tirto.id - Satelit Telkom-4 alias Satelit Merah Putih milik PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) diluncurkan hari ini, Selasa (7/8/2018) dari Space Launch Complex 40 (SLC-40) di Cape Canaveral Air Force Station, Florida, Amerika Serikat.
Peluncuran tersebut berlangsung sekitar pukul 12.18 WIB atau dini hari waktu Amerika Serikat, dengan menumpang roket Falcon 9 dari SpaceX.
Alex Sinaga, Direktur Utama Telkom mengatakan, peluncuran Merah Putih tersebut, secara tersirat diakui untuk menopang ekspansi global Telkom yang menurut Alex ingin menjadi “global digital hub.”
“Kami punya kantor di Los Angeles. Kami punya data center bukan hanyadi Indonesia, tapi Hongkong, Singapura dan Timor leste,” tegasnya.
Merah Putih merupakan satelit yang dibuat Space System/Loral (SSL), yang termasuk jenis fixed satellite service. Merujuk laman resmi SSL, satelit jenis ini umum digunakan untuk mendistribusikan konten televisi dan komunikasi.
Secara teknis, Merah Putih memiliki 60 transponder. Ricky Kusnandar, Satellite Ground Control System Manager Telkom, menuturkan bahwa, 60 transponder tersebut terbagi ke dalam 24 transponder berkekuatan 36 MHz Std-C Band dan 12 transponder berkekuatan 36 MHz Ext-C Band yang mengarah ke Asia Tenggara serta 24 transponder berkekuatan 36 MHz
Std-C Band yang mengarah ke Asia Selatan.
Alex dalam sambutannya sebelum peluncuran mengatakan bahwa, perusahaan yang memiliki pendapatan hingga 6 miliar dolar AS itu mengalami perubahan seiring perkembangan zaman.
“10 tahun lalu Telkom hanya telepon dan sms, tapi sekarang berubah. Telkom pun berubah jadi digital telco company. Kami harus meningkatkan kemampuan kita, layanan personal, layanan korporasi, dan juga melakukan pengembangan usaha,” ucap Alex.
Peluncuran satelit Merah Putih juga diakui dibutuhkan Telkom guna menopang perkembangan tersebut.
Selain itu, peluncuran Merah Putih dilakukan guna memudahkan Telkom memberikan layanannya pada seluruh masyarakat Indonesia.
Dalam paparannya, Telkom memiliki 93 ribu kilometer kabel optik bawah laut hanya untuk keperluan domestik dan 65 ribu kilometer kabel optik bawah laut guna menghubungkan Indonesia dengan dunia internasional, khususnya melalui jalur Pasifik.
“Inilah seberapa besar atau seberapa sulitnya menghubungkan seluruh negeri yang dilakukan Telkom,” akunya.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Yandri Daniel Damaledo