio Vieira de Mello, serta 22 pekerja bantuan yang tewas dalam insiden bom di markas besar PBB di Baghdad, Irak.
Insiden itu terjadi pada 19 Agustus 2003. Enam tahun kemudian, pada 2009, United Nations General Assembly (UNGA) menetapkan 19 Agustus sebagai hari Kemanusiaan Sedunia.
Hari Kemanusiaan Sedunia ini selalu mengangkat tema khusus setiap tahunnya. Pada 2021 ini, tema yang diambil adalah "The Human Race" untukmenyoroti dampak langsung dari darurat iklim.
"Kita sedang kalah dalam perlombaan darurat iklim, namun ini adalah perlombaan yang bisa kita menangkan," ungkap Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, dilansir laman United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA).
Kampanye iklim akan berfokus pada cara untuk memperlambat perubahan iklim serta mengamankan masa depan planet Bumi.
Hari Kemanusiaan Sedunia 2021 akan menyoroti konsekuensi langsung dari darurat iklim bagi orang-orang yang paling rentan dan terdampak.
Peringatan ini juga memastikan suara mereka dapat didengar, dan kebutuhan mereka akan menjadi agenda utama pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP26) di bulan November.
Untuk menyukseskan agenda ini, semua orang diundang untuk bergabung dalam kampanye #TheHumanRace #WorldHumanitarianDay dengan menggunakan tagar tersebut pada aktivitas di media sosial.
Aktivitas berlari, bersepeda, berjalan, ataupun aktivitas lain dapat dilakukan selama kumulatif waktu 100 menit mulai dari 16 Agustus hingga 31 Agustus yang dilakukan pada platform Strava.
Pada aksi solidaritas tersebut, setiap tindakan akan diperhitungkan untuk membantu menyampaikan pesan kepada para pemimpin dunia saat pertemuan di Konferensi Perubahan Iklim PBB bulan November nanti.
Mengutip dari laman United Nations (PBB), pesan yang ingin disampiakan ditujukan untuk para pemimpin negara-negara maju. Mereka diminta untuk melaksanakan janji yang telah berusia satu dekade guna melakukan mitigasi dan adaptasi iklim di negara berkembang sebesar $100 miliar per tahun.
Darurat iklim yang saat ini terjadi merupakan malapetaka yang tidak dapat dikelola oleh para komunitas kemanusiaan dan pihak yang menanganinya. Darurat iklim saat ini telah terjadi di seluruh dunia, dan telah menyebabkan jutaan orang kehilangan rumah, mata pencaharian, hingga kehidupan mereka.
Penulis: Endah Murniaseh
Editor: Dipna Videlia Putsanra