tirto.id - Beberapa tahun belakangan, dalam hidup Elsa Dwi Melyani, 30 tahun, nyaris tiada hari yang tak diisi kegiatan promosi. Di akun media sosialnya, ibu satu anak ini rutin menginformasikan macam-macam barang jualan: dari kue dan permen kiloan, tas dan dompet, voucher hotel dan tiket pesawat, hingga pakaian preloved dan essential oil. Produk-produk itu tidak melulu kepunyaan Elsa, kadang-kadang adalah barang titipan teman-temannya.
“Motivasi aku berwirausaha,” kata Caca, sapaan akrab sosok asal Bandung ini, “biar gak perlu minta duit ke suami kalau mau beli ini itu.”
Sebagai perempuan sekaligus pelaku wirausaha dengan mentalitas “palugada”—apa yang lu mau gua ada—Elsa mengaku salah satu tantangan terbesar dalam mengembangkan aktivitas bisnisnya adalah manajemen waktu. Sebagai ibu, ia kerap berhadapan dengan urusan domestik, terutama belanja kebutuhan rumah tangga dan mengurus anak. Dan pada saat bersamaan, ia juga rutin bekerja sebagai staf pendukung di salah satu universitas negeri di Kota Kembang.
“Di luar itu, tak jarang untuk modal usaha saja aku menyisihkan pendapatan dan uang bulanan dari suami,” kata Caca, diiringi tawa.
Sembilan bulan terakhir, bisnis barang preloved dan essential oil Elsa terbilang stabil. Lantaran sering bagi-bagi give away dan menawarkan berbagai promo, siaran langsung Elsa di media sosial dan e-commerce kerap ditontong ratusan orang.
“Dulu mah gak ada yang nonton, tapi karena rutin, akhirnya orang pada aware. Itu salah satu ilmu yang aku dapat dan praktekkan di usahaku. Tapi masih banyak yang perlu aku pahami supaya bisa mengembangkan usahaku. Aku sadar banget perlu ikut semakin banyak pelatihan untuk mendukung hal itu ,” sambungnya.
Di Indonesia, orang-orang seperti Elsa, perempuan yang tergolong pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)—tulang punggung perekonomian nasional—bukanlah golongan langka. Data Bank Indonesia pernah menyebut bahwa lebih dari 60 persen pelaku UMKM adalah perempuan.
Menariknya, usaha-usaha yang dijalankan perempuan memiliki kinerja keuangan yang lebih berkelanjutan (sustainable), misal dalam hal risiko kredit, pengusaha perempuan memiliki Non Performing Loan (NPL) lebih rendah dan disiplin keuangan yang lebih baik.
Namun walaupun memiliki potensi kontribusi yang besar terhadap perekonomian, para pengusaha perempuan juga menghadapi banyak tantangan, diantaranya seperti masalah finansial, pengelolaan keuangan, kurangnya rasa percaya diri hingga keterbatasan pengetahuan mengenai cara mengembangkan bisnis.
Maka dibutuhkan program khusus yang tidak hanya membantu pengusaha perempuan Indonesia untuk mengelola dan mengembangkan bisnisnya, melainkan juga memberikan dukungan berupa kegiatan edukasi dan komunitas pengusaha perempuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
“Secara naluriah, mungkin perempuan lebih cekatan mengelola keuangan karena terbiasa mengelola keuangan rumah tangga, ya,” kata Nonita Respati, pemilik Purana Design, Restoran Mbak Ndoro, Kaloka Pottery, dan Yats Colony Hotel.
Dalam gelaran #ONCOFFEMORNING TAYTB Women Warriors yang diinisiasi Bank OCBC NISP, Rabu (25/11), Nonita menambahkan bahwa wanita juga cenderung berhati-hati dalam mengelola usaha. Di satu sisi, kehati-hatian semacam itu perlu—apalagi dalam kaitannya dengan menghindarkan pengusaha dari perkara yang sia-sia. Tapi di sisi lain, tak jarang sikap tersebut malah menjadi sesuatu yang disesalkan.
“Di bisnis terakhir, saya baru berani ambil pinjaman. Padahal, seharusnya itu bisa dilakukan sejak awal. Dalam banyak hal, berhati-hati berpotensi membuat kita melewatkan banyak kesempatan,” beber Nonita.
Berkaca dari pengalamannya merintis dan menjalankan berbagai usaha, Novita menuturkan bahwa hambatan yang kerap dihadapi pengusaha adalah menemukan mitra yang tepat dan—setelah skala usahanya semakin besar—minimnya literasi dan manajemen keuangan, misalnya soal proyeksi keuangan dan mengurus pajak.
Kini, dengan hadirnya program #TAYTB Women Warriors dari Bank OCBC NISP, hambatan-hambatan yang lumrah dialami pengusaha perempuan seperti Elsa, Nonita, dan lain-lain, pelan tapi pasti, mulai bisa dieliminasi.
