Menuju konten utama

Tanpa Vaksin & Imunisasi Manusia Tak Bisa Menang Perang Lawan Virus

Vaksin dan program imunisasi merupakan salah satu cara manusia untuk bisa menang perang melawan virus.

Tanpa Vaksin & Imunisasi Manusia Tak Bisa Menang Perang Lawan Virus
Ilustrasi pemberian vaksin. (Siphiwe Sibeko/Pool via AP)

tirto.id - Konsultan Imunisasi dan pengawasan untuk lembaga pencegahan dan pengendalian penyakit CDC Atlanta kantor Indonesia, dr. Jane Soepardi menyatakan, program imunisasi melalui vaksin terbukti sebagai pendekatan kesehatan masyarakat yang paling efektif.

"Dengan kata lain telah terbukti juga bahwa tanpa vaksin dan program imunisasi, manusia tidak bisa menang perang melawan virus," ujar dr Jane dikutip laman resmi Satgas Penanganan COVID-19, Selasa (17/11/2020).

Infografik Proses Pembuatan Vaksin

Infografik Proses Pembuatan Vaksin

Pemberian imunisasi sangat penting untuk membentuk daya tahan tubuh dalam melawan penyakit tertentu, dan cara ini merupakan bagian dari upaya mencegah lebih baik daripada mengobati. Imunisasi adalah interfensi kesehatan masyarakat yang spesifik dan efektif dari segi biaya.

Pemerintah pernah melakukan upaya imunisasi yang massif melalui program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) yang dimulai pada tahun 1995. PIN saat itu merupakan program untuk mengeradikasi virus polio.

Namun, kata dr Jane, cakupan imunisasi rutin polio sejak tahun 1995 tersebut sempat menurun akibat terdampak krisis multi dimensi pada periode 1998-2002.

Kemudian pada 2002, pemerintah melakukan PIN kembali. Pada 2005 virus polio liar (wild polio virus) teridentifikasi di Cidahu, Sukabumi, Jawa Barat.

“Penanganan virus polio di Cidahu sebenarnya telah dilakukan dalam tindakan cepat yang dikenal sebagai sub PIN, supaya virus polio liar yang masuk Cidahu tidak menyebar. Tapi virus tersebut menyebar ke Sumatera dan wilayah lainnya," jelas dr. I Nyoman Kandun MPH, Penasihat Field Epidemiology Training Program (FETP).

Kondisi ini lalu ditetapkan oleh pemerintah sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan kembali menjalankan PIN. Hasilnya, polio kembali sukses diberantas pada 2006. Selanjutnya pada 2014, label bebas polio diberikan WHO kepada Indonesia.

"Sampai saat ini tidak ditemukan lagi penderita polio yang disebabkan virus polio liar. Jadi apa yang bisa dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus? Cakupan imunisasi harus setinggi-tingginya, bila perlu 100 persen," terang dr Nyoman.

Ia menjelaskan, pemberian vaksin oral polio pada 1995-1997 diberikan pada siapa saja, tanpa memandang seseorang itu sudah diberikan vaksin polio secara rutin atau belum.

"Bagi yang telah mendapat imunisasi polio rutin, maka pemberian kembali vaksin polio akan memperkebal daya tahan tubuhnya. Mereka yang belum mendapat vaksin polio, maka bisa dikatakan mendapatkan imunisasi dasar," kata dr Nyoman.

PIN saat itu bertujuan untuk mengeradikasi polio di Indonesia. Masyarakat perlu mengetahui tahap-tahap penanganan penyakit menular, yaitu mengontrol, mengeliminasi dan mengeradikasi.

Mengontrol adalah menekan insiden penyakit menular. Sedangkan mengeliminasi adalah menekan hingga angka yang sangat rendah, bisa sampai nol, tapi virusnya tidak hilang.

"Mengeradikasi artinya, di samping kita bisa menekan penularan sampai nol, virusnya juga bisa hilang. Seperti misalnya cacar yang tidak ditemukan lagi adanya virus cacar sehingga kita bisa dikatakan mengeradikasi cacar," terang dr Nyoman.

Kunci sukses untuk membebaskan Indonesia dari polio, menurut dr Jane, adalah dukungan dari jajaran pemerintah yang memiliki keinginan kuat untuk menghapus virus ini dari Indonesia. Selain itu dukungan sumber daya tenaga kesehatan dan logistik yang cukup juga membantu Indonesia terbebas polio.

“Tidak kalah penting, Komunikasi dengan masyarakat melalui berbagai media terlaksana dengan baik sehingga imunisasi dengan vaksin yang sesuai, mampu diterima dan terbukti sebagai pendekatan kesehatan yang efektif," tuturnya.

dr Jane juga berpesan bagi masyarakat yang belum yakin akan efektivitas vaksin perlu tahu bahwa membuat vaksin jauh lebih sulit dan syaratnya lebih berat daripada membuat obat. Karena vaksin untuk orang yang masih sehat, sedangkan obat untuk orang yang sudah sakit.

"Oleh karena itu, syarat utama bagi vaksin adalah keamanannya. Target pemberian vaksin adalah, agar orang sehat tetap sehat dan menjadi kebal terhadap vaksin tertentu," katanya.

Sementara dari sudut pandang investasi kesehatan, kata dr Nyoman, imunisasi merupakan investasi masa depan bagi anak Indonesia.

"Dengan dibekali imunisasi yang melindungi mereka dari penyakit menular, maka anak Indonesia bisa tumbuh sehat secara fisik dan mental. Dengan begitu anak Indonesia bisa tumbuh sehat dan cerdas," pungkas dr Nyoman.

____________________

Artikel ini diterbitkan atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH