tirto.id - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Rusli Abdullah menilai sindiran Prabowo kepada pemerintah yang tidak bisa menghentikan impor tak sepenuhnya tepat. Pasalnya, menurut Rusli, impor tetap diperlukan dalam sejumlah kondisi, seperti impor beras.
Rusli mencontohkan, impor beras masih dibutuhkan lantaran surplus produksinya baru mencapai 2,8 juta ton. Meskipun surplus, Rusli menilai, angka itu masih cukup tipis dibandingkan jumlah beras yang diperlukan agar pemerintah tak perlu melakukan impor.
Rusli berpendapat, apabila surplus itu tak mencukupi, maka bisa terjadi lonjakan harga yang tak diinginkan. Untuk itu, ia menilai, dalam situasi ini, impor masih diperlukan.
"Itu belum sepenuhnya benar ya. Surplus kita ada tapi belum cukup besar. Seperti beras itu tipis," ucap Rusli saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (15/4).
Menurut Rusli, yang perlu dikritisi dari pemerintah saat ini adalah masalah tidak terserapnya beras petani oleh pasar. Kondisi ini, kata dia, mengindikasikan ada persoalan distribusi dan penyerapan beras. Alhasil, surplus beras seringkali dialami petani saja, tetapi di pasaran kerap terjadi kekurangan.
Dalam hal ini, Rusli mengaku setuju dengan kritik yang dilontarkan Prabowo. Sebab, bila impor dilakukan saat permasalahan distribusi belum dibenahi, maka tak heran bila petani dapat dirugikan. Apalagi ketika impor yang dilakukan tak sesuai dengan waktunya, seperti saat panen.
"Kalau masalah distribusi dan timing itu tepat. Jadi kalau mau impor jangan pas panen. Ini manajemen logisitk saja dan ada beberapa kali Jokowi memang kecolongan," ucap Rusli.
Pada debat Sabtu (13/4) lalu, Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto menyinggung 4,5 tahun pemerintahan petahana yang ia anggap terus mengizinkan impor sehingga merugikan petani.
Prabowo menyampaikannya guna menjawab pertanyaan moderator terkait cara mengatasi penurunan daya beli petani dan nelayan akibat rendahnya harga komoditas pertanian dan perikanan.
“Pak Jokowi sudah berkuasa 4 tahun kenapa mengizinkan impor [ini membuat] petani hancur,” kata Prabowo dalam debat kelima Pilpres di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta Pusat, Sabtu (13/4/2019).
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Alexander Haryanto