“Dengan semangat Tidak Ada Yang Tidak Bisa—#TAYTB—Bank OCBC NISP menginisiasi Program #TAYTB Women Warriors yang menghadirkan solusi menyeluruh, termasuk solusi manage, grow dan live agar pengusaha perempuan Indonesia dapat #MelajuJauh mengembangkan bisnisnya,” ujar Parwati Surjaudaja, Presiden Direktur Bank OCBC NISP pada konferensi pers peluncuran program #TAYTB Women Warriors di Jakarta (25/11).
Solusi Perbankan dan Non-Perbankan
Parwati menerangkan, Bank OCBC NISP berkomitmen untuk memberdayakan kelompok pengusaha perempuan karena melihat besarnya potensi kontribusi pengusaha perempuan pada perekonomian Indonesia. Selain itu, bank yang telah berdiri hampir 80 tahun ini juga menaruh harapan agar para pengusaha dapat terus mengembangkan usaha mereka serta mengambil peran yang lebih besar untuk berkontribusi pada keberlangsungan ekonomi, sosial dan lingkungan.
Sebagaimana disampaikan Parwati, lewat #TAYTB Women Warriors, Bank OCBC NISP menyediakan layanan perbankan maupun non perbankan agar pengusaha perempuan mampu mengembangkan bisnisnya. Layanan itu diklasifikasikan dalam tiga pilar berikut: manage, grow dan live.
Pilar yang pertama, Manage, Bank OCBC NISP memungkinkan pengusaha perempuan untuk mengatur keuangan—baik keuangan pribadi maupun bisnis—dengan mudah, aman dan nyaman, kapan dan di mana saja. Semua itu bisa dilakukan berkat adanya solusi digital seperti ONe Mobile untuk kebutuhan transaksi pribadi dan Velocity untuk kebutuhan transaksi bisnis.
Di samping itu, kemudahan transaksi juga bisa dilakukan dengan satu solusi layanan dan satu pelaporan elektronik, Layanan Kartu Kredit, Debit Online, dan Laporan SPT.
Sementara Grow, solusi keuangan dan non keuangan (beyond banking) mendukung bisnis yang memungkinkan pengusaha perempuan mengembangkan dana pribadi maupun bisnisnya. Hal tersebut bisa dilakukan antara lain dengan memanfaatkan beragam fitur seperti pendanaan mulai Rp500 Juta sampai dengan Rp15 Milliar, baik untuk pengusaha individu maupun nasabah Badan Usaha.
Nasabah Individu juga dapat menikmati berbagai solusi keuangan dalam Nyala Bisnis. Sementara nasabah Badan Usaha dapat menikmati berbagai solusi dalam SME Banking. Selain itu, Bank OCBC NISP juga mengawarkan Suku Bunga Kredit yang menarik serta berbagai kondisi menarik lainnya. Adapun solusi non keuangan atau beyond banking yang diberikan mulai dari e-commerce, layanan pajak, akuntansi, pembayaran online sampai pengelolaan akun sosial media yang membantu menjalankan dan mengembangkan bisnis secara efektif.
Terakhir, Live, adalah dukungan untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas diri dengan membangun komunitas usaha, penyediaan program edukasi sehingga mereka dapat menikmati hidup sekaligus memberi dampak bagi perekonomian Indonesia. Program-program itu dijalankan melalui, antara lain, Wtalks yakni online learning forum dalam bentuk seminar/webinar; dan Online sharing/meet-up/networking session.
Produk keuangan lain yang dapat dimanfaatkan oleh pengusaha perempuan adalah pertanggungan asuransi dan reward yang seru serta banyak pilihan di Poinseru.com.
“Bank OCBC NISP sangat menyadari bahwa salah satu tantangan terbesar bagi pengusaha perempuan adalah terkait pengelolaan keuangan, kurangnya rasa percaya diri hingga keterbatasan pengetahuan untuk mengembangkan bisnis secara berkelanjutan,” sambung Parwati.
Pendek kata, melalui program #TAYTB Women Warriors, Bank OCBC NISP menyediakan program khusus yang tidak hanya membantu pengusaha perempuan untuk mengelola & mengembangkan bisnisnya, melainkan juga memberi dukungan berupa kegiatan edukasi dan komunitas pengusaha perempuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman.
“Peluncuran program #TAYTB Women Warriors ini selaras dengan komitmen Bank OCBC NISP untuk menjalankan layanan perbankan yang bertanggung jawab (responsible banking). Dengan solusi yang lebih dari sekedar dukungan finansial (beyond banking), kami berharap program #TAYTB Women Warriors dapat menjawab tantangan yang dihadapi pengusaha perempuan dan turut mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia secara berkelanjutan,” tutup Parwati.
(JEDA)
Penulis: Tim Media Servis